TEORI MENGHINDARI KENDALA DALAM PERCAKAPAN.
Level individu dalam dimensi budaya.
Dalam interaksi sosial sehari-hari, setiap orang memiliki berbagai tujuan sosial (misalnya, dalam mencari teman , mencari bantuan, mencari informasi, mengungkapkan informasi). Untuk mencapai tujuan ini, orang harus memiliki kompetensi-yang srategis pengetahuan luas yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam teori yang dikemukakan oleh M.kim (1993) bahwa gagasan tentang kendala dalam percakapan yang merujuk pada pilihan taktik komunikasi dan penilaian umum kompetensi komunikasi. Prioritas yang berbeda yang diberikan kepada kendala akan menimbulkan pendekatan yang berbeda untuk tujuan-tujuan interaksi, dan akhirnya secara keseluruhan tayangan dari antar kompetensi strategis. Berfokus pada percakapan berbasis budaya kendala, M.kim (1993) diuraikan perspektif teoretis untuk memahami dan memperkirakan perbedaan pilihan strategi percakapan yang dilakukan oleh anggota kelompok-kelompok budaya yang berbeda, secara khusus, dua kendala (wajah kepedulian dan kejelasan) yang secara teoritis dan penting terkait dengan dimensi budaya, yakni individual dan kelompok orientasi. Gagasan penting adalah bahwa membangun kelompok dan diri pribadi secara sistematis banyak mempengaruhi, seperti wajah yang memiliki arti penting yakni dukungan dan kejelasan strategi dalam percakapan. Kendala percakapan tersebut, sebagai strategi penggerak pilihan, pada bagiannya, berpengaruh pada pilihan strategi dan penilaian kompetensi lintas budaya.
Model percakapan yang dikemukakan M.kim sebelum ini yaitu percakapan kendala telah terbukti bermanfaat dan telah menerima dukungan empiris. Sebagai contoh, ditemukan bahwa ada perbedaan budaya lintas sistematika dalam pentingnya aturan paksaan ini (m.kim, 1994) dan juga dalam menengahi dan peringkat permintaan pemesanan taktik sepanjang kendala ini dimensi (kim dan wilson, 1994 ). Kerangka teori sebelumnya, namun hanya melibatkan tingkat budaya, namun ini, faktor-faktor yang memimpin orang-orang dalam satu kebudayaan untuk dikomunikasikan sama atau berbeda dari orang-orang dalam budaya lain. Model difokuskan hanya pada bagaimana budaya mempengaruhi perilaku individu. Bagaimana-pernah, teori yang solid komunikasi antar budaya harus didasarkan pada budaya yang berlaku, maka harus didukung oleh tingkat individu maupun data tingkat kebudayaan (Leung, 1989). pendekatan tingkat individu telah menerima perhatian yang sangat sedikit dalam komunikasi antar budaya Baru saja penggunaan luas dimensi kebudayaan yang sangat berfariasi telah dikupas oleh banyak penulis karena kurangnya daya penjelas. Ketika dimensi luas seperti individual melawan kelompok atau tinggi rendah dipanggil konteks untuk menjelaskan perbedaan budaya, bagaimana atau mengapa terjadi perbedaan-perbedaan ini. Penggunaan budaya sebagai penjelasan perbedaan tidak sedikit untuk membantu kita memahami penyebab perilaku berlawanan secara lengkap pengaruh budaya pada perilaku komunikasi, perlu adanya campur tangan untuk menemukan variabel yang cocok untuk memahami apa itu budaya , apa saja perbedaan budaya. Tentu saja, pembagian dunia untuk perseorangan dan kelompok budaya adalah penyederhanaan dari yang luas dan layak yang lebih sistematis dan rinci (Schwartz).
Dalam penelitian komunikasi antar budaya, mungkin ada bias untuk memilih menggunakan "budaya" sebagai satu-satunya variabel penjelas. Kebanyakan penelitian cenderung memilih pendekatan tingkat individu dan fokus pada tingkat Cultur. Masalahnya berasal dari fakta bahwa para peneliti bergantung pada perbedaan budaya perbedaan tingkat individu masyarakat yang diteliti. Penggunaan variabel mediasi memiliki keunggulan mengurangi kemungkinan bias sebagai penjelasan untuk pola penyelaras perbedaan budaya. Mempelajari pola komunikasi antar budaya melalui analisis tingkat individu. Banyak pendekatan teori dalam komunikasi antar budaya di beberapa titik meminta proses tingkat individu (misalnya, konsep diri, identitas) sebagai penjelasan tentang perbedaan budaya (lihat colier & thomas, 1988; cronen, Pearce, & Tomm, 1985). Namun, ada kurangnya bukti empiris yang sangat menyolok kira-kira sebuah spesifics sistem diri orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Penggunaan budaya sebagai variabel penjelas perbedaan budaya, orang mungkin mengklaim bahwa pendekatan tingkat individu paling cocok untuk psikologisnya daripada fenomena budaya. Namun, banyak pendekatan teori dalam komunikasi antar budaya di tingkat individu beberapa faktor, seperti konsep diri dan wajahnya. Sebuah teori yang berlaku universal harus perhatian sendiri dengan tingkat individu maupun isu tingkat budaya. Konvergensi antara individu dan tingkat budaya penjelasan akan mendukung universalitas teori. Bab ini mengintegrasikan analises tingkat individu (memilih fokusing pada faktor-faktor yang memotivasi kita untuk berkomunikasi dan mempengaruhi cara kita menciptakan dan menafsirkan pesan), didasarkan pada asumsi bahwa budaya dan tingkat individu saling terkait. Untuk meringkas, tujuan bab ini adalah untuk memberikan kerangka teoretis untuk menerangi hubungan antara variabel-variabel budaya tingkat individu (beberapa elemen struktur diri) ke convercational pentingnya precieved kendala, yang mengarahkan motif atau kriteria untuk memilih strategi percakapan. Kemampuan untuk menangani tingkat individu variabel dimensi budaya harus lebah alat yang berguna dalam menentukan apakah perbedaan budaya estabilished sebelumnya cocok dengan perbedaan tingkat individu terkait.
Tiga unsur berikut merupakan struktur diri, yang merupakan variabel tingkat individu, dipilih: (a) dua dimensi konsep diri, yaitu, mandiri dan independen construals diri dijelaskan oleh markus dan kitayama (1991); (b) membutuhkan persetujuan dan kebutuhan dominasi, dan (c) psycological gender, thats adalah, maskulinitas dan feminitas. Variabel tingkat individu ini telah sesuai perbedaan budaya dalam komunikasi. Prediksi harus Theoritical ize umum di seluruh jenis interaksi (antar-budaya dan antar percakapan). Curent teori yang dapat diterapkan untuk berbagai tujuan primer (kritik, permintaan maaf, penolakan mencari informasi, memunculkan janji-janji). Selain itu, teori ini dapat diuji dengan berbagai tujuan primer (kritik, permintaan maaf penolakan, mencari informasi, elicityng janji-janji). Selain itu, teori ini dapat diuji dengan beragam populasi dari berbeda latar belakang linguistik dan sosiokultural. Sisanya bagian capter ini disusun sebagai berikut: pertama, constrainsts percakapan trhee diperkenalkan. Selanjutnya, beberapa variabel yang berkaitan dengan mediasi dan sistem diri individu yang terkait dengan arti-penting yang dirasakan percakapan kendala. Proposisi teoretis tertentu berasal dari diskusi ini. Akhirnya, implikasi teoretis dan arah masa depan dan arah masa depan untuk penelitian yang dibahas.
Percakapan Kendala
Percakapan adalah tipe yang dipandang sebagai tujuan yang memerlukan tindakan diarahkan dengan orang lain. Tujuan interaksi diklasifikasikan dalam dua tipe: (a) global atau lintas situasional golas dan (b) situasi tujuan spesifik. Berlawanan dengan tujuan situasional situasi dibedakan dari tujuan-tujuan spesifik dalam bahwa mantan adalah operasi selama hampir semua pertemuan sosial.
Keprihatinan untuk kejelasan
kejelasan yang diterapkan pada percakapan perilaku, adalah kemungkinan suatu ucapan membuat satu contoh yang jelas dan eksplisit. Yaitu, perhatian untuk mengendalikan kejelasan sejauh mana maksud dari pesan secara eksplisit dan jelas dikomunikasikan kepada pendengar. Apllied untuk percakapan perilaku, kendala (atau preferensi) untuk kejelasan karena itu adalah kekhawatiran untuk mencapai dan keluar datang dalam cara yang mungkin langsung. Karena dengan adanya kejelasan terhadap percakapan yang dilakukan untuk mengantisipasi keprihatinan tersebut ketika kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita harus bisa memberi kejelasan terhadap semua perkataan yang kita ingin sampaikan kepada orang tersebut dan harus dijelaskan apa maksud dari perkataannya tersebut.
