Pages

Kuliah_ku by: Arif Mustofa

Berisi tentang seluruh kegiatan kuliahku dan seluruh tugas yang aku kerjakan selama dibangku perkuliahan.

On Jumat, 09 Juli 2010 1 komentar

WACANA KEKERASAN TERHADAP KAUM LEMAH DALAM FILM INDIA
(Wacana Kekerasan terhadap kaum lemah dalam Film Slumdog milionare)

BAB I
PENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANG MASALAH
Penelitian ini akan difokuskan pada usaha untuk mengungkapkan wacana kekerasan terhadap kaum lemah yang terdapat dalam film Slumdog Milionare. Konsep kekeasan dalam film ini sangat menarik karena memunculkan wacana yang bertentangan mengenai konsepsi keluarga bahagia yang ada dalam kerangka tindakan kekerasan terhadap anak. Dalam film ini mengungkapkan wacana bahwa pada dasarnya kekerasan terhadap anak adalah hal yang wajar, namun pada satu titik (yaitu kemunculan pihak ketiga), wacana tersebut kemudian ditolak. Setelah kemunculan pihak ketiga, tindakan kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dipandang sebagai satu hal yang salah.
Wacana dapat dipahami sebagai bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu. Sehingga dapat dipahami bahwa wacana adalah proses komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol, yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas, melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril (Purba, 2007).
Penggunaan wacana ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dimulai dari adanya kepentingan-kepentingan tersebut, kemudian proses wacana (terutama wacana media) memunculkan teks media yang mengandung ketidak netralan. Media dipandang tidak netral dalam menggambarkan konstruksi realitas social (Purba, 2007).
Media mengikutsertakan perspektif dan cara pandang mereka dalam menafsirkan realitas social (Purba, 2007). Media memilih untuk menentukan aspek-aspek yang ditonjolkan maupun dihilangkan, menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka, dari sisi mana peristiwa yang ada disoroti, bagian mana dari peristiwa yang didahulukan atau dilupakan serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan, dll. Media dipandang telah kehilangan fungsinya sebagai tempat netral dalam pembuatan teks mengenai masyarakatnya (Purba, 2007).
Hilangnya tempat netral dalam pembuatan teks salah satunya dapat dilihat dalam pengungkapan wacana Kekerasan terhadap Anak dalam film India.
Wacana yang ditampilkan dalam media lebih mengunggulkan relasi antara orang tua dan anak yang lebih bersifat perlindungan. Hal ini bermula dari pandangan awal bahwa orang tua memiliki posisi yang lebih tinggi untuk dapat melakukan tindakan apapun terhadap anaknya.
Barker (1987) menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah
“the recurrent infliction of physical or emotional injury on a dependent minor, through intentional beatings, uncontrolled corporal punishment, persistent redicule and degradation, or sexual abuse, usually commited by parents in change of the child care” (dikutip dari Huraerah, 2006, p. 36)

Orang yang lebih tua memiliki posisi yang lebih tinggi untuk dapat melakukan hal apapun terhadap anak. Termasuk juga tindakan kekerasan oleh orang yang lebih tua terhadap anak.
Masyarakat miskin yang termasuk kaum yang lemah dalam sebuah lingkungan masyarakat juga dipandang cukup lemah. Nuraini Juliastuti (2009), menyebutkan bahwa kaum lemah memiliki daya tawar yang lemah dalam masyarakat, namun sekaligus juga memiliki asset berharga yang tidak boleh dipandang remeh. Masyarakat miskin dalam sebuah lingkungan masyarakat sosial dipandang sebagai Kaum yang lemah. Dalam hal ini, orang kaya dan pintar adalah kaum yang kuat dan mampu melaksanakan apa saja yang mereka inginkan, termasuk keinginan melakukan kekerasan terhadap masayarakat miskin.
Akhirnya dalam pemahaman ini, masyarakat modern sekarang ini memiliki pola untuk menempatkan masyarakat miskin sepenuhnya dibawah kontrol orang yang lebih kaya (Saya Shiraishi, 1995). Orang kaya menjadi kuatir bila masyarakat miskin sudah bisa menyaingi mereka diberbagai bidang, sama halnya dengan film ini saat jamal yang mampu menyaingi professor sekalipun yang hanya bisa melewati setengah permainan. Dan disaat anjing kumuh bisa mendapatkan 10ribu rupe kaum yang kuat berusaha untuk menjatuhkan jamal agar tidak bisa menyelesaikan pertandingan.
Film Slumdog Millionaire merupakan film peraih 8 piala Oscar pada tahun 2009. Sebuah Film karya Danny Boyle yang mengangkat kehidupan masyarakat Mumbai, India. Slumdog Millionaire bercerita tentang Jamal Malik, seorang anak yatim piatu yang berasal dari daerah kumuh di Mumbai. Jamal mengikuti sebuah acara “ Who Wants to be a Millionaire?” yang sangat ternama. Sesungguhnya Jamal hanya ingin bertemu dengan Latika – gadis yang Ia cintai – karena Latika selalu menonton acara tersebut. Permasalahan timbul ketika si pembawa acara menaruh curiga pada Jamal, Ia menggunakan jasa orang lain untuk memberikan jawaban yang benar padanya. Karena Jamal selalu dapat menjawab dengan tepat segala pertanyaan yang diajukan. Kecurigaan si pembawa acara semakin meningkat ketika Jamal melampaui batas aman ketiga yaitu 16 Rupee. Pada batas aman ketiga ini, bahkan Profesor sekalipun belum pernah ada yang melampauinya.
Film ini disuguhkan begitu menarik dengan banyak menggunakan flashback untuk mengungkap informasi. Pada saat Jamal dihadapkan pada pertanyaan, Ia akan berusaha mencari jawabannya dalam masa lalunya dengan cara mengingat peristiwa demi peristiwa yang ia lalui selama ini. Dan Jamal selalu dapat menjawab dengan tepat, namun si pembawa acara meremehkan kemampuan Jamal. Pada pertanyaan terakhir, kecurigaan si pembawa acara makin memuncak dan ternyata waktu yang di sediakan telah habis, maka acara dilanjutkan esok hari. Karena si pembawa acara amat mencurigai Jamal, Ia menuduh Jamal bertindak curang dan Ia menyuruh kepolisian Mumbai untuk mengecek Jamal. Setelah mengalami penyiksaan dan interogasi yang cukup ketat, Polisi tidak dapat membuktikan bahwa Jamal bertindak curang. Akhirnya Jamal kembali diikutkan ke dalam acara “ Who Wants To Be a Millionaire “.
Cerita tidak begitu saja berakhir, Jamal ternyata tidak dapat menjawab pertanyaan tentang tokoh the three musketeer. Pilihan bantuan yang tersisa adalah phone a friend, Jamal mengambil bantuan itu untuk mendapatkan jawaban. Salim merupakan satu-satunya keluarga yang dimiliki Jamal dan satu-satunya orang yang Ia hubungi. Pada saat yang bersamaan,ternyata telepon genggam Salim diberikan kepada Latika yang tersiksa menjadi istri seorang Boss dimana Salim bekerja padanya. Karena Salim melihat Latika mempunyai keinginan terpendam bertemu Jamal, maka Salim pun membantunya untuk pergi dari tempat Sang Boss. Tepat pada saat pihak kuis menghubungi telepon genggam Salim, Latika pun mengangkat tanpa sebuah jawaban karena Ia tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan tentang tokoh the three musketeer itu. Dengan kepercayaan diri dan keteguhan hati, Jamal menjawab pertanyaan tersebut dengan resiko kehilangan uang yang sudah ia capai. Film memang banyak sekali terdapat “ kebetulan “, hal itu terjadi pula dalam Slumdog Millionaire. Jawaban Jamal atas pertanyaan tentang tokoh yang ketiga dalam cerita the three musketeer ternyata benar dan Jamal adalah orang pertama yang berhasil meraih hadiah 20 juta Rupee. Tujuan awal Jamal untuk bertemu dan Latika pun dapat terlaksana ketika Jamal kembali menunggu Latika di peron sesuai janji Jamal yang akan selalu menunggu Latika di peron. Film ini pun berakhir happy ending.