Keprihatinan untuk menghindari terlukanya perasaan pendengar.
Pada saat merencanakan untuk mencapai tujuan-tujuan interaksi, orang mungkin juga memperhitungkan bagaimana tindakan yang diproyeksikan dapat mempengaruhi perasaan si pendengar. "Perhatian terhadap perasaan orang lain" berkaitan dengan speaker dianggap kewajiban untuk mendukung persetujuan pendengar mencari atau si pendengar citra diri positif. Sebagai seorang komunikator yang handal kita juga bisa mengetahui perkataan yang dapat menyinggung bahkan melukai perasaan pendengar kita dangan cara tersebut kejadian terlukanya perasaan pendengar akan sedikit berkurang.
Perhatian untuk meminimalkan kesalahan percakapan
Perbedaan ini berkenaan dengan sejauh mana menghindari memaksakan suatu ucapan pada pendengar atau mengganggu si pendengar kebebasan bertindak. Tindakan komunikasi dapat mengancam si pendengar wajah negatif sejauh itu menimpa dirinya atau hak untuk otonomi. Jenis ini telah kekhawatiran dimaksud dalam therms lebih abstrak, seperti "kesopanan negatif" “sopan" yang menghindari membuat pemaksaan pada orang lain. Etika kesopanan dalam percakapan juga harus kita gunakan dalam berkomunikasi baik komunikasi dengan orang yang satu budaya dengan kita maupun antar budaya, untuk kesopanan tersebut kita harus mengetahui tata krama atau etika dari orang lawan bicara kita tersebut. Namun sebelumnya kita harus mengetahui etika lawan bicara kita, dan jika kita tidak mengetahui maka kita harus banyak menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan lawan bicara kita tersebut.
Kemampuan diri dalam kebudayaan yang berbeda
Pengertian tentang "perorangan" dan "kelompok" telah untuk digunakan untuk menjelaskan gaya diffrences dalam komunikasi antara budaya. Kesimpulan umum adalah bahwa anggota yang langsung budaya colectivistic gaya komunikasi. Meskipun popularitas individualisme dan kolektivisme dimensi budaya yang besar, mereka tidak psycological validitas establised baik. Baru-baru ini, markus dan kitayama digambarkan dua jenis construals diri (independen dan saling tergantung) dan berpendapat untuk pengaruh sistematis ini berbeda-beda ini konsep diri pada kognisi, emosi dan motivasi. Kemampuan tiap-tiap individu antara satu dengan yang lainnya tidak sama, yang mana kemampuan tiap individu yang dalam budayanya sendiri dia sudah mampu berkomunikasi dengan baik akan tetapi ketika dia berkomunikasi dengan individu yang berbeda budaya orang tersebut belum tentu dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menimbulkan interaksi antara keduanya.
Kepercayaan diri
kepercayaan terhadap diri sendiri menempatkan prioritas yang lebih tinggi pada upaya mempertahankan dan menegaskan kebutuhan dan tujuan individu. Ini adalah tanggapan untuk "mengatakan apa yang ada di dia atau pikiran" jika ia berharap yang akan dihadiri atau dipahami (Markus & Kitayama, 1991). Untuk alasan yang berorientasi ke arah diri construal independen, nada umum interaksi sosial mungkin lebih peduli dengan menjadi langsung, jelas, jelas dan ringkas dalam pemilihan taktik verbal. Oleh karena itu, construal diri independen dapat secara sistematis peningkatan pentingnya kejelasan perhatian dalam membimbing pilihan strategi percakapan. Kita harus meningkatkan kepercayaan diri pada diri sendiri agar semua yang kita katakan tanpa adanya rasa keraguan dan lawan bicara kitapun bisa percaya tentang apa yang kita bicarakan itu benar adanya.
Kemampuan mengubah tingkah laku
Kita tidak perlu mengandaikan pengembangan salah satu diri dengan mengesampingkan yang lain. Keadaan, seperti memiliki orangtua dari budaya yang berbeda, atau antar pengalaman, dapat berkontribusi pada pengembangan baik swasta dan diri kolektif. Perubahan tingkah laku disini yang mana penyesuaian diri kita terhadap budaya yang ada dilingkungan baru kita agar kita bisa hidup berdampingan dengan budaya lain tersebut. Bhawuk dan Brislin (1992) menemukan bahwa salah satu ukuran kepekaan budaya adalah kemampuan individu untuk mengubah tingkah lakunya sesuai dengan konteks budaya kolektif atau individualis. Kemampuan untuk beralih antara modus kelompok dan individu menunjukkan keberadaan dua dikembangkan dengan baik konsep diri di antara beberapa individu. Intinya harus dibuat adalah bahwa beberapa orang mungkin memiliki dua berkembang dengan baik.
Sudut pandang gender
Kesadaran dan kepekaan terhadap orang lain yang digambarkan sebagai fitur penting psikologi perempuan. Kesediaan dan kemampuan untuk perawatan standar evaluasi diri bagi banyak wanita. Dengan penggambaran perempuan konsep-diri dalam banyak hal mirip dengan karakteristik budaya feminin, budaya feminin antarpribadi menekankan kerjasama, simpati ruang lingkup yang ramah untuk yang lemah; Sebaliknya, budaya maskulin menekankan pencapaian , pengakuan, dan tantangan. Feminitas budaya termasuk tinggi di Swedia, Norwegia, dan Belanda; budaya maskulinitas tinggi termasuk Jepang, Austria dan Venezuela. Leung, Bond, Carment, Kirshnan, dan Liebrand (1990) menemukan bahwa kawula Belanda (feminin budaya) lebih suka meningkatkan harmoni-prosedur lebih, dan konfrontatif prosedur kurang, daripada subjek Kanada (maskulin budaya). Jenis kelamin individu memiliki citra diri mereka sendiri mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dengan yang lain, dan konsep diri atau keperempuanan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka sebagai komunikator yang baik dan mampu mempengaruhi lawan bicara kita tersebut sehingga hubungan timbal balik yang diinginkan terlaksana. Ciri-ciri maskulinitas dan feminitas, sementara bukan sebagai hal untuk menilai jenis kelamin fisik (laki-laki atau perempuan), mungkin nilai yang lebih besar untuk komunikasi.
Miskomunikasi antara laki-laki dan perempuan telah ditafsirkan dalam beberapa cara, terutama sebagai pembenaran oleh pola sosialisasi yang berbeda budaya dan gender. Pendekatan lintas budaya untuk percakapan lintas-gender, di mana laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, keduanya dapat dilihat untuk menyelesaikan dan menampilkan kesamaan dalam percakapan, tetapi dari perspektif budaya yang berbeda.Klaim umum adalah bahwa pria dan wanita pidato pidato tampaknya memiliki isi yang berbeda dan untuk melayani berbagai tujuan. Laki-laki pidato ini dicirikan sebagai persaingan berorientasi atau bertentangan. Di sisi lain, pidato perempuan dicirikan sebagai kolaborasi berorientasi atau afiliatif, yang mana kaum perempuan lebih banyak toleransi terhadap semua tindakannya dan masih banyak adanya simpati terhadap lawan bicaranya. Sementara itu kaum laki-laki mempunyai sikap yang berlawanan arah dari pada perempuan biasanya mereka mempunyai ciri khas yakni lebih menyukai banyak tantangan dengan hasil yang maksimal.
Jadi fokus pada hubungan perempuan berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan merespons kebutuhan dan perasaan orang lain, mendapatkan satu cara sendiri serta menarik bagi aturan mementingkan diri sendiri. Jika benar bahwa stereotip laki-laki (yakni, orientasi budaya maskulin) menggunakan bahasa "untuk menegaskan posisi dominasi", sedangkan wanita (yaitu, orientasi budaya feminin) menggunakan bahasa untuk menciptakan dan memelihara hubungan kedekatan, maka ini juga harus tercermin dalam diri pribadi untuk menghindari kendala dalam percakapan.
PROSES CETAK DENGAN SABLON
Peralatan-peralatan yang harus ada untuk menyablon, yakni:
1. Screen (kain gasa terbuat dari Polyster/Nylon)
2. Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintetis)
3. Obat Afdruk (cairan kental/emilsion)
4. Mika (alat pemoles obat afdruk)
5. Sinar Matahari/Kotak Lampu (penyinaran saat mengafdruk)
6. Busa (untuk mengepress film pada screen)
7. Semprotan Air (pengembang gambar hasil afdruk)
8. Meja Sablon
9. Tinta/Cat (khusus sablon)
Tiga teknik dasar dalam menyablon, yaitu: pertama, Tehnik membuat film sablon, kedua, tehnik mengafdruk screen, ketiga, tehnik menyablon segala dasar.
1. TEHNIK MEMBUAT FILM
Film sablon adalah sebuah gambar/tulisan yang dibuat dengan manual atau di setting komputer. Film tersebut merupakan "master" yang akan digunakan dalam keperluan cetak sablon. Tanpa film ini pengerjaan sablon tidak dapat dilakukan, Ada 4 jenis film sablon:
1.Film Repro Film ini banyak digunakan oleh kalangan profesional sablon karena kwalitasnya sangat bagus untuk menghasilkan afdrukan yang sempurna. Pembuatan film ini menggunakan mesin pembuat repro hasilnya lebih trasparan dan lebih hitam pekat.
2. Film Kalkir Pembuatan film ini cukup praktis, dengan mengeprint dari komputer dengan kertas kalkir atau difotocopy dengan kertas kalkir.
3. Film Minyak Film ini cukup digemari karena berbiaya murah dan praktis. cukup dengan melumuru kertas dengan minyak goreng kemudian dikeringkan.
4. Film Kertas Potong Biasanya film ini dipergunakan untuk membuat cetakan sablon spanduk karena media cetaknya cukup besar, bahan filmnya terbuat dari kertas potong. Proses pembuatannya cukup sederhana: kertas yang sudag dibuat tulisan/gambar langsung di potong dengan pisau cutter sehinggan tiap-tiap huruf/gambar berlubang.
Untuk membuat cetakan sablon berwarna, buatlah film sebanyak warna yang dikehendaki mengikut pola gambar.
2. TEHNIK MENGAFDRUK SCREEN
Proses pengafdrukan merupakan proses yang sangat penting dan menetukan bagi hasil sebuah pekerjaan sablon. Bila hasil afdrukannya baik maka besar kemungkinan akan bagus hasil sablonannya.
Afdruk adalah sebuah proses penduplikasian dari gambar/tulisan film ke dalam screen. apapun gambar/tulisan yang ada pada film akan terlihat sama pada screen setelah melalui proses pengafdrukan. ada dua cara mengafdruk screen:
1.Dengan Matahari
2. Dengan kotak Lampu Neon
Cara kerja kedua cara tersebut sama saja yaitu mengexpose (menyinari) yang telah dipolesi dengan obat afdruk "emulsion" untuk menimbulkan gambar/tulisan ke screen melalui pencahayaan.
Ada 2 macam emulsion yang digunakan untuk mengafdruk screen, pertama jenis solven untuk jenis non kain dan jenis Water Base untuk menyablon kain atau kaos.
Ada 9 langkah mengafdruk screen:
1. Mencampur Emulsion (obat Afdruk) dan SR/ cairan kuning yang ada dalam kemasan Emulsion. Obat yang sudah dicampur dengan cairan kuning tidak bisa disimpan lama, oleh sebab itu pergunakan secukupnya. Tuangkan Emulsion kedalam wadah kemudian masukan cairan kuning/SR 1:9, aduk hingga benar-benar menyatu.
2. Memoles screen secara merata dengan Emulsion yang telah diaduk dengan SR. Pastikan Screen bersih, kering dan bebas abu. oleskan screen dengan menggunakan Mika, lakukan pemolesan dengan rata pada bagian luar dan dalam screen, tidak boleh ketebalan atau ketipisan dalam pemolesan Emulsion di screen.
3. Mengeringakan screen diruangan tertutup atau gelap. pengeringan boleh dengan Hair Dryer, kipas angin. Peringatan!!! proses ini hanya dilakukan dalam ruangan tertutup yang gelap, jika terkena sinar cahaya terang akan mengakibatkan gagalnya pengafdrukan.
4. Jika sudah kering (masih tetap dalam ruangan tertutup), letakkan film diatas screen secara terbalik. Lapiskan dengan kaca bening, dibawah screen diberi busa (sesuai besar ukuran screen) lalu tekan dan jemur di ruangan terbuka (tersinar matahari) selama 5-20 detik tergantung teriknya matahari, ingat jangan terlalu lama karena akan berakibat gagal afdruk.
5. Proses pengafdrukan dengan menggunakan kotak lampu neon juga sama seperti diatas. Penyinaran menggunakan lampu hendaknya harus benar-benar terang. Gunakan lampu neon/TL 3-4 batang minimal 20 watt/ batang. penyinaran dilakuakan diatas kotak lampu yang dilapisi kaca setebal 5 milimeter, lamanya penyinaran berkisar 5-8 menit.
6. Selanjutnya adalah pengembangan gambar dari hasil penyinaran. Caranya screen yang sudah di sinari matahari atau lampu segera disiram dengan air bersih dala dan luar screen, untuk menyempurnakan diperlukan semprotan air agar gambar/tulisan lebih jelas terlihat. Dalam penyemprotan awal tidak boleh terlalu keras.
7. Setelah pencucian screen dianggap selesai maka screen harus dijemur diterik matahari hingga benar-benar kering.
8. Jika dalam proses pengafdrukan ada kecacatan sedikit (tidak mengganggu gambar atau tulisan, maka proses selanjutnya adalah penambalan dengan sisa Emulsion dan dikeringkan kembali.
9. Proses selanjutnya adalah finising, priksa sekali lagi jangan sampai ada kebocoran di screen. Agar tidak belepotan dalam pengerjaan sablon, tutuplah pinggir-pinggir screen (kayu didalam) dengan Lakban, hal ini juga untuk mengantisipasi kebocoran pada ujung-ujung kayu screen.
3. PROSES PENYABLONAN
Siapkan screen yang akan digunakan pastikan screen dalam keadaan kering dan bersih dari kotoran yang dapat mengganggu resapan cat dalam pori-porinya, letakkan screen pada meja sablon dan kancing catok dengan kencang agar tidak bergeser. Dan siapkan cat yang akan digunakan, cat yang sudah dicampur dengan M3 atau pengencer cat pada cat kertas sampai cat tidak terasa kental, akan tetapi juga tidak boleh terlalu encer . setelah cat sudah dicampur dengan pengencer cat yakni M3 yang takarannya sudah tepat baru cat dituangkan keatas screen, dan saputlah cat yang sudah ada discreen dengan metode naik turun keatas medan yang sedang di sablon.
Pada perinsipnya menyablon apapun adalah sama saja cara pengerjaannya, dari pembuatan film, mengafdruk sampai mencetak dengan screen. Hanya harus diperhatikan adalah perbedaan jenis screen dan catnya, hal ini tidak boleh tertukar, sebab jika tertukar maka tidak akan membuahkan hasil.
Jenis-jenis screen menurut kegunaanya:
• Untuk menyablon kaos/kain maka screen yang cocok digunakan adalah screen yang berpori-pori kasar dengan type screen T48, T54, T61, T77 dan T90.
• Untuk menyablon kertas, plastik, sticker,PVC dll, screen yang cocok digunakan adalah jenis screen sedang dan halus dengan type screen T120, T150, T165, S180 dan S200.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam era demokrasi indonesia yang muda ini persaingan para calon presiden pada pemilu 2009 seperti kita ketahui bersama, bahwa ada 3 pasangan Capres – Cawapres yang akan bertarung di Pilpres 8 Juli 2009 mendatang. Mereka adalah Mega – Prabowo, SBY – Boediono, dan JK – Wiranto. Masing-masing kandidat berkompetisi membangun citranya untuk mengukuhkan pencitraan dirinya. Dalam membangun pencitraan, para kandidat dibantu oleh tim sukses dan konsultan pencitraan. Pesan yang dibangun dalam membangun citra, para tim sukses menggunakan berbagai media. Pesan verbal dan visual dikemas dalam bentuk iklan politik menggunakan iklan koran, televisi, dan radio. Belum puas dengan itu, mereka pun melakukan pencitraan melalui baliho, spanduk, umbul-umbul, poster, dan pamflet kepada calon pemilih yang semakin pintar sekarang ini, limpahan informasi dan terbukanya peluang untuk mengakses informasi membuat masyarakat pemilih makin kritis dan selektif dalam memilih calon presiden maupun wakil presiden. Agar dapat unggul dalam persaingan, salah satu cara yang digunakan oleh para calon presiden dan pasangannya adalah dengan kemampuan mengelola dan menyampaikan informasi dari kedua pasangan (capres) tersebut yang nantinya diharapkan terjadi pencitraan baik pasangan calon presiden dan wakilnya dari masyarakat pemilih dimana salah satu wujudnya adalah melalui kegiatan pengiklanan (advertising). Dalam kaitan ini, iklan politik telah menjadi alat utama para kandidat Capres dan Cawapres untuk menyampaikan program dan mempresentasikan “diri mereka” kepada audiens. Bahkan masing-masing kandidat Capres bersedia mengeluarkan uang miliaran rupiah demi mengiklankan dirinya untuk menarik simpati kepada calon pemilih.