Dalam melihat film Slumdog Millionaire ini banyak mengangakat permasalahan yang sering terlupakan muncul kepermukaan. Dalam film ini, si pembuat film menyatakan sebuah quotation yaitu Destiny is written. Quotation itu akan membantu dalam penjabaran mengenai kehidupan seorang masyarakat miskin yang tersirat dalam kehidupan Jamal Malik. Film ini membahas tentang dua hal tersebut, kaum borjuis yang dapat seenaknya bertindak terhadap kaum bawah dengan topeng materi dan perjuangan kaum bawah yang “ menuntut” persamaan hak. Pembahasan kali ini akan di mulai dari awal film Slumdog Millionaire agar jelas apa yang disampaikan oleh si pembuat film. Setting film ini mengambil setting Mumbai tahun 2006 dan acara who wants to be a millionaire dipilih karena acara ini merupakan acara yang selalu ditonton oleh warga India pada saat itu atau dalam kata lain rating who wants to be a millionaire sedang naik.
Hal ini dipilih karena pada tahun itu keadaan ekonomi India mengalami pasang surut sehingga memberi dampak psikologis bagi warga India untuk mencari jalan singkat mendapatkan uang demi kelangsungan hidup. Sehingga acara who wants to be a millionaire mendapat perhatian lebih oleh masyarakat India karena cara ini menawarkan uang dengan jumlah yang sangat besar tanpa harus bersusah payah menggunakan kekuatan fisik.
Berikutnya adalah tokoh Amitabh Bachan yang merupakan tokoh kenamaan di India, Ia telah memerankan banyak film India. Amitabh Bachan bisa dikatakan sebagai tokoh pujaan masyarakat India kebanyakan. Mereka memiliki anggapan bahwa ketenaran dapat dengan mudah mendatangkan kekayaan dan kemakmuran. Saat Jamal mendengar berita bahwa Amitabh Bachan akan datang ke daerah kumuh mereka, Ia sedang berada di sebuah toilet yang terbuat dari bilik kayu di tepian sungai. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pihak-pihak yang tidak peduli akan kebersihan dan kesehatan. Kehidupan yang tercermin pada saat Jamal dan Salim yang beragama Islam harus kabur dari serangan orang-orang yang beragama hindu. Perang agama seperti itu juga pernah di alami oleh banyak kaum lemah atau kaum minoritas yang ada di India harus berpindah keyakinan. Kaum lemah atau minoritas mengalami sendiri bagaimana para penganut agama saling menindas satu sama lain sehingga mereka dan keluarga harus pindah agama demi menghindari penindasan.
Namun dalam film ini agar tidak mempengaruhi iman seseorang maka pada saat kaum agama Islam dikejar oleh kaum agama Hindu, Jamal dan Salim berlari untuk menghindari kejaran para orang-orang yang berbuat anarki. Sebuah simbolisasi yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki pilihan dalam menentukan jalan hidupnya adalah pada saat Jamal dan Salim berada di sebuah persimpangan gang sempit, tiba-tiba muncul sosok Dewa Rama yang berada di gang buntu pada sebelah kiri. Pada adegan itu seolah-olah Jamal dan Salim harus memilih agama apa yang akan ia pilih, jalan lurus ke depan adalah agama Islam yang Ia percayai dengan resiko banyak kaum hindu yang mengejar ataukah agama Hindu yang bisa menyesatkan mereka – disimbolkan dengan gang buntu. Kisah Jamal dan Salim yang kini harus kehilangan kedua orang tuanya akibat peperangan agama itu membuat mereka harus memilih pekerjaan untuk kelangsungan hidup mereka. Hal ini pun terdapat dalam kehidupan kaum minoritas masyarakat yang ada di India.
Dalam urusan percintaan, dikisahkan dalam film ini Jamal sangat setia menanti Latika yang menjadi kembang di sebuah hiburan malam. Dari sekelumit pembahasan di atas terlihat banyak kemiripan anatara kehidupan masyarakat miskin India yang digambarkan dengan kehidupan Jamal di film Slumdog Millionaire.
Bisa diperkirakan bahwa akan banyak terdapat point-point kehidupan masyarakat miskin yang merupakan kaum lemah di India yang tercermin dalam film ini, berikut pembahasannya lebih lanjut. Jamal merupakah salah satu tokoh yang mendukung kaum buruh, yang dalam film ini digambarkan dengan adegan dimana Jamal yang mewakili kaum buruh dapat menjatuhkan kaum borjuis yang diwakili oleh polisi yang menguji pengetahuan Jamal. Percakapan yang mengisyaratkan bahwa kaum buruh pun juga mempunyai pengetahuan lebih yaitu ketika Jamal menanyakan berapa harga roti saat ini, polisi mengatakan bahwa harganya 10 rupee. Jamal mengatakan bahwa harga Roti naik setelah Bivali – suatu perayaan kebudayaan India. Jelas tergambar bahwa kaum borjuis hanya mengetahui hal-hal yang terekspos oleh media cetak saja, khusunya Koran. Pada masa itu, Koran sudah menjadi budaya baru kaum Borjuis sehingga mereka tidak perlu susah payah mencari informasi tentang peristiwa apa yang sedang happening.
Hanya dengan sebuah Koran yang mereka baca tiap pagi hari, mereka memperoleh informasi dengan mudah karena mesin cetak telah ditemukan pada masa itu. India merupakan negara dengan jumlah penduduk yang cukup padat dengan angka kelahiran yang tinggi tiap tahunnya sehingga keluarga dari golongan kebawah tidak dapat memberikan pendidikan yang layak serta banyak anak-anak yang terlantar dan mereka harus turun ke jalan untuk membantu kehidupan keluarga. Dan dari situ banyak terdapat orang-orang tak bermoral memanfaatkan anak-anak yang tak berdaya untuk dijadikan gelandangan, pengemis yang berpotensial dengan dalih kasih sayang dan perlindungan. Dengan mental anak-anak kelas bawah yang mudah terlarut dalam bujuk rayuan dengan dalih kasih sayang, mereka seolah-olah menemukan sosok hero dan merasa telah lepas dari tekanan kehidupan sehingga dampaknya terletak pada psikologis mereka yang merasa dapat melakukan sebuah penindasan terhadap kaum lemah.
Dalam film ini di tunjukkan pada tokoh Salim yang berlagak sok kuasa terhadap teman-teman jalanannya yang sama-sama mendapatkan perlindungan dari the fake hero. Marx merupakan seseorang yang berasal dari keluarga yang menganut saint-simonian yaitu menentang akibat buruk dari kapitalisme dan menganjurkan system masyarakat yang bebas penindasan melalui emansipasi kelas proletar. Di film ini digambarkan, Salim yang menjadi kaki tangan Boss gelandangan tidak terima apabila temannya harus kehilangan mata demi mencari uang terlebih akan terjadi pada adik kandungnya yaitu Jamal, maka dari itu Ia bersama Jamal dan Latika yang akan menjadi korban selanjutnya untuk lari dari markas gelandangan itu. Tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh anak di bawah umur pun sempat menjadi kasus yang mewabah di India.
Dengan tingkat ekonomi India yang terbilang tidak berada di atas, India lantas tidak membiarkannya saja. India memanfaatkan keeksotisannya berupa Taj Mahal yang terkenal, para turis asing dapat mengisi pundi-pundi perekonomian India. Entah film ini yang diproduksi oleh pihak Hollywood atau memang ini sebuah realitas di India, saat seorang supir yang mengantarkan dua orang turis Amerika menghantam wajah Jamal yang pada saat itu menjadi guide karena tuduhan pencurian berkelompok terhadap asesoris mobil pada saat mereka bersama-sama meninggalkan mobil itu. Sang turis melerai dan memberikan keamanan pada Jamal lalu memberi uang kepada Jamal agar menempuh jalan perdamaian. Hal ini bisa memiliki dua pengertian, yang pertama kaum Amerika adalah kaum yang tidak mau ambil pusing dan uang adalah sebuah jalan akhir.
Yang kedua yaitu Amerika seolah-olah menjadi kaum yang memberikan kenyamanan dan ketentraman bagi bangsa lain. Alasan yang kedua dapat menciptakan image Amerika lebih baik dalam menghadapi perdagangan bebas tahun 2010 nanti. Tak tik pihak Amerika tidak habis sampai disitu, dalam suatu adegan ketika Jamal dan Salim tidur di suatu tempat pembuangan sampah, si Boss gelandangan datang dengan membawa dua minuman soda yang kita ketahui dari kemasannya adalah coca cola.
Coca cola atau minuman bersoda lainnya adalah budaya western khusunya Amerika. Scene itu seakan-akan berbicara “ Amerika dapat membebaskan kalian dari kehausan di tengah panasnya dunia” dengan kata lain, Amerika lagi-lagi dapat memberikan kenyamanan. Setelah masa revolusi Perancis, kaum buruh harus menjadi tulang punggung revolusi akibat dari kaum borjuis mengkhianati kaum buruh. Dalam film ini jelas tergambar pada saat Salim menjadi kaki tangan Boss gelandangan, pada awalnya si Boss berjanji akan menjadi pelindung namun ternyata di balik sikap melindungi itu terdapat rencana yang sangat tak bermoral. Pada saat Salim dan Jamal telah remaja, Jamal ingin mencari keberadaan Latika yang sempat terpisah dengannya.
Ternyata Latika akan dijual keperawanannya oleh Boss gelandangan kepada bos kaya. Saat Salim menembak mati si Boss gelandangan, Salim mendatangi Javed yaitu seseorang yang menyuruh Salim untuk membunuh si Boss gelandangan yang pada awalnya merupakan rekan bisnisnya. Hal ini terjadi pada tahun 1830, ketika pemerintahan monarkis- konstusional memberikan kebebasan pada kaum borjuis. Kaum borjuis merasa lemah sehingga berhadapan dengan bahaya kaum feodal. Akhirnya Kaum borjuis memilih untuk bekerja sama dengan kaum feodal yang tadinya dilawan mati-matian. Akhir dari cerita Slumdog Millionaire adalah Jamal yang berhasil menjawab siapakah tokoh ketiga dari the three musketeer.
Hal ini bukanlah sekedar sebuah materi sebuah film, melainkan sebuah simbolisme suatu kaum yang berperang untuk menegakkan kemenangan. Sebenarnya the three musketeer adalah sebuah kisah tentang perjuangan kaum monarkis yang berperang untuk menegakkan kerajaan Perancis. Pada masa itu ketika revolusi yang didukung oleh kaum buruh tidak memberikan perubahan nasib pada mereka tetapi malah memberikan perubahan bagi kaum borjuis. Maka dari itu, kaum Monarkis tidak tinggal diam karena pada revolusi perancis, keum borjuis menggulingkan kaum monarkis.
Dalam Slumdog Millionaire, Jamal berusaha merebut kemenangan walaupun dalam “penindasan “ si pembawa acara yang telah memberi tuduhan pada dirinya berbuat curang dan si pembawa acara berusaha menggulingkan Jamal dari acara tersebut dengan cara memberi jawaban yang salah pada salah satu pertanyaan yang membuat Jamal bingung. Salah satu kehidupan hura-hura kaum borjuis tergambar dari perkataan Javed, woman and money.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metodologi kualitatif dengan metode Analisis Wacana Kritis untuk bisa menganalisa wacana kekerasan terhadap kaum lemah yang ingin dibangun oleh danny boyle (sang sutradara). Tidak dapat dipungkiri bahwa sutradara memiliki peranan yang penting dalam mengkonstruksi sebuah cerita dalam berbagai adegan dalam film tersebut. Wacana kekerasan terhadap kaum lemah disini juga digambarkan bahwa masyarakat india adalah kaum kumuh yang dengan berbagai keburukannya yang lain.

Metode ini digunakan karena muncul pemahaman bahwa bahasa yang digunakan dalam sebuah film tentu tidak dapat dilepaskan dari unsur sejarah dan unsur-unsur institusi pembuat, yang berada di belakang pembuatan sebuah film. Unsure tersebut terlihat pada setingan sutradara yang merupakan masyarakat barat (Amerika), yang banyak menggambarkan masyarakat amerika adalah masyarakat baik hati, penolong dan pemaaf.
Wacana yang ditampilkan dalam sebuah film juga dapat diartikan berdasarkan adanya konteks, sejarah, kekuasaan, hingga ideology yang terdapat dalam sebuah film. Pandangan analisis wacana kritis memandang bahwa film harus ditempatkan sebagai ruang atau forum publik (public forum) yang bebas. Namun dalam kenyataannya, di dalam forum tersebut setiap unsur masyarakat berkompetisi untuk mewacanakan simbol-simbol yang merepresentasikan ideologi mereka masing-masing.
Di dalam kompetisi tersebut, selalu terdapat pertentangan-pertentangan wacana yang ditampilkan. Melalu metode ini diharpakan bisa melakukan analisis lebih mendalam mengenai wacana kekerasan terhadap kaum lemah dalam film slumdog milionare. Film ini memunculkan pertentangan mengenai wacana kekerasan terhadap kaum lemah, yang digambarkan sutradara . Masukan pemikiran dari aliran kritis ini pada dasarnya memipikan sebuah lingkungan bebas tanpa kepentingan-kepentingan untuk semua pihak yang berkepentingan dengan media massa, termasuk di dalam film.

II.RUMUSAN MASALAH
Permasalahan mengenai kekerasan terhadap kaum lemah dalam film India memang masih dianggap sesuai dengan kenyataan yang ada namun semua itu dikonstruksi oleh sutradaranya dan kekerasan tersebut berada hampir sebagian besar dari film ini. Namun ternyata dunia perfilman India telah sedikit lebih maju dengan berani mengungkapkan realitas social dalam sebuah produksi film, tetapi dalam produksi tersebut tentunya juga patut dipertanyakan mengenai wacana dominan dan wacana yang termarginalkan dalam film tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, rumusan masalah yang akan dipergunakan adalah :
“bagaimanakah wacana kekerasan terhadap kaum lemah dalam film Slumdog Milionare”.

III.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana dominan dan wacana yang termarginalkan dalam teks mengenai kekerasan terhadap anak, khususnya dalam film Slumdog Milionare



IV.MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini sebenarnya bermula dari pandangan penulis mengenai kurangnya penelitian mengenai sebuah film. Kajian mengenai kritik film juga seolah tidak begitu berkembang di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, bisa menambah daftar penelitian yang mengkaji masalah film India, Sekaligus juga sebagai bentuk penyadaran terhadap masyarakat mengenai adanya fenomena tentang kekerasan terhadap anak dalam film India.



BAB II
KERANGKA TEORI

Dalam mencari wacana kekerasan yang terdapat dalam film Slumdog Milionare, harus dipahami bahwa praktek bahasa yang terdapat dalam sebuah film tentu tidak dapat dipisahkan dari factor sejarah dan institusi yang membuatnya. Wacana secara sosial didistribusikan ke tengah masyakat, dan wacana-wacana tersebut membawa beragam ideologi, pada akhirnya bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat yang menjadi objek dari proses penyebaran wacana itu.
Kerangka teori mengenai kekerasan dalam film India mencoba menjelaskan mengenai klasifikasi tindakan kekerasan sekaligus juga menjelaskan mengenai penolakan masyarakat Internasional terutama Indonesia terhadap film yang mengandung unsur kekerasan. Sedangkan tinjauan pustaka mengenai representasi dalam film mengenai kekerasan berusaha untuk memperlihatkan bahwa terdapat kategori dalam penggambaran kekerasan dalam film, yaitu apakah film tersebut menggunakan kekerasan sebagai suatu hal yang dilebih-lebihkan atau justru ditampilkan sebagai hal yang wajar. Hal ini akan berpengaruh pada wacana yang dimunculkan dalam film, yaitu mengenai persetujuan tindakan kekerasan yang ada dalam film tersebut.
Sedangkan untuk menganalisis, maka teori analisis wacana kritis mencoba menggambarkan bahwa terciptanya suatu teks dalam film pasti merupakan hasil pengaruh lingkungan sekitar. Untuk menganalisis sebuah wacana dalam film, tidak bisa dilepaskan dari analisis text, feature of discourse practice (produksi, distribusi, dan konsumsi teks) serta sociocultural practice.

1. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) dalam Film
Dalam kajian analisis wacana kritis, teks tidak bisa diartikan begitu saja sebagai bagian dari bahasa tertulis. Terdapat konsep pengartian teks secara lebih luas. Teks bisa diartikan sebagai wacana tertulis ataupun wacana lisan. Kehadiran sebuah teks juga tidak bisa dilepaskan dari tekanan yang dimiliki oleh kondisi social di sekitarnya (Fairclough, 1995, p. 4).
Analisis wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu penyataan. Menurut Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak, karakteristik penting dari analisis wacana kritis adalah (dikutip dalam Eriyanto, 2001, p. 8):
A.Tindakan
wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Sehingga wacana dianggap sebagai hasil interaksi yang tidak mungkin muncul dari ruang tertutup. Orang menggunakan bahwasa untuk berinteraksi dan berhubungan denganpihak lain. Sehingga wacana harus dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, dan juga dilakukan secara sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali kesadaran.
B.konteks
analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Bahasa dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.wacana dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam kondisi dan situasi yang khusus.namun tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana, yaitu pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana, missal jenis kelamin, umur, status pendidikan, dll. Kedua seting social tertentu seperti tempat, waktu dan posisi pembicara.
i.historis
bagaimana situasi social politik suasana pada saat itu bisa digunakan sebagai cara untuk mengetahui sebuah produksi bahasa, maupun alasan mengapa bahasa digunakan seperti itu.
ii.kekuasaan
setiap wacana yang muncul tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Hal ini bisa digunakan untuk melihat suatu bentuk pengontrolan baik secara fisik, maupun juga secara mental atau psikis. Hal ini menjelaskan kelompok dominant yang bisa bebas melakukan apapun kepada pihak marjinal.
iii.ideology
teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu.