Pengiklanan yang tepat sasaran (efektif) dapat digunakan oleh para calon presiden dan wakinya dan biro iklan untuk mempengaruhi persepsi dan preferensi masyarakat pemilih terhadap para pasangan calon anggota presiden peserta pemilu 2009 yang pada akhirnya juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk memilih salah satu pasangan calon presiden. Selain sebagai alat penyampaian pesan (informasi), advertising yang dilakukan haruslah mampu bersaing dengan berbagai kegiatan periklanan para calon presiden dan calon wakil prsiden yang lainnya untuk memenangkan minat masyarakat serta mempertahankan image pasangan calon presiden itu sendiri. Membicarakan image sama halnya dengan pekerjaan bagaimana anda membangun citra atau persepsi seseorang dibenak khalayak. Image adalah persepsi yang paling menonjol. Kandidat yang memiliki citra baik dimata masyarakat, serta program-program yang ditawarkan lebih jelas dan tidak muluk-muluk relatif lebih bisa diterima oleh masyarakat.
Pada konteks iklan politik, citra bisa dibuat sedemikian rupa. Citra kandidat yang sebelumnya tidak baik bisa menjadi baik. Namun sejatinya citra tidak bisa direkayasa. Citra positif akan terbentuk jika dalam pelakasanaannya ia bekerja keras merealisasikan janji-janjinya sehingga hal iti yang akan mengangkat namanya kelak. Namun karena kecanggihan para konsultan pencitraan, iklan yang ditampilkan benar-benar bisa membalik semuanya. Citra dibentuk oleh para konsultan pencitraan sehingga komunikasi dan penyampaian program-program kandidat bisa tersampaikan kepada calon pemilih. Program kandidat merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif. Iklan politik juga mempunyai kemampuan mempengaruhi audiens baik secara langsung maupun tidak langsung biasanya iklan politik memnggunakan dua tingkatan informasi yang disampaikan yakni Pertama, Iklan politik menyebarkan informasi mengenai visi, misi dan platform kandidat ke dalam detail dimana wartawan jarang melakukannya. Kedua, karena iklan politik berada dalam dunia perdagangan, periklanan tidak hanya ditujukan untuk memberikan informasi kepada audiens, tetapi juga dirancang untuk membujuk (to persuade). Dengan demikian, periklanan politik mempunyai keuntungan yang jelas bagi kandidat, yakni kemampuannya dalam menjangkau audiens yang luas dan dalam melakukan persuasi terhadap mereka. Selain itu, di atas segalanya, kontrol atas materi publikasi berada di tangan politisi dan bukan pada media.
Kenyataan tersebut disadari oleh masing – masing tim kampanye calon presiden dan calon wakil presiden peserta pemilihan presiden (pilpres) 2009. Termasuk juga tim kampanye pasangan calon presiden susilo bambang yudoyono dengan pasangannya boediono, yang sering disebut “SBY – BOEDIONO” walaupun sebelumnya mereka menggunakan sebutan “SBYberbudi” pada awal pencalonan mereka, dan kini menggunakan singkatan dari nama pasangan calon presiden tersebut yakni “SBY – BOEDIONO” dalam pengiklanannya yang diback up oleh Fox Indonesia dan dikomandoi Rizal Malaranggeng. yang menggunakan media pengiklan sebagai salah satu media promosi pasangan calon persiden tersebut kepada masyarakat pemilih. Untuk iklan politik di media koran, diawali dari iklan SBY yang dicitrakan sebagai pemimpin keluarga yang berhasil membangun keluarga yang harmonis serta diakhir waktu kampanye diperkuat dengan jingle iklan mie instan yang dirubah menjadi jingle SBY Presidenku.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimanakah penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi iklan yang dipasang di kompas mulai bulan mei sampai bulan juli) yang membangun pencitraan mereka pada masyarakat pemilih.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli) yang membangun pencitraan mereka pada masyarakat pemilih.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis
Meningkatkan pemahaman mengenai semiotika, petanda dan penanda dalam iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli).
2. Bagi Dunia Periklanan Politik
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran tentang semiotika dalam sebuah iklan politik, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi bagi tim kampanye maupun para konsultan politik pada khususnya dan pada dunia periklanan khususnya.
1.5. Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti hanya mencari makna penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada pada iklan “SBY – BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli 2009).
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Iklan
Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
2.2 Pengertian Iklan Politik
Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dan berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikankepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Dan kepercayaan individu kaepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya.
2.3 Teori Semiotik Ferdinand de Sorce
Semiotik secara etimologi berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ”tanda”. Secara terminologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda- tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Pengertian di atas sejalan dengan apa yang dekemukakan oleh Ferdinand de Saussure yang mendefinisikan semiotika (semiologi) sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Secara implisit dari pengertian ini menunjukkan relasi bahwa bila tanda adalah bagian kehidupan sosial, maka tanda merupakan bagian dari aturan-aturan yang berlaku (kode). Ada system tanda (sign system) dan social system yang saling berkaitan, inilah yang disebut sebagai konvensi sosial (social convention) yang mengatur tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. Menurut Saussure tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier dan signified atau wahana tanda dan makna atau penanda dan petanda (signifier+signified= sign).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian kali ini yang berudul “analisa semiotik pada iklan SBY-BOEDIONO” (versi kompas mulai bulan mei sampai bulan juli 2009). Menggunakan metode penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif peneliti anggap lebih cocok digunakan dalampenelitan kali ini yakni penggalian interpretasi subyek yang diteliti jika dibandingkan denganpenelitian kualitatif yang mempunyai studi awal dalam penelitian namun pada kuaitatif cukup dengan menggunaan penggalian interpretamen tadi, selain itu penelitian kualitatif lebih dekat dengan apa yang akan diteliti dan data - data yang dimunculkan atas dasar data empirik sipeneliti, begitupun dengan klaim terhadap hasil penelitian ini yang masih dicari peneliti.
Penelitian ini menggunakan data sekundair berupa data pendukung yang diperoleh melalui literatur – literatur yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder berupa data tentang iklan – iklan yang dikunpulkan peneliti yakni berupa bagian lenmbaran koran kompas edisi bulan mei sampai bulan juli 2009.
3.2 Kehadiran Peneliti
Peneliti disini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang mana peneliti terjun langsung ketempat penelitian. Mulai dari pencarian rumusan masalah yang akan diteliti sampai terjun langsung kepada tempat penelitian.dan peranan peneliti sebagai pengamat penuh terhadap iklan yang diteliti kepada subyek. Di samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek yang diteliti.
3.3 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 juli 2009 bertempat di fakultas ilmu sosial dan ilmu budaya universitas trunojoyo.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Iklan Kompas 27 Mei 2009
Pada iklan yang pertama ini terdapat foto SBY bersama keluarganya yakni terdiri dari istri,anak, menantu,cucu tak ketinggalan foto SBY sedang bersama ibunya. Mulai dari foto pertamanya yakni foto sby bersama istri dan kedua anaknya (sebagai penanda) dan petandanya adalah keakraban keluarga kecil ini yang harmonis dan bersahabat
Foto yang kedua yakni foto sby bersama istri anak dan menantunya saat berlibur (penanda), petandanya keakrabpan yang terjalin dan kebersamaan diantara satu dengan yang lainnya, sby sebagai presiden masih bisa memposisikan dirinya dihadapan anak,istri dan menantunya.
Foto keluarga sby bersama cucu pertamanya (sebagai penanda), petandanya sby sebagai presiden yang senang atas kelahiran cucu pertamanya dan beliau masih juga mepunyai waktu untuk keluarganya.
Foto Sby yang sedang ersalaman kepada ibunda tercinta (sebagai penanda), petandanya sebagai kepala negara sby tidak melupakan kewajibannya sebagai anak dari orang tuanya.
Foto sby yang duduk berdampingan dengan anak, istri dan menantunya (sebagai penanda), petandanya sebagai orang nomer satu diindonesia masih bisa duduk bersama keluarganya dan kelihatan harmonis.
Foto sby bersama keluarga dan istrinya yang menggendong cucu pertamanya (sebagai penanda), petandanya yakni keharmonisan tetap terjaga diantara mereka semua.
Foto senyum cucu sby (sebagai penanda), petandanya yaitu sebagai presiden sby bisa merawat cucu pertamanya hngga tumbuh sehat.