Dalam analisis wacana sering dikaitkan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Bahasa tersebut digunakan untuk membongkar maksud-maksud tertentu dan makna-makna tertentu. Bahasa sendiri juga tidak bisa dilepaskan dari konteks tertentu, termasuk juga bisa membahas mengenai aspek kekuasaan ataupun penekanan terhadap suatu pihak tertentu.
“language issues ought to figure in the wider framework of theories and analyses of power” (Fairclough, 1995, p. 71)

Hal ini memperlihatkan bahwa focus dalam studi mengenai bahasa adalah munculnya ideology mengenai praktik wacana dan struktur yang membentuk perubahan dalam tekanan social di masyarakat. Dalam sebuah struktur sosial, bahasa juga dapat dipahami sebagai sebuah usaha untuk menutupi hubungan sosial dana proses sosial yang terjadi dalam masyarakat melalui teks yang ada (Fairclough, 1995, p. 73). Bahasa bisa digunakan untuk tujuan-tujuan atau konteks tertentu yang bisa digunakan untuk memarjinalkan sebuah kelompok tertentu. Wacana berada pada bahasan ini, yaitu ketika muncul gagasan bahwa bahasa adalah bentuk material dari ideology dan bahasa juga dibentuk oleh ideology tertentu (Fairclough, 1995, p. 73).
Film dalam analisis wacana kritis juga dipandang sebagai sebuah teks yang dapat diartikan sebagai sebuah bentukan dari lingkungan sekitar. Teks dalam film juga bisa digunakan sebagai sebuah bentuk dominasi bagi kelompok minoritas yang ada dalam masyarakat.
Untuk menganalisis wacana yang muncul dalam sebuah film, dapat dilakukan melalui tiga elemen, yaitu text, feature of discourse practice (produksi, distribusi, dan konsumsi teks) serta sociocultural practice (Fairclough, 1995, p. 87). Analisis mengenai wacana dalam film dapat dilihat melalui tiga elemen ini sekaligus juga menghubungkan ketiga elemen tersebut. Hipotesis yang dimunculkan adalah bahwa dalam pembentukan sebuah wacana, akan didapati hubungan antara ciri-ciri yang terdapat dalam teks, cara penggunapan dan interpretasi teks dan situasi yang terdapat dalam kehidupan sosial.
Teks dalam film dianalisis secara linguistic, dengan melihat kosakata, semantic, dan tata kalimat. Dalam bagian ini juga dilihat bagaimana kata digabungakan dalam sebuah kalimat, dan bagaimana gabungan-gabungan kalimat tersebut digunakan untuk menunjukkan sebuah representasi. Teks tidak hanya dilihat berdasarkan ucapan lisan yang dikeluarkan oleh tokoh, namun juga dilihat berdasarkan tingkah laku non verbal yang digunakan oleh pemain.
Discourse practice berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Teks dalam sebuah film diproduksi dalam cara yang spesifik dengan rutinitas dan pola kerja yang sudah terstruktur. Sedangkan proses konsumsi juga bisa berbeda dalam konteks social yang berbeda. Sebuah teks bisa diartikan dengan cara memahami bagaimana proses produksi dan konsumsi teks yang terjadi pada saat itu. Untuk memahami sebuah film, tataran discourse practice bisa dilihat melalui sudut pandang dari seorang pembuat film.
Sosiocultural practice berhubungan dengan konteks yang berada di luar teks. Konteks disini memasukkan lebih banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari film sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentuSosiocultural practice ini tidak langsung berhubungan dengan produksi teks, tetapi bisa digunakan untuk menentukan bagaimana film bisa diproduksi dan dipahami. Fairclough membuat tiga level analisis pada sociocultural practice, yaitu level situasonal, level institusional, dan level social.
Level situasional beranggapan bahwa film dihasilkan dalam suatu kondisi yang khas, unik, sehingga film yang satu pasti berbeda dengan film yang lain. Film muncul sebagai upaya untuk merespon situasi atau konteks social tertentu. Level institusional melihat pengaruh institusi baik dari intern pembuat film maupun di luar, dalam sebuah praktek produksi wacana. Dilihat juga apakah trend pada masyarakat saat itu juga mempengaruhi terbentuknya representasi KDRT terhadap anak. Sedangkan level social melihat wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level social, budaya masyarakat juga turut menentukan perkembangan dari sebuah wacana yang terdapat dalam sebuah film. Level ini lebih melihat pada system politik, ekonomi, ataupun budaya masyarakat mengenai tindakan kekerasan terhadap kaum lemah.

2. Representasi dalam Film Mengenai Kekerasan Terhadap Kaum Lemah
Film sebagai sebuah teks tidak bisa langsung digeneralisir sebagai realitas yang ada dalam masyarakat. Film harus dipahami sebagai sebuah bentuk representasi (penggambaran ulang) kejadian yang ada dalam masyarakat. Dalam usaha penggambaran ulang tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya sebuah usaha untuk mengurangi tingkat “kenyataan” yang ada dalam film, atau justru memberikan efek berlebihan agar bisa menimbulkan suatu respon dari penonton film.
Untuk itu perlu dipahami apakah representasi itu sebenarnya. Secara istilah, representasi menunjuk pada cara bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan kepada public (Eriyanto, 2001, p 113). Terdapat usaha untuk menggambarkan ulang kejadian yang ada dalam masyarakat.
Pemahaman mengenai representasi ini penting untuk mengetahui dua hal (Eriyanto, 2001, p 113). Pertama, apakah seseorang atau kelompok tersebut diberitakan sebagaimana mestinya. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena muncul kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau kelompok mungkin saja digambarkan apa adanya atau dilebih-lebihkan atau justru malah diburukkan sehingga muncul usaha untuk memarjinalkan kelompok lain. Ketika muncul usaha untuk memarjinalkan kelompok lain, maka yang muncul dalam representasi itu adalah citra yang buruk saja, sedangkan citra yang baik sengaja dihilangkan dalam penggambaran sebuah peristiwa. Ada usaha untuk memilah-milah cara yang digunakan untuk menimbulkan kesan tertentu. Kedua, representasi juga penting untuk melihat bagaimana representasi itu ditampilkan, dengan cara apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam sebuah film.
Eric Sasono (2004) menyebutkan bahwa pada dasarnya kekerasan dalam film memiliki dua kategori besar model. Kategori pertama adalah kekerasan dalam adegan film yang dibentuk sedemikian rupa sehingga kekerasan menjadi sesuatu yang indah. Terjadi estetisasi kekerasan (aestheticization of violence). Terjadi dramatisasi dalam penggambaran adegan kekerasan lewat sinematografi yang indah, ataupun editing yang sangat dramatis. Musikpun diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga menghadirkan kesan yang lebih hebat dan dramatis daripada dalam kehidupan nyata (larger than life). Kekerasan yang mengalami estetisasi dapat dibedakan menjadi dua macam model, yaitu estetisasi adegan kekerasan yang erat hubungannya dengan sturktur narasi film. Adegan kekerasan ini terkadang menjadi bagian klimaks sebuah struktur cerita. Dalam model ini, kekerasan selalu dianggap sebagai sesuatu yang perlu muncul dalam film. Logika film sejak awal memang berniat menghadirkan kekerasan sebagai bagian dari cerita, baik dalam perkembangan plot maupun mode konflik dan penyelesaian masalah. Sedangkan model kedua adalah penggambaran adegan kekerasan yang mendahulukan berbagai gaya dan simbolisme hingga menimbulkan efek “keindahan” secara visual (visual artistry). Dalam model seperti ini, gaya didahulukan oleh para pembuat film ketimbang hubungan adegan kekerasan tersebut dengan struktur narasi.
Sedangkan kategori kedua dalam usaha untuk merepresentasikan kekerasan dalam film adalah kekerasan yang dimaksudkan tampil apa adanya, realistik, tanpa estetisasi. Kekerasan tampil terlanjang sejajar dengan adegan-adegan lain dalam film, sering tanpa dramatisasi, dan disejajarkan saja dengan adegan lain semisal makan, minum atau tidur. Kekerasan dianggap sebagai bagian dari peristiwa sehari-hari yang bisa terjadi begitu saja dalam kehidupan manusia. Sinematografi, penempatan kamera atau editing tanpa dramatisasi berlebihan sehingga adegan kekerasan tampil datar.
Pemilihan kedua model dalam usaha untuk merepresentasikan KDRT ini bias digunakan sebagai pisau analisis untuk mengetahui bagaimana KDRT dipandang oleh seorang sutradara. Upaya marjinalisasi salah satu pihak juga bias terlihat ketika menganalisis film dengan melihat cara penampilan sebuah adegan kekerasan.
4. Authorsip dalam film India
Konsep authorsip atau pengarang tunggal dalam sebuah film pertama kali muncul pada tahun 1950 dalam jurnal Perancis, Cahiers du Cinema. Dalam sebuah artikel, "Une certaine tendance du cinéma français" ("a certain trend in French cinema"), François Truffaut memperkenalkan ungkapan baru yaitu "la politique des Auteurs", yaitu pendapat bahwa setiap sutradara pasti memiliki cara pandang dan perlakuan khusus yang dilakukan dalam filmnya (Giannetti, 1996, p. 445).
Konsep ini bermula dari pandangan bahwa sutradara dalam film memiliki tugas yang sama dengan seorang pengarang novel yang memiliki pandangan pribadi dalam setiap novel yang dibuatnya. Begitu pula yang terjadi dalam pembuatan film. Pembuatan film akan mengandung “a filmmakers signature”,yang dapat dibaca melalui keseluruhuan tema dan gaya dalam sebuah film (Giannetti, 1996, p. 445). Sedangkan pihak yang paling sesuai untuk dikatakan sebagai author adalah sutradara (Film Ensyclopedia, n.d.). Truffaut mempertegas peranan sutradara dengan menyatakan bahwa tidak ada film yang baik ataupun buruk, namun yang ada hanyalah sutradara yang bagus ataupun buruk
"(t)here are no good and bad movies, only good and bad directors." (dikutip dalam Auteur Theory, n.d.).

Tidak semua sutradara bisa dikategorikan sebagai seorang auteur. Untuk dapat dikatakan sebagai seorang auteur, jika memenuhi beberapa kriteria yaitu
1.Personal Vision. Andrew Sarris menyebutkan bahwa terdapat pandangan pribadi dan andil personal yang kuat dari sutradara tersebut dan tidak memperbolehkan orang lain mempengaruhinya (dikutip dalamm Auteur Theory in Film Criticism,2007).
2.Camera as A Stylo. Alexandre Sartruc mengungkapkan bahwa auteur menggunakan kamera layaknya sebuah pena untuk penulis (dikutip dalam Film Ensiklopedia, n.d.)
3.Director’s Signature. Selalu memiliki ciri khusus dalam filmnya yang dapat diidentikkan dengan sutradara tersebut (Giannetti, 1996, p. 445).
Sutradara dianggap sebagai seseorang yang memiliki pengaruh paling kuat dalam sebuah produksi film, dan sutradara sekaligus juga dianggap sebagai seorang “penulis” dalam sebuah film. Setiap hasil karya film yang keluar merupakan hasil tangan yang menunjukkan pandangan pribadi seorang sutradara.
Sutradara memiliki kekuasaan untuk menentukan bentuk film yang akan dibuatnya, mulai dari set panggung, tata letak kamera, kharakteristik pemain, hingga proses editing merupakan hasil buah pikiran sutradara (Gollin, 1992). Dalam pembuatan film tersebut, tidak dapat dilepaskan bahwa sutradara sebagai seorang auteur juga adalah hasil dari produksi intitusi-institusi yang berada di lingkungannya. Seorang sutradara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sekitar, ketika membuat sebuah film. Aspek sejarah, aspek lingkungan produksi film, juga dapat mempengaruhi proses pembuatan film oleh seorang sutradara.













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain lebih mementingkan proses penelitian. Oleh karena itu, bukan pemahaman mutlak yang dicari, tetapi pemahaman mendalam tentang kehidupan sosial. Kharakteristik penelitian kualitatif yang lebih mengutamakan kedalaman daripada keluasan diharapkan bisa digunakan untuk menjelaskan wacana KDRT dalam film Pasir Berbisik dan film Eliana-Eliana.

1. Metode Penelitian
Analisis wacana kritis digunakan untuk meneliti wacana mengenai tindakan kekerasan terhadap kaum lemah dalam film ini. Terdapat asumsi bahwa masyarakat kecil tidak bisa hidup seperti kaum yang kaya dan pintar. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai factor yang penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat.
Analisis wacana kritis berpendapat bahwa dalam setiap teks yang muncul terdapat elemen kekuasaan. Penggambaran yang muncul dalam film baik dalam bentuk verbal ataupun non verbal, tidak dipandang secara netral, tetapi merupakan bentuk perlakuan dominasi kepada pihak minoritas.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis model Norman Fairclough. Fairclough membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi, yaitu teks, discourse practice, dan sosiocultural practice.
Sasaran penelitian adalah film Pasir Berbisik, karya sutradara dan penulis naskah Nan Trivia Achnas, dan Eliana-Eliana, karya sutradara dan penulis naskah Riri Reza. Film Pasir Berbisik dan film Eliana-Eliana dipilih karena memiliki kecenderungan sutradara sebagai seorang auteur, karena kedua sutradara tersebut juga berperan sebagai penulis naskah. Kedua film tersebut juga membawa tema yang sama, yaitu tema mengenai kekerasan yang terjadi akibat konflik antara orangtua dan anak, sehingga bisa menjawab permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini.
Tipe penelitian adalah deskriptif karena peneliti bermaksud untuk menggambarkan representasi kekerasan terhadap kaum yang lemah dalam film India karya kaum borjuis dan penguasa yakni sutradara yang berasal dari amerika.