Foto sby bersama anak,istri, dan ibunya terlihat khusyuk sekali saat berdoa (sebagai penanda), petandanya sby dihadapan keluarganya bisa menjadi sosok pemimpin bagi keluarganya.
4.2 Iklan Kompas 3 Juni 2009
Foto SBY – BOEDIONO yang berlatar belakang rakyat pendukungnya (sebagai penanda), petandanya yakni dengan poster yang dibawa pendukungnya menginterpretasikan dukungan rakyat kepada SBY dan mereka masih menginginkan pemerintahan sby untuk dilanjutkan karena beliau dianggap berhasil memimpin indonesia lima tahun terakhir ini. Dan rakyat menginginkan dilanjutkan pemerintahan belaiu ini. Selain pemerintahan yang bersih dari korupsi dan bisa membuat indonesia lebih maju lagi.
4.3 Iklan Kompas 29 Juni 2009
Foto SBY – BOEDIONO yang tersenyum dengan dilatar belakangi rumah sby waktu masih pacitan dan foto mereka sewaktu masih menadi anak rakyat biasa dengan penentuan warna hanya hitam dan putih saja (sebagai penanda), petandanya mereka pasangan calon presiden dan wakil presiden ini yang mereka dulu berasal dari rakyat biasa dan mereka akan mengabdikan diri mereka untuk rakyat juga, yang mengambarkan kehidupan mereka dulu yang sama – sama dari rakyat biasa.
4.4 Iklan Kompas 4 Juli 2009
Foto SBY – BOEDIONO tersenyum dengan latar belakang kibaran bendera merah putih (sebagai penanda), petandanya mereka berdua siap mengibarkan bendera merah putih selama pemerintahan mereka dan akan terus memajukan indonesia dan memakmukan rakyatnya.
Foto pendukung mereka membawa bendera berwarna – warni berada dibawah bendera merah putih (sebagai penanda), mulai dari sabang sampai merauke, dari miangas sampai pulau rote dengan pilihan partai yang berbeda- beda tetapi mereka tetap satu pilihan presiden mereka yaitu SBY – BOEDIONO.
Pemilihan bendera warna – warni (sebagai penanda), sebagai penandanya yakni tidak peduli apa partai pilihan masyarakat yang penting presidennya tetap SBY – BOEDIONO.
KESIMPULAN
Pada setiap iklannya sby mempunyai skenario dalam penerbitannya, mulai dari iklan pertama pada 27 Mei 2009 yang menggambarkan sby sebagai sosok sahabat bagi keluarganya, dan sebagai orang nomer satu diindonesia SBY masih bisa duduk bersama keluarganya dan kelihatan harmonis bahkan masih bisa meluangkan waktunya untuk cucu pertamanya, dan sebagai anak SBY tidak lupa akan kodrat itu bahwa dia harus tetap menghormati dan meminta do’a restu disetiap tindakannya kepada ibunda tercinta, pada iklan pertama ini sby membangun citranya sebagai sosok yang bersahabat dengan keluarga walaupun beliau seorang presiden. Diiklan berikutnya sby menggambarkan sosoknya yang berdampingan dengan boediono dengan dukungan dari masyarakat pemilihnya. Iklan ketiga SBY – BOEDIONO menggambarkan diri mereka yang berasal dari rakyat biasa dari anak orang kampung, dengan maksud mendekatkan diri mereka dimata rakyat biasa bahwa mereka ini juga berasal dari golongan rakyat biasa. Dan iklan terakhirnya mereka yang digambarkan pendukungnya yang membawa bendera berbeda – beda, yakni dengan tujuan berbeda – beda partainya mereka tetap memilih SBY – BOEDIONO sebagai calon presiden dan wakil presiden pilihan mereka.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media informasi di Indonesia dewasa ini memperlihatkan kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya stasiun televisi, stasiun radio, serta majalah dan surat kabar baik yang cakupannya lokal ataupun nasional yang menyebar ke pelosok nusantara. Hal ini juga disebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi yang terus mengalami peningkatan. Kebutuhan masyarakat inilah yang kemudian juga mendorong tiap-tiap institusi media untuk lebih profesional dan terampil dalam mencari, mengolah, dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek, tujuan periklanan ini bermuara pada upaya untuk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli sebuah produk yang ditawarkan. Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
5 elemen yang dapat mengkategorikan bahwa iklan itu bagus denagn memenui beberapa kriteria dibawah ini:
1. Attention (perhatian)
2. Interest (minat)
3. Desire (kebutuhan)
4. Conviction (keinginan)
5. Action (tindakan)
konsumen untuk kenikmatan dan gaya hidup. Dalam elemen Attention, iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak, atau suara-suara khusus.
Untuk elemen Interest, iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. Selain itu, iklan juga harus memiliki komponen Desire, yaitu mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Setelah itu, iklan juga harus mempunyai elemen Conviction, yang artinya iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut. Akhirnya, elemen Action berusaha membujuk calom pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian. Dalam hal ini dapat digunakan kata beli, ambil, hubungi, rasakan, dan lain-lain.
Namun demikian, dalam era yang serba over comunication iklan ini, penulis iklan harus cukup hati-hati. Banyak kalangan yang merasa alergi melihat iklan. Salah satu di antaranya karena iklan tersebut membosankan atau terlalu terkesan memaksa. Di sisi lain, kita juga perlu memperhatikan rencana strategi pemasaran secara umum. Tentu saja target iklan untuk produk baru, akan sangat berbeda dengan iklan untuk produk yang sudah lama melekat dalam benak konsumen. Begitu juga golongan target audience atau calon konsumen dan ciri fungsi produk dari iklan -- mempengaruhi pemakaian kata-kata yang akan dipakai. Bahasa yang dipakai untuk iklan yang target audience-nya anak-anak tentu berbeda dengan iklan yang target audience-nya orang dewasa laki-laki .Bahasa yang dipakai untuk iklan rokok tentu berbeda dengan iklan yang dipakai untuk iklan obat masuk angin. Untuk iklan obat masuk angin copywriter dapat menggunakan kata "segeralah minum obat X", namun untuk iklan rokok kata-kata itu tidak dapat digunakan. Di sini yang membedakan adalah ciri fungsi iklan. Obat masuk angin dipakai langsung untuk mengobati penyakit yang sering diidap oleh masyarakat
Seperti definisi politik, definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Efektivitas iklan sebagai komunikasi massa menjalar ke ranah politik Indonesia. Jelang pilpres Juli nanti iklan-iklan politik kian menjamur dan semakin tumbuh subur di tengah masyarakat konsumen Indonesia. Tokoh-tokoh politik menyadari betul bahwa iklan politik dapat mengorganisir wacana secara massif dan efisien. Para agen pemasaran dan biro iklan menciptakan sistem makna, gengsi dan identitas dengan mengasosiasikan produk (baca: tokoh) mereka dengan gaya hidup, nilai simbolik dan kepuasan tertentu, demi suatu pencitraan.
Pencitraan adalah strategi dasar dalam memperoleh kekuasaan. Instrumen yang digunakan biasanya dengan daya politik. Sehingga tidak ada hal apapun yang tidak bisa di politisasi, termasuk iklan. Melalui iklan, profil dan program seorang calon presiden menjadi terwakili oleh durasi waktu yang ditampilkan. Perang opini dan perang citra bermetamorfosis menjadi perang iklan politik. Menyerang, defensif, justifikasi adalah muatan yang sering dipakai sebagai bumbu penyedap iklan. Masyarakat disuguhkan pertikaian politik yang panjang dan melelahkan, sementara capres beserta jajaran suksesinya mempertontonkan kemampuannya bermanuver dalam retorika guna membangun serta mempertahankan popularitasnya.
Situasi tersebut semakin nyaman ketika masyarakatpun “terbelah dua”. Sebagian kalangan sangat menggemarinya, ibarat menonton kompetisi sepakbola atau drama sinetron populer. Kelompok jenis ini gemar memantau dan mengikuti setiap acara yang mempertontonkan debat pihak-pihak yang berseteru. Ironisnya hanya sekedar gemar, namun “ogah” menentukan sikap. Sementara kelompok lain pada masyarakat, memilih untuk bersikap netral namun dalam pengertian yang pasif, masa bodoh, baginya yang terpenting mencontreng itu pun kalau terdaftar di DPT. Iklim demokrasi jelas merestui segala bentuk kampanye termasuk melalui media iklan, bahkan di Indonesia aturan tersebut di undang-undangkan. Iklan politik yang baik haruslah substansial, terarah, fokus terhadap suatu persoalan, memandang rekam jejak tetapi tidak menyerang karakter apalagi kepribadian.
Elit politik harus memberi teladan yang baik dalam berdemokrasi, sebab seluruh proses pemilu 2009 adalah bahan rujukan bagi pelaksanaan demokrasi sampai di lapisan bawah struktur masyarakat. Jika dalam pemilihan kepala desa, ketua BEM mahasiswa, atau ketua kelas di sekolah diwarnai ricuh, atau permusuhan, maka itu adalah “turunan” dari perilaku elit politik di pentas demokrasi nasional.Setiap pagelaran demokrasi di Indonesia dalam skala besar semacam Pemilu 5 tahunan serta Pilkada memiliki korelasi bagi praktek berdemokrasi di tingkat bawah. Oleh karenanya elit politik harus meninggalkan cara berpolitik yang tidak elegan, kasar, dan tidak berjiwa besar. Ada tiga konsekuensi yang harus di tanggung oleh kaum elit politik jika menerapkan cara berpolitik demikian.
Yang dimaksud dengan media iklan adalah segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebar luaskan pesan – pesan iklan. Pada prinsipnya, jenis media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet). Diantara dikotomi media tersebut ada satu media yang tidak termasuk dalam kategori keduanya yaitu media luar ruang (papan iklan atau billboard)
Jika dilihat dari pekerjaan kreatifnya maka media iklan terbagi dua jenis yaitu :
a. media lini atas (above the line) ; media utama yang digunakan dalam kegiatan periklanan, contoh ; televisi, radio, majalah, surat kabar.
b. Media lini bawah (below the line) ; media pendukung dalam kegiatan periklanan, contoh : pamflet, brosur dan poster.
Banyaknya iklan para tokoh politik yang dalam hal ini adalah para calon anggota legislatif (caleg) yang memasang iklan mereka dijalan-jalan protokol kabupaten bojonegoro, iklan disini yaitu banner yang bergambarkan foto para calon anggota legislatif tersebut besampingan dengan logo partai bahkan tak sedikit dari para calon anggota legislatif tersebut yang memasang foto mereka berdampingan dengan foto tokoh elit partainya. Disepanjang jalan kabupaten bojonegoro yang biasanya sepi dengan gambar-gambar, pada musim pemilihan anggota legislatif ini banner para calon anggota legislatif sudah menyebar di pinggir – pinggir jalan protokol kota. Dan ditempat-tempat strategis di kabupaten bojonegoro seperti dikawasan terminal rajekwesi bojonegoro, kawasan alun-alun kota bojonegoro, kawasan pasar kota bojonegoro, dan didepan bravo swalayan . tempat –tempat tersebut merupakan tempatyang biasanya rame dengan iklan-iklan produk yang di promosian, kini telah berubah menjadi media promosi para calon, anggota legislatif kabupaten bojonegoro.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
”Bagaimana pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan para calon anggota legislatif Periode 2009-2014 terhadap miat pliih para tukang becak dikabupaten bojonegoro”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan para calon anggota legislatif Periode 2009-2014 terhadap miat pliih para tukang becak dikabupaten bojonegoro”. Begitu pula dengan tokoh politik dan partai politik mempromosikan individu mereka sendiri maupun partainya tentunya dengan tujuan agar masyarakat luas mengenal individu tersebut maupun partai politiknya, salah satunya media yang digunakan para elit politik maupun partai politik menggunakan iklan sebai media promosi mereka. Iklan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan peneliti pada khususnya dan mahasiswa ilmu komunikasi pada umumnya mengenai periklanan, dan juga bermanfaat bagi para calon anggota legislatif tentunya agar penyamain iklan politik mereka dimengerti oleh khalayak umum, dan para calon anggota legislatif juga bisa mengetahui efektif tidaknya sebuah media periklanan politik yakni media politik luar ruangan (banner). Sehingga pesan politik mereka tersampaikan kepada khalayak dan mampu mempengaruhi khalayak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada calon anggota legislatif yang ingin membuat iklan politik luar ruangan (banner), sehingga mereka bisa mengetahui keefktifan dari media tersebut, sebelum mereka menggunakan media tersebut untuk menyampaikan iklan politik mereka.
BAB II
KERANGKA TEORI
1. Pengertian Komunikasi
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni:
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Joseph Devito, 1997: 215). Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Menurut Uchjana (1992: 321) secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau komunikasi antar manusia.
Secara pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media non-massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya fungsi-fungsi di dalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja tersebut dapat berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orang-orangnya, agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap manusia. Oleh karena itu komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda adalah komunikasi adalah sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat, yang nantinya oleh penerimanya kata-kata atau isyarat- isyarat tersebut lalu diterjemahkan lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back terhadap pesan yang disampaikan tadi (Dahn Suganda, 1981: 91).
2. Pengertian komunikasi politik
Definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
3. Pengertian Iklan
Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
4. Pengertian iklan politik
Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dan berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikankepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Dan kepercayaan individu kaepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya.
3..HIPOTESIS
H0: Adanya pengaruh pemasangan iklan poltik calon anggota legislatif terhadap minat pilih tukang becak dikabupaten bojonegoro.
H1: Tidak ada pengaruh komunikasi pemasaran iklan poltik calon anggota legislatif terhadap minat pilih tukang becak dikabupaten bojonegoro.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.Metode penelitian yang digunakan
Penelitian ini yang berudul pengaruh pemasangan iklan politik luar ruangan (banner) calon anggota legislatif terhadap minat pilih masyarakat (tukang becak dikabupaten bojonegoro). Peneliti kali ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk mengidentifikasi masalah ini. Secara umum iklan politk banyak sekali media pengiklan yang digunakan para elit politik dan elit partai dalam mempromosikan tokoh tersebut dan partainya, secara umum media yang digunakan mulai dari media cetak dan audio visual, media outdoor maupun media indoor. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif karena keakuratanta dalam meneliti masalah ini itupun disebabkan karena masalah yang diteiliti ingin dijabarkan secara detail dan rinci.
2.Desain Penelitian
Memmberikan kusionner kepada para tukang becak di 5 tempat yakni di kawasan terminal rajekwesi bojonegoro, tukang becak diseputaran stasiun kota bojonegoro, tukang becak yang biasa mangkal di bravo swalayan dan para tukang becak di sekitar pasar kota bojonegoro. Variabel yang diteliti yakni minat pilih tukang becak tersebut terhadap pemilahan calon anggota legislatif kabupaten bojonegoro dapil 1 dan keefektifan media pengiklan luar ruangan tersebut.
3. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 agustus 2009 sampai dengan 25 desember 2009, bertempat di kabupaten bojonegoro.
5.Teknik sampling
Peneliti kali ini menggunakan Cluster Sampling (Penarikan Sampel kelompok)
Populasi juga terdiri dari beberapa kelompok Sampel yang diambil berupa kelompok bukan individu atau anggota.
Misalnya !!!!
Antara tukang becak yang mangkal dikawasan pasar dengan dikawasan terminal pastinya berbeda iklan politik yang sering mereka lihat(foto CALEG).
Contoh:
Di setiap kawasan terdapat 80 tukang becak jika dalam penelitian kali ini saya meneliti 5 kawasan yang tiap kawasan terdiri dari 80 tukang becak maka jumlah keseluruhan sampelnya adalah 480 tukang becak, dan dari setiap kawasan diambil 20 sampel saja yang mewakili tiap-tiap kawasan dengan data sebagai berikut :
1. 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
2. 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
3. 20 tukang becak dikawasan pasar kta bojonegoro.
4. 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
5. 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
1. Stratified Cluster Sampling ( Teknik sampling bertingkat dan Kluster)
Teknik sampling campuran yang menggunakan teknik bertingkat dan kluster,maksudnya adalah sampel di ambil secara bertingkat dengan kelompok-kelompok setelah itu di ambil sampel lagi secara luas dan besar yaitu dengan teknik cluster.Keunggulan dalam teknik ini adalah data yang di ambil dari sampel dan menjadi populasi bisa mewakili dari beberapa daerah,namun kekurangan dari teknik ini adalah teknik ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang banyak sehingga kurang efisien dalam suatu penelitian.
• contoh
Populasi yang di jadikan sampel bertingkat dan kluster adalah tukang becak namun dengan ketentuan sebagai berikut :
- 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan pasar kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
• Populasi ( N ) & Bagian dari populasi ( n ) N n
Dari sampel tersebut adalah bertingkat dan kluster,bertingkat karena di bedakan dengan tempat biasa tukang becak mangkal ,sedangkan klusternya adalah umur dari tukang becak tersebut Hasil dari populasi tersebut adalah berbeda-beda umur maka erbeda juga data yang di peroleh misalnya saja tanggapan tukang becak tersebut terhadap caleg yang akan mereka pilih nenjadi wakil di gedung dewan.