2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap scene yang terdapat adegan yang menunjukkan tindakan kekerasan terhadap kaum lemah dalam film slumdog milionare. Kekerasan terhadap kaum lemah tersebut dapat berupa kekerasan secara fisik maupun kekerasan berupa kekerasan psykologis terhadap masyarakat tersebut, Physical abuse (kekerasan fisik) adalah kekerasan yang berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada kaum lemah yakni masayarakat miskin.
Psychological abuse (kekerasan psikologi) yaitu kekerasan yang dapat berupa penghardikan atau penyampaian kata-kata kasar kepada anak. Sexual abuse (kekerasan seksual) adalah tindakan kekerasan yang berupa perlakuan pra-kontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibition), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dan orang dewasa (inchest, perkosaan, eksploitasi seksual), serta social abuse (kekerasan sosial) yang berupa penelantaran dan eksploitasi terhadap kaum yang lemah.

VI.3 Teknik Pengumpulan Data
Setiap scene dalam film slumdog milionare akan dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan kriteria kekerasan terhadap kaum yang lemah, baik yang berupa physical abuse, psychological abuse, sexual abuse, maupun social abuse. Lalu sesuai dengan model analisis wacana kritis oleh Fairclough, maka scene yang telah terpilih tersebut digunakan sebagai teks yang akan diteliti untuk menunjukkan bentuk representasi kekerasan terhadap kaum lemah India.
Pada tingkatan discourse practice, yang dilakukan adalah melakukan wawancara mendalam kepada pakar dan pengamat film, dan juga praktisi dibidang perfilman. Namun seharusnya peneliti melakukan wawancara dengan sutradara film ini untuk mendapatkan data yang akurat, akan tetapi karena keterbatasan peneliti maka hanya bisa melakukan wawancara kepada pengamat dan praktisi dibidang perfilman.
Pada tingkat sosiocultural practice, yang akan dilakukan adalah dengan studi kepustakaan, maupun penelusuran situasi masyarakat pada tahun pembuatan film, baik melalui buku, internet, maupun sumber-sumber lain.

VI.5 Teknik Analisis Data
Keseluruhan data yang sudah terkumpul kemudian akan dianalisis berdasarkan metode analisis wacana kritis milik Norman Fairclough. Dalam analisis akan dianalisis berdasarkan teks, lalu analisis discourse practice, yang menjelaskan proses produksi dan konsumsi teks. Serta yang ketiga adalah analisis sosiocultural practice yang mencoba mencari konteks yang berada di luar teks.
Dalam analisis teks, sebenarnya bisa diuraikan untuk melihat tiga permasalahan. Pertama, representasi mengenai suatu hal, terutama representasi mengenai kekerasan terhadap kaum lemah. Dilakukan analisis apakah teks yang ditampilkan dalam film tersebut membawa ideology tertentu. Kedua, relasi antara pakar dan pengamat dengan teks yang ditampilkan dalam film, seperti apakah sutradara memiliki pengalaman pribadi tertentu mengenai kekerasan terhadap kaum lemah, lalu alasan-alasan seorang sutradara menggunakan cara penceritaan seperti dalam film tersebut. Ketiga, melihat cara seorang sutradara menampilkan identitas mengenai suatu hal.
Sedangkan dalam analisis di tingkatan discourse practice, memusatkan perhatian pada bagaimana produksi dan konsumsi teks. Pada level ini ingin melihat bagaimanakah sebuah representasi tersebut digambarkan dalam sebuah film. Untuk itu bisa dilihat dari ketiga elemen yang merupakan keseluruhan dari praktek wacana, yaitu dilihat melalui dari sisi sutradara itu sendiri. Kedua, dari sisi hubungan antara sutradara dengan pihak-pihak lain dalam proses produksi film. Ketiga, melalui praktik kerja atau rutinitas kerja, mulai dari produksi naskah, hingga proses editing, hingga berbentuk naskah audio visual lengkap.
Setelah film dianalisis berdasarkan tiga level metode analisis kritis dari Norman Fairclough kemudian akan dibandingkan untuk menemukan jawaban mengenai wacana kekerasan terhadap kaum lemah dalam film India yang disutradarai oleh seorang kaum borjuis.





BAB IV
ANALISA DATA

1.Representasi Kekerasan Fisik Terhadap Kaum Lemah

Representasi kekerasan peneliti golongkan menjadi dua yaitu kekerasan fisik dan psykologis agar lebih mudah untuk melakukan penelitian. Adapun definisi tentang kekerasan fisik dan psykologis yakni:
Definisi kekerasan Fisik (WHO): tindakan fisik yang dilakukan terhadap orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikogi. Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak, mendorong (paksa), menjepit.
Definisi kekerasan psikologi (WHO):  penggunaan kekuasaan secara sengaja termasuk memaksa secara fisik terhadap orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, mental, spiritual, moral dan pertumbuhan sosial. Tindakan kekerasan ini antara lain berupa kekerasan verbal, memarahi/penghinaan, pelecehan dan ancaman. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang diberikan oleh lingkungan sosial dimana dia bertempat, kekerasan ini berupa hukuman atau pengkucilan yang dilakukan masyarakat dalam lingkungan sosial tersebut.
Pada scene awal pemukulan yang dilakukan opsir polisi yang menahan jamal, merupakan representasi kekerasan terhadap kaum lemah yang dilakukan kaum yang berkuasa, dalam hal ini opsir polisi yang memeriksanya atas permintaan host acara who wants to be a millionaire. Karena Jamal selalu dapat menjawab dengan tepat segala pertanyaan yang diajukan. Kecurigaan si pembawa acara semakin meningkat ketika Jamal melampaui batas aman ketiga yaitu 16 Rupee. Pada batas aman ketiga ini, bahkan Profesor sekalipun belum pernah ada yang melampauinya. Maka dari hal tersebut mereka kira jamal melakukan kecurangan, dan untuk menyelidiki masalah tersebut dimintalah polisi untuk menyelidikinya. Jamal merupakan kaum lemahnya sedangkan polisi sebagai kaum penguasanya.
Pada scene selanjutnya yaitu kekerasan yang dilakukan masyarakat india pemeluk agama hindu yang melakukan kekerasan dan pembantaian terhadap masyarakat muslim. Masyarakat pemeluk agama hindu merupakan kaum penguasa sedangkan kaum lemahnya adalah masyarakat muslim yang jumlahnya sangat sdikit.
Pemukulan yang dilakukan oleh guru sekolah jamal dan malik, saat mereka terlambat, dan karena mereka juga merupakan murid yang bodoh dikelas tersebut. Kaum lemah adalah jamal dan malik dan kaum penguasa adalah guru.
Pencopotan bola mata yang dilakukan maman dan komplotannya yaitu preman yang menampung anak-anak jalanan. Hal tersebut dilakukan agar anak jalanan tersebut menjadi buta dan ketika mereka meminta-minta orang akan semakin berbelas kasihan. Kaum lemah adalah anak-anak jalanan, kaum penguasa adalah maman dan komplotan premannya.
Pemukulan yang dilakukan sopir wisatawan asing yang datang untuk berwisata, pemukulan tersebut dilontarkan kepada jamal karena jamal mengajak wisatawan tersebut kedaerah yang tidak aman sehingga onderdil dari mobil yang diparkir tersebut hilang dan dicuri orang.
Penembakan yang dilakukan salim kepada maman, karena dia marah dan ingin balas dendam degannya. Dan dia ingin menjadi preman pengganti maman, dalam scene ini malik sebagai orang yang dominan karena dia mempunyai senjata sehingga bisa membunuh maman.
Perlakuan kasar yang dilakukan javed terhadap latika yang merupakan gadis yang dicintai jamal. Sedangkan javed adalah preman Mumbai yang merupakan bos dari kakak jamal yaitu mlik. Perlakuan semena-mena tersebut dilakukan karena makanan yang disediakan kepada javed tidak enak rasanya. Javed sendiri adalah adalah penguasa yaitu orang yang kuat sedangkan latika hanya perempuan yang dijadikan selir oleh javed.
Kekerasan yang dilakukan distasiun tempat yang dijadikan latika dan jamal untuk bertemu, kekerasan tersebut dilakukan salim yang merupakan orang suruhan javed. Kekerasan dari orang yang berkuasa kepada orang yang lemah, yakni salim yang kuat dan latika adalah masyarakat yang lemahnya.
Penembakan yang dilakukan salim kepada javed yang merupakan bosnya sendiri, hal tersebut dilakukan karena salim inging melakukan kebaikan kepada adiknya dengan cara menyelamatkan wanita yang jamal cintai, dan hal tersebut diketahui oleh javed. Sehingga javed mencari salim sebagai orang yang telah membebaskan latika. Sebagai hukuman dari tindakan salim tersebut javed inging membunuh salim akan tetapi salim terlebih dahulu membunuh javed dengan pistol yang dipunyainya. Dan setelah itu salim ditembak oleh anak buah javed.

2.Kekerasan Psychological dan Sosial.
Dalam melihat film Slumdog Millionaire ini banyak mengangakat permasalahan yang sering terlupakan muncul kepermukaan. Dalam film ini, si pembuat film menyatakan sebuah quotation yaitu Destiny is written. Quotation itu akan membantu dalam penjabaran mengenai kehidupan seorang masyarakat miskin yang tersirat dalam kehidupan Jamal Malik. Film ini membahas tentang dua hal tersebut, kaum borjuis yang dapat seenaknya bertindak terhadap kaum bawah dengan topeng materi dan perjuangan kaum bawah yang “ menuntut” persamaan hak. Pembahasan kali ini akan di mulai dari awal film Slumdog Millionaire agar jelas apa yang disampaikan oleh si pembuat film. Setting film ini mengambil setting Mumbai tahun 2006 dan acara who wants to be a millionaire dipilih karena acara ini merupakan acara yang selalu ditonton oleh warga India pada saat itu atau dalam kata lain rating who wants to be a millionaire sedang naik.
Hal ini dipilih karena pada tahun itu keadaan ekonomi India mengalami pasang surut sehingga memberi dampak psikologis bagi warga India untuk mencari jalan singkat mendapatkan uang demi kelangsungan hidup. Sehingga acara who wants to be a millionaire mendapat perhatian lebih oleh masyarakat India karena cara ini menawarkan uang dengan jumlah yang sangat besar tanpa harus bersusah payah menggunakan kekuatan fisik.
Berikutnya adalah tokoh Amitabh Bachan yang merupakan tokoh kenamaan di India, Ia telah memerankan banyak film India. Amitabh Bachan bisa dikatakan sebagai tokoh pujaan masyarakat India kebanyakan. Mereka memiliki anggapan bahwa ketenaran dapat dengan mudah mendatangkan kekayaan dan kemakmuran. Saat Jamal mendengar berita bahwa Amitabh Bachan akan datang ke daerah kumuh mereka, Ia sedang berada di sebuah toilet yang terbuat dari bilik kayu di tepian sungai. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pihak-pihak yang tidak peduli akan kebersihan dan kesehatan. Kehidupan yang tercermin pada saat Jamal dan Salim yang beragama Islam harus kabur dari serangan orang-orang yang beragama hindu. Perang agama seperti itu juga pernah di alami oleh banyak kaum lemah atau kaum minoritas yang ada di India harus berpindah keyakinan. Kaum lemah atau minoritas mengalami sendiri bagaimana para penganut agama saling menindas satu sama lain sehingga mereka dan keluarga harus pindah agama demi menghindari penindasan.
Namun dalam film ini agar tidak mempengaruhi iman seseorang maka pada saat kaum agama Islam dikejar oleh kaum agama Hindu, Jamal dan Salim berlari untuk menghindari kejaran para orang-orang yang berbuat anarki. Sebuah simbolisasi yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki pilihan dalam menentukan jalan hidupnya adalah pada saat Jamal dan Salim berada di sebuah persimpangan gang sempit, tiba-tiba muncul sosok Dewa Rama yang berada di gang buntu pada sebelah kiri. Pada adegan itu seolah-olah Jamal dan Salim harus memilih agama apa yang akan ia pilih, jalan lurus ke depan adalah agama Islam yang Ia percayai dengan resiko banyak kaum hindu yang mengejar ataukah agama Hindu yang bisa menyesatkan mereka – disimbolkan dengan gang buntu. Kisah Jamal dan Salim yang kini harus kehilangan kedua orang tuanya akibat peperangan agama itu membuat mereka harus memilih pekerjaan untuk kelangsungan hidup mereka. Hal ini pun terdapat dalam kehidupan kaum minoritas masyarakat yang ada di India.
Dalam urusan percintaan, dikisahkan dalam film ini Jamal sangat setia menanti Latika yang menjadi kembang di sebuah hiburan malam. Dari sekelumit pembahasan di atas terlihat banyak kemiripan anatara kehidupan masyarakat miskin India yang digambarkan dengan kehidupan Jamal di film Slumdog Millionaire.
Bisa diperkirakan bahwa akan banyak terdapat point-point kehidupan masyarakat miskin yang merupakan kaum lemah di India yang tercermin dalam film ini, berikut pembahasannya lebih lanjut. Jamal merupakah salah satu tokoh yang mendukung kaum buruh, yang dalam film ini digambarkan dengan adegan dimana Jamal yang mewakili kaum buruh dapat menjatuhkan kaum borjuis yang diwakili oleh polisi yang menguji pengetahuan Jamal. Percakapan yang mengisyaratkan bahwa kaum buruh pun juga mempunyai pengetahuan lebih yaitu ketika Jamal menanyakan berapa harga roti saat ini, polisi mengatakan bahwa harganya 10 rupee. Jamal mengatakan bahwa harga Roti naik setelah Bivali – suatu perayaan kebudayaan India.





DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana Kritis : Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: LKiS.

Giannetti, Louis. (1996). Understanding Movies (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Gollin, M. Richard. (1992). A Viewer’s Guide to Film : Arts, Artificies, and Issues. United States of America: Mc Graw-Hill.

Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

INTERNET
Auteur Theory in Film Criticism. (2007). Retreived September 22, 2008 from http://www.bbc. co.uk/dna/ h2g2/A22928772

Film Ensyclopedia. (n.d.). Auteur Theory and Authorship. Retrieved September 22, 2008 from http://www.filmreference.com/encyclopedia/Academy-Awards-Crime-Films/Auteur-Theory-and-Authorship-ASCERTAINING-AUTHORSHIP-IN-CINEMA.html

Purba, Amir. (2007). Menyelami Analisis Wacana Melalui Paradigma Kritis. Retreived April 20, 2009 from http://dictum4magz.wordpress.com/2007/12/04/menyelami-analisis-wacana-melalui-paradigma-kritis/

http://indonesian.irib.ir/index.php/politik/63-sosial/9295-oh-oscar.html

On Minggu, 25 Oktober 2009 0 komentar

TEORI MENGHINDARI KENDALA DALAM PERCAKAPAN.
Level individu dalam dimensi budaya.
Dalam interaksi sosial sehari-hari, setiap orang memiliki berbagai tujuan sosial (misalnya, dalam mencari teman , mencari bantuan, mencari informasi, mengungkapkan informasi). Untuk mencapai tujuan ini, orang harus memiliki kompetensi-yang srategis pengetahuan luas yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam teori yang dikemukakan oleh M.kim (1993) bahwa gagasan tentang kendala dalam percakapan yang merujuk pada pilihan taktik komunikasi dan penilaian umum kompetensi komunikasi. Prioritas yang berbeda yang diberikan kepada kendala akan menimbulkan pendekatan yang berbeda untuk tujuan-tujuan interaksi, dan akhirnya secara keseluruhan tayangan dari antar kompetensi strategis. Berfokus pada percakapan berbasis budaya kendala, M.kim (1993) diuraikan perspektif teoretis untuk memahami dan memperkirakan perbedaan pilihan strategi percakapan yang dilakukan oleh anggota kelompok-kelompok budaya yang berbeda, secara khusus, dua kendala (wajah kepedulian dan kejelasan) yang secara teoritis dan penting terkait dengan dimensi budaya, yakni individual dan kelompok orientasi. Gagasan penting adalah bahwa membangun kelompok dan diri pribadi secara sistematis banyak mempengaruhi, seperti wajah yang memiliki arti penting yakni dukungan dan kejelasan strategi dalam percakapan. Kendala percakapan tersebut, sebagai strategi penggerak pilihan, pada bagiannya, berpengaruh pada pilihan strategi dan penilaian kompetensi lintas budaya.

Model percakapan yang dikemukakan M.kim sebelum ini yaitu percakapan kendala telah terbukti bermanfaat dan telah menerima dukungan empiris. Sebagai contoh, ditemukan bahwa ada perbedaan budaya lintas sistematika dalam pentingnya aturan paksaan ini (m.kim, 1994) dan juga dalam menengahi dan peringkat permintaan pemesanan taktik sepanjang kendala ini dimensi (kim dan wilson, 1994 ). Kerangka teori sebelumnya, namun hanya melibatkan tingkat budaya, namun ini, faktor-faktor yang memimpin orang-orang dalam satu kebudayaan untuk dikomunikasikan sama atau berbeda dari orang-orang dalam budaya lain. Model difokuskan hanya pada bagaimana budaya mempengaruhi perilaku individu. Bagaimana-pernah, teori yang solid komunikasi antar budaya harus didasarkan pada budaya yang berlaku, maka harus didukung oleh tingkat individu maupun data tingkat kebudayaan (Leung, 1989). pendekatan tingkat individu telah menerima perhatian yang sangat sedikit dalam komunikasi antar budaya Baru saja penggunaan luas dimensi kebudayaan yang sangat berfariasi telah dikupas oleh banyak penulis karena kurangnya daya penjelas. Ketika dimensi luas seperti individual melawan kelompok atau tinggi rendah dipanggil konteks untuk menjelaskan perbedaan budaya, bagaimana atau mengapa terjadi perbedaan-perbedaan ini. Penggunaan budaya sebagai penjelasan perbedaan tidak sedikit untuk membantu kita memahami penyebab perilaku berlawanan secara lengkap pengaruh budaya pada perilaku komunikasi, perlu adanya campur tangan untuk menemukan variabel yang cocok untuk memahami apa itu budaya , apa saja perbedaan budaya. Tentu saja, pembagian dunia untuk perseorangan dan kelompok budaya adalah penyederhanaan dari yang luas dan layak yang lebih sistematis dan rinci (Schwartz).
Dalam penelitian komunikasi antar budaya, mungkin ada bias untuk memilih menggunakan "budaya" sebagai satu-satunya variabel penjelas. Kebanyakan penelitian cenderung memilih pendekatan tingkat individu dan fokus pada tingkat Cultur. Masalahnya berasal dari fakta bahwa para peneliti bergantung pada perbedaan budaya perbedaan tingkat individu masyarakat yang diteliti. Penggunaan variabel mediasi memiliki keunggulan mengurangi kemungkinan bias sebagai penjelasan untuk pola penyelaras perbedaan budaya. Mempelajari pola komunikasi antar budaya melalui analisis tingkat individu. Banyak pendekatan teori dalam komunikasi antar budaya di beberapa titik meminta proses tingkat individu (misalnya, konsep diri, identitas) sebagai penjelasan tentang perbedaan budaya (lihat colier & thomas, 1988; cronen, Pearce, & Tomm, 1985). Namun, ada kurangnya bukti empiris yang sangat menyolok kira-kira sebuah spesifics sistem diri orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Penggunaan budaya sebagai variabel penjelas perbedaan budaya, orang mungkin mengklaim bahwa pendekatan tingkat individu paling cocok untuk psikologisnya daripada fenomena budaya. Namun, banyak pendekatan teori dalam komunikasi antar budaya di tingkat individu beberapa faktor, seperti konsep diri dan wajahnya. Sebuah teori yang berlaku universal harus perhatian sendiri dengan tingkat individu maupun isu tingkat budaya. Konvergensi antara individu dan tingkat budaya penjelasan akan mendukung universalitas teori. Bab ini mengintegrasikan analises tingkat individu (memilih fokusing pada faktor-faktor yang memotivasi kita untuk berkomunikasi dan mempengaruhi cara kita menciptakan dan menafsirkan pesan), didasarkan pada asumsi bahwa budaya dan tingkat individu saling terkait. Untuk meringkas, tujuan bab ini adalah untuk memberikan kerangka teoretis untuk menerangi hubungan antara variabel-variabel budaya tingkat individu (beberapa elemen struktur diri) ke convercational pentingnya precieved kendala, yang mengarahkan motif atau kriteria untuk memilih strategi percakapan. Kemampuan untuk menangani tingkat individu variabel dimensi budaya harus lebah alat yang berguna dalam menentukan apakah perbedaan budaya estabilished sebelumnya cocok dengan perbedaan tingkat individu terkait.
Tiga unsur berikut merupakan struktur diri, yang merupakan variabel tingkat individu, dipilih: (a) dua dimensi konsep diri, yaitu, mandiri dan independen construals diri dijelaskan oleh markus dan kitayama (1991); (b) membutuhkan persetujuan dan kebutuhan dominasi, dan (c) psycological gender, thats adalah, maskulinitas dan feminitas. Variabel tingkat individu ini telah sesuai perbedaan budaya dalam komunikasi. Prediksi harus Theoritical ize umum di seluruh jenis interaksi (antar-budaya dan antar percakapan). Curent teori yang dapat diterapkan untuk berbagai tujuan primer (kritik, permintaan maaf, penolakan mencari informasi, memunculkan janji-janji). Selain itu, teori ini dapat diuji dengan berbagai tujuan primer (kritik, permintaan maaf penolakan, mencari informasi, elicityng janji-janji). Selain itu, teori ini dapat diuji dengan beragam populasi dari berbeda latar belakang linguistik dan sosiokultural. Sisanya bagian capter ini disusun sebagai berikut: pertama, constrainsts percakapan trhee diperkenalkan. Selanjutnya, beberapa variabel yang berkaitan dengan mediasi dan sistem diri individu yang terkait dengan arti-penting yang dirasakan percakapan kendala. Proposisi teoretis tertentu berasal dari diskusi ini. Akhirnya, implikasi teoretis dan arah masa depan dan arah masa depan untuk penelitian yang dibahas.
Percakapan Kendala
Percakapan adalah tipe yang dipandang sebagai tujuan yang memerlukan tindakan diarahkan dengan orang lain. Tujuan interaksi diklasifikasikan dalam dua tipe: (a) global atau lintas situasional golas dan (b) situasi tujuan spesifik. Berlawanan dengan tujuan situasional situasi dibedakan dari tujuan-tujuan spesifik dalam bahwa mantan adalah operasi selama hampir semua pertemuan sosial.
Keprihatinan untuk kejelasan
kejelasan yang diterapkan pada percakapan perilaku, adalah kemungkinan suatu ucapan membuat satu contoh yang jelas dan eksplisit. Yaitu, perhatian untuk mengendalikan kejelasan sejauh mana maksud dari pesan secara eksplisit dan jelas dikomunikasikan kepada pendengar. Apllied untuk percakapan perilaku, kendala (atau preferensi) untuk kejelasan karena itu adalah kekhawatiran untuk mencapai dan keluar datang dalam cara yang mungkin langsung. Karena dengan adanya kejelasan terhadap percakapan yang dilakukan untuk mengantisipasi keprihatinan tersebut ketika kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita harus bisa memberi kejelasan terhadap semua perkataan yang kita ingin sampaikan kepada orang tersebut dan harus dijelaskan apa maksud dari perkataannya tersebut.
Keprihatinan untuk menghindari terlukanya perasaan pendengar.
Pada saat merencanakan untuk mencapai tujuan-tujuan interaksi, orang mungkin juga memperhitungkan bagaimana tindakan yang diproyeksikan dapat mempengaruhi perasaan si pendengar. "Perhatian terhadap perasaan orang lain" berkaitan dengan speaker dianggap kewajiban untuk mendukung persetujuan pendengar mencari atau si pendengar citra diri positif. Sebagai seorang komunikator yang handal kita juga bisa mengetahui perkataan yang dapat menyinggung bahkan melukai perasaan pendengar kita dangan cara tersebut kejadian terlukanya perasaan pendengar akan sedikit berkurang.
Perhatian untuk meminimalkan kesalahan percakapan
Perbedaan ini berkenaan dengan sejauh mana menghindari memaksakan suatu ucapan pada pendengar atau mengganggu si pendengar kebebasan bertindak. Tindakan komunikasi dapat mengancam si pendengar wajah negatif sejauh itu menimpa dirinya atau hak untuk otonomi. Jenis ini telah kekhawatiran dimaksud dalam therms lebih abstrak, seperti "kesopanan negatif" “sopan" yang menghindari membuat pemaksaan pada orang lain. Etika kesopanan dalam percakapan juga harus kita gunakan dalam berkomunikasi baik komunikasi dengan orang yang satu budaya dengan kita maupun antar budaya, untuk kesopanan tersebut kita harus mengetahui tata krama atau etika dari orang lawan bicara kita tersebut. Namun sebelumnya kita harus mengetahui etika lawan bicara kita, dan jika kita tidak mengetahui maka kita harus banyak menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan lawan bicara kita tersebut.
Kemampuan diri dalam kebudayaan yang berbeda
Pengertian tentang "perorangan" dan "kelompok" telah untuk digunakan untuk menjelaskan gaya diffrences dalam komunikasi antara budaya. Kesimpulan umum adalah bahwa anggota yang langsung budaya colectivistic gaya komunikasi. Meskipun popularitas individualisme dan kolektivisme dimensi budaya yang besar, mereka tidak psycological validitas establised baik. Baru-baru ini, markus dan kitayama digambarkan dua jenis construals diri (independen dan saling tergantung) dan berpendapat untuk pengaruh sistematis ini berbeda-beda ini konsep diri pada kognisi, emosi dan motivasi. Kemampuan tiap-tiap individu antara satu dengan yang lainnya tidak sama, yang mana kemampuan tiap individu yang dalam budayanya sendiri dia sudah mampu berkomunikasi dengan baik akan tetapi ketika dia berkomunikasi dengan individu yang berbeda budaya orang tersebut belum tentu dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menimbulkan interaksi antara keduanya.
Kepercayaan diri
kepercayaan terhadap diri sendiri menempatkan prioritas yang lebih tinggi pada upaya mempertahankan dan menegaskan kebutuhan dan tujuan individu. Ini adalah tanggapan untuk "mengatakan apa yang ada di dia atau pikiran" jika ia berharap yang akan dihadiri atau dipahami (Markus & Kitayama, 1991). Untuk alasan yang berorientasi ke arah diri construal independen, nada umum interaksi sosial mungkin lebih peduli dengan menjadi langsung, jelas, jelas dan ringkas dalam pemilihan taktik verbal. Oleh karena itu, construal diri independen dapat secara sistematis peningkatan pentingnya kejelasan perhatian dalam membimbing pilihan strategi percakapan. Kita harus meningkatkan kepercayaan diri pada diri sendiri agar semua yang kita katakan tanpa adanya rasa keraguan dan lawan bicara kitapun bisa percaya tentang apa yang kita bicarakan itu benar adanya.
Kemampuan mengubah tingkah laku
Kita tidak perlu mengandaikan pengembangan salah satu diri dengan mengesampingkan yang lain. Keadaan, seperti memiliki orangtua dari budaya yang berbeda, atau antar pengalaman, dapat berkontribusi pada pengembangan baik swasta dan diri kolektif. Perubahan tingkah laku disini yang mana penyesuaian diri kita terhadap budaya yang ada dilingkungan baru kita agar kita bisa hidup berdampingan dengan budaya lain tersebut. Bhawuk dan Brislin (1992) menemukan bahwa salah satu ukuran kepekaan budaya adalah kemampuan individu untuk mengubah tingkah lakunya sesuai dengan konteks budaya kolektif atau individualis. Kemampuan untuk beralih antara modus kelompok dan individu menunjukkan keberadaan dua dikembangkan dengan baik konsep diri di antara beberapa individu. Intinya harus dibuat adalah bahwa beberapa orang mungkin memiliki dua berkembang dengan baik.
Sudut pandang gender
Kesadaran dan kepekaan terhadap orang lain yang digambarkan sebagai fitur penting psikologi perempuan. Kesediaan dan kemampuan untuk perawatan standar evaluasi diri bagi banyak wanita. Dengan penggambaran perempuan konsep-diri dalam banyak hal mirip dengan karakteristik budaya feminin, budaya feminin antarpribadi menekankan kerjasama, simpati ruang lingkup yang ramah untuk yang lemah; Sebaliknya, budaya maskulin menekankan pencapaian , pengakuan, dan tantangan. Feminitas budaya termasuk tinggi di Swedia, Norwegia, dan Belanda; budaya maskulinitas tinggi termasuk Jepang, Austria dan Venezuela. Leung, Bond, Carment, Kirshnan, dan Liebrand (1990) menemukan bahwa kawula Belanda (feminin budaya) lebih suka meningkatkan harmoni-prosedur lebih, dan konfrontatif prosedur kurang, daripada subjek Kanada (maskulin budaya). Jenis kelamin individu memiliki citra diri mereka sendiri mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dengan yang lain, dan konsep diri atau keperempuanan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka sebagai komunikator yang baik dan mampu mempengaruhi lawan bicara kita tersebut sehingga hubungan timbal balik yang diinginkan terlaksana. Ciri-ciri maskulinitas dan feminitas, sementara bukan sebagai hal untuk menilai jenis kelamin fisik (laki-laki atau perempuan), mungkin nilai yang lebih besar untuk komunikasi.
Miskomunikasi antara laki-laki dan perempuan telah ditafsirkan dalam beberapa cara, terutama sebagai pembenaran oleh pola sosialisasi yang berbeda budaya dan gender. Pendekatan lintas budaya untuk percakapan lintas-gender, di mana laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, keduanya dapat dilihat untuk menyelesaikan dan menampilkan kesamaan dalam percakapan, tetapi dari perspektif budaya yang berbeda.Klaim umum adalah bahwa pria dan wanita pidato pidato tampaknya memiliki isi yang berbeda dan untuk melayani berbagai tujuan. Laki-laki pidato ini dicirikan sebagai persaingan berorientasi atau bertentangan. Di sisi lain, pidato perempuan dicirikan sebagai kolaborasi berorientasi atau afiliatif, yang mana kaum perempuan lebih banyak toleransi terhadap semua tindakannya dan masih banyak adanya simpati terhadap lawan bicaranya. Sementara itu kaum laki-laki mempunyai sikap yang berlawanan arah dari pada perempuan biasanya mereka mempunyai ciri khas yakni lebih menyukai banyak tantangan dengan hasil yang maksimal.
Jadi fokus pada hubungan perempuan berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan merespons kebutuhan dan perasaan orang lain, mendapatkan satu cara sendiri serta menarik bagi aturan mementingkan diri sendiri. Jika benar bahwa stereotip laki-laki (yakni, orientasi budaya maskulin) menggunakan bahasa "untuk menegaskan posisi dominasi", sedangkan wanita (yaitu, orientasi budaya feminin) menggunakan bahasa untuk menciptakan dan memelihara hubungan kedekatan, maka ini juga harus tercermin dalam diri pribadi untuk menghindari kendala dalam percakapan.

On Jumat, 23 Oktober 2009 0 komentar
On Jumat, 11 September 2009 0 komentar

PROSES CETAK DENGAN SABLON


Peralatan-peralatan yang harus ada untuk menyablon, yakni:

1. Screen (kain gasa terbuat dari Polyster/Nylon)
2. Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintetis)
3. Obat Afdruk (cairan kental/emilsion)
4. Mika (alat pemoles obat afdruk)
5. Sinar Matahari/Kotak Lampu (penyinaran saat mengafdruk)
6. Busa (untuk mengepress film pada screen)
7. Semprotan Air (pengembang gambar hasil afdruk)
8. Meja Sablon
9. Tinta/Cat (khusus sablon)
Tiga teknik dasar dalam menyablon, yaitu: pertama, Tehnik membuat film sablon, kedua, tehnik mengafdruk screen, ketiga, tehnik menyablon segala dasar.

1. TEHNIK MEMBUAT FILM
Film sablon adalah sebuah gambar/tulisan yang dibuat dengan manual atau di setting komputer. Film tersebut merupakan "master" yang akan digunakan dalam keperluan cetak sablon. Tanpa film ini pengerjaan sablon tidak dapat dilakukan, Ada 4 jenis film sablon:
1.Film Repro Film ini banyak digunakan oleh kalangan profesional sablon karena kwalitasnya sangat bagus untuk menghasilkan afdrukan yang sempurna. Pembuatan film ini menggunakan mesin pembuat repro hasilnya lebih trasparan dan lebih hitam pekat.

2. Film Kalkir Pembuatan film ini cukup praktis, dengan mengeprint dari komputer dengan kertas kalkir atau difotocopy dengan kertas kalkir.

3. Film Minyak Film ini cukup digemari karena berbiaya murah dan praktis. cukup dengan melumuru kertas dengan minyak goreng kemudian dikeringkan.

4. Film Kertas Potong Biasanya film ini dipergunakan untuk membuat cetakan sablon spanduk karena media cetaknya cukup besar, bahan filmnya terbuat dari kertas potong. Proses pembuatannya cukup sederhana: kertas yang sudag dibuat tulisan/gambar langsung di potong dengan pisau cutter sehinggan tiap-tiap huruf/gambar berlubang.
Untuk membuat cetakan sablon berwarna, buatlah film sebanyak warna yang dikehendaki mengikut pola gambar.

2. TEHNIK MENGAFDRUK SCREEN
Proses pengafdrukan merupakan proses yang sangat penting dan menetukan bagi hasil sebuah pekerjaan sablon. Bila hasil afdrukannya baik maka besar kemungkinan akan bagus hasil sablonannya.

Afdruk adalah sebuah proses penduplikasian dari gambar/tulisan film ke dalam screen. apapun gambar/tulisan yang ada pada film akan terlihat sama pada screen setelah melalui proses pengafdrukan. ada dua cara mengafdruk screen:

1.Dengan Matahari
2. Dengan kotak Lampu Neon

Cara kerja kedua cara tersebut sama saja yaitu mengexpose (menyinari) yang telah dipolesi dengan obat afdruk "emulsion" untuk menimbulkan gambar/tulisan ke screen melalui pencahayaan.
Ada 2 macam emulsion yang digunakan untuk mengafdruk screen, pertama jenis solven untuk jenis non kain dan jenis Water Base untuk menyablon kain atau kaos.


Ada 9 langkah mengafdruk screen:

1. Mencampur Emulsion (obat Afdruk) dan SR/ cairan kuning yang ada dalam kemasan Emulsion. Obat yang sudah dicampur dengan cairan kuning tidak bisa disimpan lama, oleh sebab itu pergunakan secukupnya. Tuangkan Emulsion kedalam wadah kemudian masukan cairan kuning/SR 1:9, aduk hingga benar-benar menyatu.

2. Memoles screen secara merata dengan Emulsion yang telah diaduk dengan SR. Pastikan Screen bersih, kering dan bebas abu. oleskan screen dengan menggunakan Mika, lakukan pemolesan dengan rata pada bagian luar dan dalam screen, tidak boleh ketebalan atau ketipisan dalam pemolesan Emulsion di screen.

3. Mengeringakan screen diruangan tertutup atau gelap. pengeringan boleh dengan Hair Dryer, kipas angin. Peringatan!!! proses ini hanya dilakukan dalam ruangan tertutup yang gelap, jika terkena sinar cahaya terang akan mengakibatkan gagalnya pengafdrukan.

4. Jika sudah kering (masih tetap dalam ruangan tertutup), letakkan film diatas screen secara terbalik. Lapiskan dengan kaca bening, dibawah screen diberi busa (sesuai besar ukuran screen) lalu tekan dan jemur di ruangan terbuka (tersinar matahari) selama 5-20 detik tergantung teriknya matahari, ingat jangan terlalu lama karena akan berakibat gagal afdruk.

5. Proses pengafdrukan dengan menggunakan kotak lampu neon juga sama seperti diatas. Penyinaran menggunakan lampu hendaknya harus benar-benar terang. Gunakan lampu neon/TL 3-4 batang minimal 20 watt/ batang. penyinaran dilakuakan diatas kotak lampu yang dilapisi kaca setebal 5 milimeter, lamanya penyinaran berkisar 5-8 menit.

6. Selanjutnya adalah pengembangan gambar dari hasil penyinaran. Caranya screen yang sudah di sinari matahari atau lampu segera disiram dengan air bersih dala dan luar screen, untuk menyempurnakan diperlukan semprotan air agar gambar/tulisan lebih jelas terlihat. Dalam penyemprotan awal tidak boleh terlalu keras.

7. Setelah pencucian screen dianggap selesai maka screen harus dijemur diterik matahari hingga benar-benar kering.

8. Jika dalam proses pengafdrukan ada kecacatan sedikit (tidak mengganggu gambar atau tulisan, maka proses selanjutnya adalah penambalan dengan sisa Emulsion dan dikeringkan kembali.

9. Proses selanjutnya adalah finising, priksa sekali lagi jangan sampai ada kebocoran di screen. Agar tidak belepotan dalam pengerjaan sablon, tutuplah pinggir-pinggir screen (kayu didalam) dengan Lakban, hal ini juga untuk mengantisipasi kebocoran pada ujung-ujung kayu screen.

3. PROSES PENYABLONAN
Siapkan screen yang akan digunakan pastikan screen dalam keadaan kering dan bersih dari kotoran yang dapat mengganggu resapan cat dalam pori-porinya, letakkan screen pada meja sablon dan kancing catok dengan kencang agar tidak bergeser. Dan siapkan cat yang akan digunakan, cat yang sudah dicampur dengan M3 atau pengencer cat pada cat kertas sampai cat tidak terasa kental, akan tetapi juga tidak boleh terlalu encer . setelah cat sudah dicampur dengan pengencer cat yakni M3 yang takarannya sudah tepat baru cat dituangkan keatas screen, dan saputlah cat yang sudah ada discreen dengan metode naik turun keatas medan yang sedang di sablon.
Pada perinsipnya menyablon apapun adalah sama saja cara pengerjaannya, dari pembuatan film, mengafdruk sampai mencetak dengan screen. Hanya harus diperhatikan adalah perbedaan jenis screen dan catnya, hal ini tidak boleh tertukar, sebab jika tertukar maka tidak akan membuahkan hasil.
Jenis-jenis screen menurut kegunaanya:

• Untuk menyablon kaos/kain maka screen yang cocok digunakan adalah screen yang berpori-pori kasar dengan type screen T48, T54, T61, T77 dan T90.
• Untuk menyablon kertas, plastik, sticker,PVC dll, screen yang cocok digunakan adalah jenis screen sedang dan halus dengan type screen T120, T150, T165, S180 dan S200.