6.Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data secar sekunder yakni dengan cara menyebar kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan. Dan peneliti terjun langsung kelapangan untuk meneliti .
Marketing communications (marcom) adalah proses menjalin hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan- karyawan -pelanggan dan merupakan upaya perusahaan memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan berpengaruh kuat tentang organisasi dan produk-produknya.
Strategi Pemasaran
Jargon adalah istilah khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu. Pada pemilu presiden tahun 2009 ini ada jargon-jargon yang digunakan para calon presiden dan calon wakil presiden untuk mengenalkan diri mereka kepada pemilih, tentunya dengan alasan agar pemilih lebih mengenal mereka sehingga nanti rakyat memilih capres dan cawapres itu.pada musim pemilu kali ini tiga pasangan calon presiden dan wakil presidenyang kan bertarung pada pilpresyakni mohammad jusuf kalla - wiranto dengan jargonnya (JK-WIN), megawati soekarno putri- prabowo subianto dengan jargonnya (MEGA-PRO), dan yang terakhir yakni Susilo bambang yudoyono- boediono dengan jargonnya (SBY-BOEDIONO).
Mohammad jusuf kalla - wiranto dengan jargonnya (JK-WIN) memilih jargon tersebut karena jufuf kalla dengan JKnya, pada pilpres tahun 2004 sudah banyak dikenal masyarakat luas, sedangkan pasangannya yakni wiranto mengambil kata WIN dijadikannya sebutan wiranto dengan tujuan masyarakat lebih mengenalnya lagi.Megawati dengan prabowo dengan jargon mereka MEGA-PRO. Susilo bambang yudoyono- boediono menggunakan sebutan SBY-Boediono karena lebih mudah dan orang luar Jawa itu tidak paham berbudi itu apa jadi mereka merubahnya dengan SBY-BOEDIONO.
Membuat media online menjadi profitable tak semudah yang dibayangkan. Banyak yang akhirnya harus gulung tikar. Karena itu, media online perlu mengerucutkan pasar dan segmentasi daripada meniru media serupa yang lebih dahulu stabil.
''Detik.com, misalnya. Kami butuh waktu sepuluh tahun untuk bisa stabil dan meraih keuntungan. Itu bukan pekerjaan mudah. Membuat media online sangat mudah. Tapi, membuatnya menguntungkan dan dapat terus bertahan itu yang sulit,'' kata Vice President of Publisher Group Detik.com Donny Budhi Utoyo dalam acara BNCC Nasional IT Talk Show (BITS) di Wisma Antara, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (16/5).
Diskusi bertema Kiat Netpreneur Masa Kini itu diadakan Bina Nusantara Computer Club (BNCC), Universitas Bina Nusantara (Binus). Turut hadir dalam acara tersebut Sri Khoironi dari Depkominfo E-Business Director, dan Business General Manager Kompas.com Edi Taslim.
Donny mengatakan, beberapa waktu lalu sejumlah media online muncul. Mereka berambisi meniru media online lain yang sudah mapan. Bahkan, kekuatan dana besar digelontorkan untuk mencapainya. ''Mereka beriklan di televisi, memasang baliho di mana-mana. Promonya bertubi-tubi. Akhirnya sekarang, sudah tidak kedengaran lagi suaranya,'' ujar Donny yang juga dosen di Binus itu.
Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu mengatakan, kekuatan dana memang perlu. Namun, itu tidak menjamin media online menguntungkan dan bisa survive. Sebab, yang lebih penting dari media online adalah keberlanjutan. Media yang besar karena didongkrak modal besar, biasanya napasnya tak panjang. Hanya mampu besar di awal. Apalagi, mereka biasanya berharap segera untung.
''Padahal, media online itu salah satu syaratnya sustainability atau keberlanjutan. Bisnis media itu bisnis maraton, bukan sprint. Medan yang harus dilalui panjang. Karena itu, butuh napas yang panjang juga,'' ujarnya.
Iklan untuk media online pun, kata Donny, belum seberapa ramai. Jauh berbeda bila dibandingkan dengan media televisi dan cetak. ''Kita ini seperti masih dalam masa transformasi. Para pengiklan masih pikir-pikir. Kalau kita ngiklan di online apakah efektif. Yang benar-benar melihatnya berapa orang? Kalau cetak kan jelas berapa oplahnya, kalau online efektivitasnya belum terukur,'' katanya.
Nah, kata Donny, hal itu diperburuk dengan semakin banyaknya media online yang muncul. Pengiklan belum ramai, tapi media yang memperebutkannya semakin banyak. ''Bukan tidak mungkin media online akan menjadi red ocean (samudera merah, Red) karena persaingan yang tinggi,'' katanya.
Lebih baik, kata dia, media online mengambil segmen pasar berbeda dan spesifik. Tak perlu terlalu besar seperti Detik.com atau Kompas.com. Kalau perlu, membuat media online berskala lokal dengan berita seputar wilayah tersebut. ''Nah, nanti iklan diambil dari perusahaan-perusahaan lokal di situ,'' katanya. (aga/nw)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang komunikasi pemasaran. Semakin tingginya tingkat persaingan diantara perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swata secara nasional, pada era sekarang ini dan disahkannya undang-undang BHMN perguruan tinggi yakni negara tidak menanggung semua biaya pindidikan tersebut akan tetapi pihak perguruan tinggi harus mampu menopang kebutuhannya. Dan untuk menopang kegiatan itu pihak perguruan tinggi harus pintar memutar pikiran untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam hal tersebut pihak perguruan tinggi harus bisa mendapatkan mahasiswa yang banyak agar kebutuhannya dapat terpenuhi.
Persaingan bisnis bukan hanya di bidang- bidang profit saja akan tetapi perguruan tinggi juga mempunya persaingan bisnis untuk memperebutkan mahasiswa-mahasiswa baru. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan asosiasi tertentu (brand association) dalam benak pelanggannya. Salah satu asset tak berwujud adalah ekuitas yang diwakili oleh merek.
Bagi banyak perusahaan, merek dan segala yang mewakilinya merupakan asset yang paling penting, karena sebagai dasar keunggulan kompetitif dan sumber penghasilan masa depan. Namun, merek-merek jarang dikelola secara terkoordinasi, dan tidak ada sikap koheren yang memandang asset tersebut memang semestinya dijaga dan diperkokoh.
Nama atau istilah “merek” (brand) memang bukan sekedar nama, istilah (term), tanda (sign),
symbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan fasilitas pendukung kegiatan belajar mahasiswa yang sangat lengkap dengan biaya pendidikan yang lebih murah. Dan janji inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut,
lebih daripada merek yang lain. Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik
dari pemasaran modern bertumpu pada penciptaan merek-merek yang bersifat
membedakan (different) sehingga dapat memperkuat brand image perusahaan.
Untuk mengkomunikasikan brand image kapada stakeholders (termasuk pelanggan) dapat dilakukan melalui iklan, promosi, publisitas, dan
biaya pendidikan yang lebih murah dibanding perguruan tinggi yang lainnya, dengan fasilitas pendidikan yang sama.
Dalam kaitannya dengan komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo dalam membangun nama baik (brand) dimata masyarakat adalah dengan kegiatan komunikasi pemasaran dengan
memperkenalkan universitas trunojoyo dari berbagai segi baik segi fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar,
kualitas dosen yang baik, prestasi akademik maupun prestasi non akademik juga harus ditingkatkan agar masyarakat tahu bahwa universitas trunojoyo mampu bersaing dengan perguruan tinggi yang lain. Tentunya hal tersebut mempunyai tujuan untuk
memperkenalkan dan menawarkan kepada masyarakat untuk menempuh pendidikan diploma dan sarjana di universitas trunojoyo. Berbagai kegiatan pemasaran dilakukan oleh
humas universitas trunojoyo yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memikat para lulusan sma dan sederajat agar pelajar tersebut ingin menempuh pendidikan di universitas trunojoyo.
Universitas trunojoyo agar menjadi perguruan tinggi yang terkenal dan dan dipercaya masyarakat luas akan kualitas lulusan – lulusannya yang sangat bermutu dan tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi lain, dan hal
itu juga merupakan asset yang tak ternilai. Pihak humas berupaya untuk meningkatkan pengenalan masyarakat indonesia tentang nama Universitas Trunojoyo sebagai perguruan tinggi negeri satu satunya di pulau madura. Namun, usaha yang paling sering dilakukan adalah melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran, agar tercipta nama baik (brand) yang mendukung, kuat dan unik di benak masyarakat antara nama Universitas trunojoyo dengan atributnya. Oleh karena itu pihak humas universitas trunojoyo harus mampu menjaga citra perguruan tinggi di mata seluruh masyarakat indonesia (khsusnya kabupaten bangkalan).