On Senin, 13 Juli 2009 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam era demokrasi indonesia yang muda ini persaingan para calon presiden pada pemilu 2009 seperti kita ketahui bersama, bahwa ada 3 pasangan Capres – Cawapres yang akan bertarung di Pilpres 8 Juli 2009 mendatang. Mereka adalah Mega – Prabowo, SBY – Boediono, dan JK – Wiranto. Masing-masing kandidat berkompetisi membangun citranya untuk mengukuhkan pencitraan dirinya. Dalam membangun pencitraan, para kandidat dibantu oleh tim sukses dan konsultan pencitraan. Pesan yang dibangun dalam membangun citra, para tim sukses menggunakan berbagai media. Pesan verbal dan visual dikemas dalam bentuk iklan politik menggunakan iklan koran, televisi, dan radio. Belum puas dengan itu, mereka pun melakukan pencitraan melalui baliho, spanduk, umbul-umbul, poster, dan pamflet kepada calon pemilih yang semakin pintar sekarang ini, limpahan informasi dan terbukanya peluang untuk mengakses informasi membuat masyarakat pemilih makin kritis dan selektif dalam memilih calon presiden maupun wakil presiden. Agar dapat unggul dalam persaingan, salah satu cara yang digunakan oleh para calon presiden dan pasangannya adalah dengan kemampuan mengelola dan menyampaikan informasi dari kedua pasangan (capres) tersebut yang nantinya diharapkan terjadi pencitraan baik pasangan calon presiden dan wakilnya dari masyarakat pemilih dimana salah satu wujudnya adalah melalui kegiatan pengiklanan (advertising). Dalam kaitan ini, iklan politik telah menjadi alat utama para kandidat Capres dan Cawapres untuk menyampaikan program dan mempresentasikan “diri mereka” kepada audiens. Bahkan masing-masing kandidat Capres bersedia mengeluarkan uang miliaran rupiah demi mengiklankan dirinya untuk menarik simpati kepada calon pemilih.
Pengiklanan yang tepat sasaran (efektif) dapat digunakan oleh para calon presiden dan wakinya dan biro iklan untuk mempengaruhi persepsi dan preferensi masyarakat pemilih terhadap para pasangan calon anggota presiden peserta pemilu 2009 yang pada akhirnya juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk memilih salah satu pasangan calon presiden. Selain sebagai alat penyampaian pesan (informasi), advertising yang dilakukan haruslah mampu bersaing dengan berbagai kegiatan periklanan para calon presiden dan calon wakil prsiden yang lainnya untuk memenangkan minat masyarakat serta mempertahankan image pasangan calon presiden itu sendiri. Membicarakan image sama halnya dengan pekerjaan bagaimana anda membangun citra atau persepsi seseorang dibenak khalayak. Image adalah persepsi yang paling menonjol. Kandidat yang memiliki citra baik dimata masyarakat, serta program-program yang ditawarkan lebih jelas dan tidak muluk-muluk relatif lebih bisa diterima oleh masyarakat.
Pada konteks iklan politik, citra bisa dibuat sedemikian rupa. Citra kandidat yang sebelumnya tidak baik bisa menjadi baik. Namun sejatinya citra tidak bisa direkayasa. Citra positif akan terbentuk jika dalam pelakasanaannya ia bekerja keras merealisasikan janji-janjinya sehingga hal iti yang akan mengangkat namanya kelak. Namun karena kecanggihan para konsultan pencitraan, iklan yang ditampilkan benar-benar bisa membalik semuanya. Citra dibentuk oleh para konsultan pencitraan sehingga komunikasi dan penyampaian program-program kandidat bisa tersampaikan kepada calon pemilih. Program kandidat merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif. Iklan politik juga mempunyai kemampuan mempengaruhi audiens baik secara langsung maupun tidak langsung biasanya iklan politik memnggunakan dua tingkatan informasi yang disampaikan yakni Pertama, Iklan politik menyebarkan informasi mengenai visi, misi dan platform kandidat ke dalam detail dimana wartawan jarang melakukannya. Kedua, karena iklan politik berada dalam dunia perdagangan, periklanan tidak hanya ditujukan untuk memberikan informasi kepada audiens, tetapi juga dirancang untuk membujuk (to persuade). Dengan demikian, periklanan politik mempunyai keuntungan yang jelas bagi kandidat, yakni kemampuannya dalam menjangkau audiens yang luas dan dalam melakukan persuasi terhadap mereka. Selain itu, di atas segalanya, kontrol atas materi publikasi berada di tangan politisi dan bukan pada media.
Kenyataan tersebut disadari oleh masing – masing tim kampanye calon presiden dan calon wakil presiden peserta pemilihan presiden (pilpres) 2009. Termasuk juga tim kampanye pasangan calon presiden susilo bambang yudoyono dengan pasangannya boediono, yang sering disebut “SBY – BOEDIONO” walaupun sebelumnya mereka menggunakan sebutan “SBYberbudi” pada awal pencalonan mereka, dan kini menggunakan singkatan dari nama pasangan calon presiden tersebut yakni “SBY – BOEDIONO” dalam pengiklanannya yang diback up oleh Fox Indonesia dan dikomandoi Rizal Malaranggeng. yang menggunakan media pengiklan sebagai salah satu media promosi pasangan calon persiden tersebut kepada masyarakat pemilih. Untuk iklan politik di media koran, diawali dari iklan SBY yang dicitrakan sebagai pemimpin keluarga yang berhasil membangun keluarga yang harmonis serta diakhir waktu kampanye diperkuat dengan jingle iklan mie instan yang dirubah menjadi jingle SBY Presidenku.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimanakah penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi iklan yang dipasang di kompas mulai bulan mei sampai bulan juli) yang membangun pencitraan mereka pada masyarakat pemilih.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli) yang membangun pencitraan mereka pada masyarakat pemilih.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis
Meningkatkan pemahaman mengenai semiotika, petanda dan penanda dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli).
2. Bagi Dunia Periklanan Politik
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran tentang semiotika dalam sebuah iklan politik, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi bagi tim kampanye maupun para konsultan politik pada khususnya dan pada dunia periklanan khususnya.
1.5. Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti hanya mencari makna penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada pada iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli 2009).


BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Iklan
Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.


2.2 Pengertian Iklan Politik
Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dan berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikankepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Dan kepercayaan individu kaepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya.
2.3 Teori Semiotik Ferdinand de Sorce
Semiotik secara etimologi berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ”tanda”. Secara terminologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda- tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Pengertian di atas sejalan dengan apa yang dekemukakan oleh Ferdinand de Saussure yang mendefinisikan semiotika (semiologi) sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Secara implisit dari pengertian ini menunjukkan relasi bahwa bila tanda adalah bagian kehidupan sosial, maka tanda merupakan bagian dari aturan-aturan yang berlaku (kode). Ada system tanda (sign system) dan social system yang saling berkaitan, inilah yang disebut sebagai konvensi sosial (social convention) yang mengatur tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. Menurut Saussure tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier dan signified atau wahana tanda dan makna atau penanda dan petanda (signifier+signified= sign).




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian kali ini yang berudul “analisa semiotik pada iklan SBY-BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli 2009). Menggunakan metode penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif peneliti anggap lebih cocok digunakan dalampenelitan kali ini yakni penggalian interpretasi subyek yang diteliti jika dibandingkan denganpenelitian kualitatif yang mempunyai studi awal dalam penelitian namun pada kuaitatif cukup dengan menggunaan penggalian interpretamen tadi, selain itu penelitian kualitatif lebih dekat dengan apa yang akan diteliti dan data - data yang dimunculkan atas dasar data empirik sipeneliti, begitupun dengan klaim terhadap hasil penelitian ini yang masih dicari peneliti.
Penelitian ini menggunakan data sekundair berupa data pendukung yang diperoleh melalui literatur – literatur yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder berupa data tentang iklan – iklan yang dikunpulkan peneliti yakni berupa bagian lenmbaran koran kompas edisi bulan mei sampai bulan juli 2009.
3.2 Kehadiran Peneliti
Peneliti disini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang mana peneliti terjun langsung ketempat penelitian. Mulai dari pencarian rumusan masalah yang akan diteliti sampai terjun langsung kepada tempat penelitian.dan peranan peneliti sebagai pengamat penuh terhadap iklan yang diteliti kepada subyek. Di samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek yang diteliti.
3.3 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 juli 2009 bertempat di fakultas ilmu sosial dan ilmu budaya universitas trunojoyo.



BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Iklan Kompas 27 Mei 2009
Pada iklan yang pertama ini terdapat foto SBY bersama keluarganya yakni terdiri dari istri,anak, menantu,cucu tak ketinggalan foto SBY sedang bersama ibunya. Mulai dari foto pertamanya yakni foto sby bersama istri dan kedua anaknya (sebagai penanda) dan petandanya adalah keakraban keluarga kecil ini yang harmonis dan bersahabat
Foto yang kedua yakni foto sby bersama istri anak dan menantunya saat berlibur (penanda), petandanya keakrabpan yang terjalin dan kebersamaan diantara satu dengan yang lainnya, sby sebagai presiden masih bisa memposisikan dirinya dihadapan anak,istri dan menantunya.
Foto keluarga sby bersama cucu pertamanya (sebagai penanda), petandanya sby sebagai presiden yang senang atas kelahiran cucu pertamanya dan beliau masih juga mepunyai waktu untuk keluarganya.
Foto Sby yang sedang ersalaman kepada ibunda tercinta (sebagai penanda), petandanya sebagai kepala negara sby tidak melupakan kewajibannya sebagai anak dari orang tuanya.
Foto sby yang duduk berdampingan dengan anak, istri dan menantunya (sebagai penanda), petandanya sebagai orang nomer satu diindonesia masih bisa duduk bersama keluarganya dan kelihatan harmonis.
Foto sby bersama keluarga dan istrinya yang menggendong cucu pertamanya (sebagai penanda), petandanya yakni keharmonisan tetap terjaga diantara mereka semua.
Foto senyum cucu sby (sebagai penanda), petandanya yaitu sebagai presiden sby bisa merawat cucu pertamanya hngga tumbuh sehat.
Foto sby bersama anak,istri, dan ibunya terlihat khusyuk sekali saat berdoa (sebagai penanda), petandanya sby dihadapan keluarganya bisa menjadi sosok pemimpin bagi keluarganya.
4.2 Iklan Kompas 3 Juni 2009
Foto SBY – BOEDIONO yang berlatar belakang rakyat pendukungnya (sebagai penanda), petandanya yakni dengan poster yang dibawa pendukungnya menginterpretasikan dukungan rakyat kepada SBY dan mereka masih menginginkan pemerintahan sby untuk dilanjutkan karena beliau dianggap berhasil memimpin indonesia lima tahun terakhir ini. Dan rakyat menginginkan dilanjutkan pemerintahan belaiu ini. Selain pemerintahan yang bersih dari korupsi dan bisa membuat indonesia lebih maju lagi.
4.3 Iklan Kompas 29 Juni 2009
Foto SBY – BOEDIONO yang tersenyum dengan dilatar belakangi rumah sby waktu masih pacitan dan foto mereka sewaktu masih menadi anak rakyat biasa dengan penentuan warna hanya hitam dan putih saja (sebagai penanda), petandanya mereka pasangan calon presiden dan wakil presiden ini yang mereka dulu berasal dari rakyat biasa dan mereka akan mengabdikan diri mereka untuk rakyat juga, yang mengambarkan kehidupan mereka dulu yang sama – sama dari rakyat biasa.
4.4 Iklan Kompas 4 Juli 2009
Foto SBY – BOEDIONO tersenyum dengan latar belakang kibaran bendera merah putih (sebagai penanda), petandanya mereka berdua siap mengibarkan bendera merah putih selama pemerintahan mereka dan akan terus memajukan indonesia dan memakmukan rakyatnya.
Foto pendukung mereka membawa bendera berwarna – warni berada dibawah bendera merah putih (sebagai penanda), mulai dari sabang sampai merauke, dari miangas sampai pulau rote dengan pilihan partai yang berbeda- beda tetapi mereka tetap satu pilihan presiden mereka yaitu SBY – BOEDIONO.
Pemilihan bendera warna – warni (sebagai penanda), sebagai penandanya yakni tidak peduli apa partai pilihan masyarakat yang penting presidennya tetap SBY – BOEDIONO.


KESIMPULAN
Pada setiap iklannya sby mempunyai skenario dalam penerbitannya, mulai dari iklan pertama pada 27 Mei 2009 yang menggambarkan sby sebagai sosok sahabat bagi keluarganya, dan sebagai orang nomer satu diindonesia SBY masih bisa duduk bersama keluarganya dan kelihatan harmonis bahkan masih bisa meluangkan waktunya untuk cucu pertamanya, dan sebagai anak SBY tidak lupa akan kodrat itu bahwa dia harus tetap menghormati dan meminta do’a restu disetiap tindakannya kepada ibunda tercinta, pada iklan pertama ini sby membangun citranya sebagai sosok yang bersahabat dengan keluarga walaupun beliau seorang presiden. Diiklan berikutnya sby menggambarkan sosoknya yang berdampingan dengan boediono dengan dukungan dari masyarakat pemilihnya. Iklan ketiga SBY – BOEDIONO menggambarkan diri mereka yang berasal dari rakyat biasa dari anak orang kampung, dengan maksud mendekatkan diri mereka dimata rakyat biasa bahwa mereka ini juga berasal dari golongan rakyat biasa. Dan iklan terakhirnya mereka yang digambarkan pendukungnya yang membawa bendera berbeda – beda, yakni dengan tujuan berbeda – beda partainya mereka tetap memilih SBY – BOEDIONO sebagai calon presiden dan wakil presiden pilihan mereka.

On Jumat, 10 Juli 2009 1 komentar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media informasi di Indonesia dewasa ini memperlihatkan kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya stasiun televisi, stasiun radio, serta majalah dan surat kabar baik yang cakupannya lokal ataupun nasional yang menyebar ke pelosok nusantara. Hal ini juga disebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi yang terus mengalami peningkatan. Kebutuhan masyarakat inilah yang kemudian juga mendorong tiap-tiap institusi media untuk lebih profesional dan terampil dalam mencari, mengolah, dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek, tujuan periklanan ini bermuara pada upaya untuk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli sebuah produk yang ditawarkan. Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
5 elemen yang dapat mengkategorikan bahwa iklan itu bagus denagn memenui beberapa kriteria dibawah ini:
1. Attention (perhatian)
2. Interest (minat)
3. Desire (kebutuhan)
4. Conviction (keinginan)
5. Action (tindakan)
konsumen untuk kenikmatan dan gaya hidup. Dalam elemen Attention, iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak, atau suara-suara khusus.
Untuk elemen Interest, iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. Selain itu, iklan juga harus memiliki komponen Desire, yaitu mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Setelah itu, iklan juga harus mempunyai elemen Conviction, yang artinya iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut. Akhirnya, elemen Action berusaha membujuk calom pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian. Dalam hal ini dapat digunakan kata beli, ambil, hubungi, rasakan, dan lain-lain.
Namun demikian, dalam era yang serba over comunication iklan ini, penulis iklan harus cukup hati-hati. Banyak kalangan yang merasa alergi melihat iklan. Salah satu di antaranya karena iklan tersebut membosankan atau terlalu terkesan memaksa. Di sisi lain, kita juga perlu memperhatikan rencana strategi pemasaran secara umum. Tentu saja target iklan untuk produk baru, akan sangat berbeda dengan iklan untuk produk yang sudah lama melekat dalam benak konsumen. Begitu juga golongan target audience atau calon konsumen dan ciri fungsi produk dari iklan -- mempengaruhi pemakaian kata-kata yang akan dipakai. Bahasa yang dipakai untuk iklan yang target audience-nya anak-anak tentu berbeda dengan iklan yang target audience-nya orang dewasa laki-laki .Bahasa yang dipakai untuk iklan rokok tentu berbeda dengan iklan yang dipakai untuk iklan obat masuk angin. Untuk iklan obat masuk angin copywriter dapat menggunakan kata "segeralah minum obat X", namun untuk iklan rokok kata-kata itu tidak dapat digunakan. Di sini yang membedakan adalah ciri fungsi iklan. Obat masuk angin dipakai langsung untuk mengobati penyakit yang sering diidap oleh masyarakat
Seperti definisi politik, definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Efektivitas iklan sebagai komunikasi massa menjalar ke ranah politik Indonesia. Jelang pilpres Juli nanti iklan-iklan politik kian menjamur dan semakin tumbuh subur di tengah masyarakat konsumen Indonesia. Tokoh-tokoh politik menyadari betul bahwa iklan politik dapat mengorganisir wacana secara massif dan efisien. Para agen pemasaran dan biro iklan menciptakan sistem makna, gengsi dan identitas dengan mengasosiasikan produk (baca: tokoh) mereka dengan gaya hidup, nilai simbolik dan kepuasan tertentu, demi suatu pencitraan.
Pencitraan adalah strategi dasar dalam memperoleh kekuasaan. Instrumen yang digunakan biasanya dengan daya politik. Sehingga tidak ada hal apapun yang tidak bisa di politisasi, termasuk iklan. Melalui iklan, profil dan program seorang calon presiden menjadi terwakili oleh durasi waktu yang ditampilkan. Perang opini dan perang citra bermetamorfosis menjadi perang iklan politik. Menyerang, defensif, justifikasi adalah muatan yang sering dipakai sebagai bumbu penyedap iklan. Masyarakat disuguhkan pertikaian politik yang panjang dan melelahkan, sementara capres beserta jajaran suksesinya mempertontonkan kemampuannya bermanuver dalam retorika guna membangun serta mempertahankan popularitasnya.
Situasi tersebut semakin nyaman ketika masyarakatpun “terbelah dua”. Sebagian kalangan sangat menggemarinya, ibarat menonton kompetisi sepakbola atau drama sinetron populer. Kelompok jenis ini gemar memantau dan mengikuti setiap acara yang mempertontonkan debat pihak-pihak yang berseteru. Ironisnya hanya sekedar gemar, namun “ogah” menentukan sikap. Sementara kelompok lain pada masyarakat, memilih untuk bersikap netral namun dalam pengertian yang pasif, masa bodoh, baginya yang terpenting mencontreng itu pun kalau terdaftar di DPT. Iklim demokrasi jelas merestui segala bentuk kampanye termasuk melalui media iklan, bahkan di Indonesia aturan tersebut di undang-undangkan. Iklan politik yang baik haruslah substansial, terarah, fokus terhadap suatu persoalan, memandang rekam jejak tetapi tidak menyerang karakter apalagi kepribadian.
Elit politik harus memberi teladan yang baik dalam berdemokrasi, sebab seluruh proses pemilu 2009 adalah bahan rujukan bagi pelaksanaan demokrasi sampai di lapisan bawah struktur masyarakat. Jika dalam pemilihan kepala desa, ketua BEM mahasiswa, atau ketua kelas di sekolah diwarnai ricuh, atau permusuhan, maka itu adalah “turunan” dari perilaku elit politik di pentas demokrasi nasional.Setiap pagelaran demokrasi di Indonesia dalam skala besar semacam Pemilu 5 tahunan serta Pilkada memiliki korelasi bagi praktek berdemokrasi di tingkat bawah. Oleh karenanya elit politik harus meninggalkan cara berpolitik yang tidak elegan, kasar, dan tidak berjiwa besar. Ada tiga konsekuensi yang harus di tanggung oleh kaum elit politik jika menerapkan cara berpolitik demikian.
Yang dimaksud dengan media iklan adalah segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebar luaskan pesan – pesan iklan. Pada prinsipnya, jenis media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet). Diantara dikotomi media tersebut ada satu media yang tidak termasuk dalam kategori keduanya yaitu media luar ruang (papan iklan atau billboard)
Jika dilihat dari pekerjaan kreatifnya maka media iklan terbagi dua jenis yaitu :
a. media lini atas (above the line) ; media utama yang digunakan dalam kegiatan periklanan, contoh ; televisi, radio, majalah, surat kabar.
b. Media lini bawah (below the line) ; media pendukung dalam kegiatan periklanan, contoh : pamflet, brosur dan poster.
Banyaknya iklan para tokoh politik yang dalam hal ini adalah para calon anggota legislatif (caleg) yang memasang iklan mereka dijalan-jalan protokol kabupaten bojonegoro, iklan disini yaitu banner yang bergambarkan foto para calon anggota legislatif tersebut besampingan dengan logo partai bahkan tak sedikit dari para calon anggota legislatif tersebut yang memasang foto mereka berdampingan dengan foto tokoh elit partainya. Disepanjang jalan kabupaten bojonegoro yang biasanya sepi dengan gambar-gambar, pada musim pemilihan anggota legislatif ini banner para calon anggota legislatif sudah menyebar di pinggir – pinggir jalan protokol kota. Dan ditempat-tempat strategis di kabupaten bojonegoro seperti dikawasan terminal rajekwesi bojonegoro, kawasan alun-alun kota bojonegoro, kawasan pasar kota bojonegoro, dan didepan bravo swalayan . tempat –tempat tersebut merupakan tempatyang biasanya rame dengan iklan-iklan produk yang di promosian, kini telah berubah menjadi media promosi para calon, anggota legislatif kabupaten bojonegoro.














B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
”Bagaimana pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan para calon anggota legislatif Periode 2009-2014 terhadap miat pliih para tukang becak dikabupaten bojonegoro”.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan para calon anggota legislatif Periode 2009-2014 terhadap miat pliih para tukang becak dikabupaten bojonegoro”. Begitu pula dengan tokoh politik dan partai politik mempromosikan individu mereka sendiri maupun partainya tentunya dengan tujuan agar masyarakat luas mengenal individu tersebut maupun partai politiknya, salah satunya media yang digunakan para elit politik maupun partai politik menggunakan iklan sebai media promosi mereka. Iklan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan peneliti pada khususnya dan mahasiswa ilmu komunikasi pada umumnya mengenai periklanan, dan juga bermanfaat bagi para calon anggota legislatif tentunya agar penyamain iklan politik mereka dimengerti oleh khalayak umum, dan para calon anggota legislatif juga bisa mengetahui efektif tidaknya sebuah media periklanan politik yakni media politik luar ruangan (banner). Sehingga pesan politik mereka tersampaikan kepada khalayak dan mampu mempengaruhi khalayak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada calon anggota legislatif yang ingin membuat iklan politik luar ruangan (banner), sehingga mereka bisa mengetahui keefktifan dari media tersebut, sebelum mereka menggunakan media tersebut untuk menyampaikan iklan politik mereka.






BAB II
KERANGKA TEORI

1. Pengertian Komunikasi
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni:
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Joseph Devito, 1997: 215). Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Menurut Uchjana (1992: 321) secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau komunikasi antar manusia.
Secara pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media non-massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya fungsi-fungsi di dalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja tersebut dapat berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orang-orangnya, agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap manusia. Oleh karena itu komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda adalah komunikasi adalah sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat, yang nantinya oleh penerimanya kata-kata atau isyarat- isyarat tersebut lalu diterjemahkan lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back terhadap pesan yang disampaikan tadi (Dahn Suganda, 1981: 91).
2. Pengertian komunikasi politik
Definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.

3. Pengertian Iklan
Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
4. Pengertian iklan politik
Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dan berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikankepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Dan kepercayaan individu kaepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya.



3..HIPOTESIS
H0: Adanya pengaruh pemasangan iklan poltik calon anggota legislatif terhadap minat pilih tukang becak dikabupaten bojonegoro.
H1: Tidak ada pengaruh komunikasi pemasaran iklan poltik calon anggota legislatif terhadap minat pilih tukang becak dikabupaten bojonegoro.





























BAB III
METODE PENELITIAN
1.Metode penelitian yang digunakan
Penelitian ini yang berudul pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan (banner) calon anggota legislatif terhadap minat pilih masyarakat (tukang becak dikabupaten bojonegoro). Peneliti kali ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk mengidentifikasi masalah ini. Secara umum iklan politk banyak sekali media pengiklan yang digunakan para elit politik dan elit partai dalam mempromosikan tokoh tersebut dan partainya, secara umum media yang digunakan mulai dari media cetak dan audio visual, media outdoor maupun media indoor. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif karena keakuratanta dalam meneliti masalah ini itupun disebabkan karena masalah yang diteiliti ingin dijabarkan secara detail dan rinci.
2.Desain Penelitian
Memmberikan kusionner kepada para tukang becak di 5 tempat yakni di kawasan terminal rajekwesi bojonegoro, tukang becak diseputaran stasiun kota bojonegoro, tukang becak yang biasa mangkal di bravo swalayan dan para tukang becak di sekitar pasar kota bojonegoro. Variabel yang diteliti yakni minat pilih tukang becak tersebut terhadap pemilahan calon anggota legislatif kabupaten bojonegoro dapil 1 dan keefektifan media pengiklan luar ruangan tersebut.
3. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 agustus 2009 sampai dengan 25 desember 2009, bertempat di kabupaten bojonegoro.
5.Teknik sampling
Peneliti kali ini menggunakan Cluster Sampling (Penarikan Sampel kelompok)
Populasi juga terdiri dari beberapa kelompok Sampel yang diambil berupa kelompok bukan individu atau anggota.
Misalnya !!!!
Antara tukang becak yang mangkal dikawasan pasar dengan dikawasan terminal pastinya berbeda iklan politik yang sering mereka lihat(foto CALEG).
Contoh:
Di setiap kawasan terdapat 80 tukang becak jika dalam penelitian kali ini saya meneliti 5 kawasan yang tiap kawasan terdiri dari 80 tukang becak maka jumlah keseluruhan sampelnya adalah 480 tukang becak, dan dari setiap kawasan diambil 20 sampel saja yang mewakili tiap-tiap kawasan dengan data sebagai berikut :
1. 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
2. 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
3. 20 tukang becak dikawasan pasar kta bojonegoro.
4. 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
5. 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
1. Stratified Cluster Sampling ( Teknik sampling bertingkat dan Kluster)
Teknik sampling campuran yang menggunakan teknik bertingkat dan kluster,maksudnya adalah sampel di ambil secara bertingkat dengan kelompok-kelompok setelah itu di ambil sampel lagi secara luas dan besar yaitu dengan teknik cluster.Keunggulan dalam teknik ini adalah data yang di ambil dari sampel dan menjadi populasi bisa mewakili dari beberapa daerah,namun kekurangan dari teknik ini adalah teknik ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang banyak sehingga kurang efisien dalam suatu penelitian.
• contoh
Populasi yang di jadikan sampel bertingkat dan kluster adalah tukang becak namun dengan ketentuan sebagai berikut :
- 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan pasar kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
• Populasi ( N ) & Bagian dari populasi ( n ) N  n
Dari sampel tersebut adalah bertingkat dan kluster,bertingkat karena di bedakan dengan tempat biasa tukang becak mangkal ,sedangkan klusternya adalah umur dari tukang becak tersebut Hasil dari populasi tersebut adalah berbeda-beda umur maka erbeda juga data yang di peroleh misalnya saja tanggapan tukang becak tersebut terhadap caleg yang akan mereka pilih nenjadi wakil di gedung dewan.
6.Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data secar sekunder yakni dengan cara menyebar kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan. Dan peneliti terjun langsung kelapangan untuk meneliti .