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa usaha untuk membangun nama (brand) yang baik dimata masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Bagi suatu perguruan tinggi yang mempunyai kualitas dosen yang tidak kalah dengan PTN maupun PTS yang lain, juga fasilitas yang dimiliki yang lengkap dapat merubah image yang selama ini ada. Namun, dibutuhkan usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk membangun dan mempertahankan
citra baik yang akan tercipta danyang sudah terbentuk dengan sendirinya. Adapun kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan oleh HUMAS Universitas Trunojoyo guna membangun citra baik dimata masyarakat diantaranya adalah melalui iklan yang efektif, promosi di sma- sma baik dibangkalan maupun di indonesia secara umumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
”Bagaimana pengaruh kegiatan komunikasi pemasaran dalam membangun nama Universitas Trunojoyo dimata masyarakat indonesia (kabupaten bangkalan)” .
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi
pemasaran untuk membangun nama universitas trunojoyo dimata masyarakat indonesia (bangkalan) yang dibuat oleh humas”.
D.HIPOTESIS
H0: Adanya pengaruh komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo untuk membangun nama (brand) dimata masyarakat indonesia (bangkalan).
H1: Tidak ada pengaruh komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo untuk membangun nama (brand) dimata masyarakat indonesia (bangkalan).
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Komunikasi
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni:
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Joseph Devito, 1997: 215). Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Menurut Uchjana (1992: 321) secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau komunikasi antar manusia.
Secara pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media non-massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman,
poster, spanduk dan sebagainya. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya fungsi-fungsi di dalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja tersebut dapat
berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orang-orangnya, agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap manusia. Oleh karena itu
komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda adalah komunikasi adalah sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat, yang nantinya oleh penerimanya kata-kata atau isyarat-
isyarat tersebut lalu diterjemahkan lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back terhadap pesan yang disampaikan tadi
(Dahn Suganda, 1981: 91).
2. Pengertian Komunikasi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dan kerjasama dari pihak-pihak yang terlibat dalam usaha pemasaran.
Kegiatan pemasaran tidak hanya terdiri dari kegiatan menyampaikan produk ke tangan pelanggan, tetapi juga harus dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, mengungkapkan definisi pemasaran sebagai suatu system total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada pelanggan saat ini maupun pelanggan potensial.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi ini menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah stunya dalam bidang pendidikan Pendidikan merupakan hak setiap warga negara indonesia juga dijadikan kebutuhan pokok riil pada setiap keberadaan manusia dimuka bumi ini, baik pendidikan formal maupun non formal. Banyak orang yang lapar akan hal itu, oleh kaerena itu mereka menonton film yang bertemakan pendidikan akantetapi baru sedikit jumlahnya yang bertemakan tentang pendidikan yang berakhir bahagia dan yang tidak bahagia. Walaupun tidak seperti film-film cinta yang banyak diproduksi, flim yang bertemakan tentang pendidikan masih sangat jarang sekali jika kita bandingkan dengan film-film yang bertemakan cinta, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh pasar perfileman indonesia yang para penontonnya lebih suka menonton film yang bertemakan cinta ketimbang film pendidikan. Padahal film pendidikan memiliki nilai moral yang sangat tinggi kepada penontonnya. Khususnya pada genersi muda penerus bangsa. Unsur pendidikan yang mana didalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 “Setiap Warga Negara Berhak Mendapat Pendidikan”.
Unsur cinta juga tidak dapat hilang difilm- film karya anak bangsa masa kini masih memasukkan unsur-unsur cinta dalam karya mereka, komedi cinta, remaja dan cinta, cinta dan agama, bahkan ada film komedi sex. Perilaku tersebut didasarkan oleh tiga premis yang entah sendiri-sendiri atau bersama-sama menguatkan kesimpulan diatas. Premis pertama yang menyebutkan bahwa tidak ada yang perlu dipelajari tentang cinta, yaitu soal dicintai daripada mencintai; kemampuan seseorang untuk mencintai. Masalah pada premis pertama ini adalah bagaimana dicintai. Ada beberapa jalan dalam pengejaran terhadap tujuan tersebut. Pertama adalah premis yang diungkapkan kaum adam, yaitu untuk mencapai sukses, menjadi sedemikian berkuasa dan kaya raya hingga batas sosial yang dimungkinkan oleh kedudukan seseorang. Kedua adalah premis yang diungkapkan oleh kaum hawa , yaitu membuat dirinya menarik dengan jalan merawat tubuh, pakaian, make up dan lain sebagainya. Cara lain yang digunakan baik kaum hawa ataupun kaum adam adalah dengan mengembangkan tata krama yang menyenangkan, suka menolong, sopan dan tidak mengganggu. Cara-cara tersebut akan membuat diri sendiri dapat dicintai.
Premis kedua mengenai tidak ada sesuatu yang perlu dipelajari tentang cinta adalah masalah obyek. Orang berpikir bahwa mencintai itu merupakan hal yang mudah namun menemukan obyek yang tepat untuk mencintai ataupun dicintai itu sulit. salah satu alasannya yaitu perubahan besar yang muncul pada abad ke-20 dalam kaitannya dengan pemilihan ”obyek cinta.” Pada abad tersebut dikatakan sebagai abad victorian, yang kita ketahui banyak budaya tradisonal dan sebagian besar cinta bukanlah pengalaman pribadi yang bersifat spontan yang akhirnya berujung pada sebuah pernikahan, tetapi sebaliknya, pernikahan diikat dengan perjanjian oleh masing-masing keluarga yang dilakukan berdasarkan dengan beberapa pertimbangan sosial dan cinta diandaikan akan berkembang setelah menikah.
Premis ketiga yang menyebabkan bahwa cinta tidak perlu dipelajari adalah tentang kebingungan antara pengalaman jatuh cinta dan kondisi permanen berada dalam cinta atau bertahan dalam cinta. Jika dua orang meruntuhkan tembok pemisah diantara mereka dan merasa dekat serta merasa satu, hal tersebut merupakan momen pengalaman yang paling menggembirakan dan paling menggairahkan dalam hidup. Hal tersebut akan sangat menggembirakan dan menguntungkan bagi mereka yang terasing, terpencil tanpa cinta. Keajaiban keintiman dalam sekejap ini akan lebih mudah jika digabungkan dengan ketertarikan hubungan seksual. Nyaris energi kita digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan hampir tidak ada yang ditunjukkan untuk mempelajari masalah pendidikan dan percintaan.
Salah satu upaya untuk mengkomunikasikan hal tersebut, pendidikan, adalah melalui film, baik film dokumenter, komersia atau film cerita. Disini penulis mengambil tema film cerita. Film merupakan bentuk produk kebudayaan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh secara psikologs. Kekuatan film terletak pada daya sugestifnya karena pada dasarnya film itu diciptakan berpangkal dari realitas masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan kekuatan film dalam merepresentasikan kehidupan sehingga mampu memuat nilai budaya masyarakat. Sadar tidak sadar, setelah menonton film akan ada kesan yang tertanam dalam memori orang tersebut. Kesan tersebut akan mengendap dari dalam diri orang yang bersangkutan, sampai akhirnya memberikan pengaruh kepada pola atau sikap mereka.
Suatu film dapat menceritakan kepada kita mengenai suatu kehidupan, baik tentang sosial, budaya, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Seperti pada tema film yang penulis analisis,”Laskar Pelangi” Melalui film, pesan-pesan yang berhubungan dengan tema film dan segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak.
Dengan pertimbangan inilah media film digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan mengenai pendidikan dalam film”Laskar Pelangi” Melalui film diharapkan pesan-pesan mengenai nilai pendidikan dapat lebih mudah diterima dan dipahami masyarakat dari berbagai kalangan, (khususnya pelajar SMAN 1 Bojonegoro) Disini penulis menganalisis film”Ayat-Ayat Cinta”, yang mana penulis meyakini bahwa film tersebut mengusung tema tentang cinta. Film ”Ayat-Ayat Cinta” adalah film yang bermutu karena sarat pesan moral dan sangat laris di tahun 2008.
Sebelum film ini dirilis, novel ”Laskar Pelangi” karangan Andrea Hirata, sudah lebih dulu menghipnotis banyak pembaca. Novel “Laskar Pelangi” berbicara dalam tataran imajinasi yang tanpa batas, sementara film memberikan visualisasi dengan berangkat dari kenyataan di permukaan bumi. Novel “Laskar Pelangi” telah menggugah jutaan pembacanya untuk mampu berefleksi pada sosok yang dihadirkan, apakah itu ikal, ibu muslimah, lintang, aling, nahar, maupun tokoh yang lain. Sehingga mampu membawa perubahan pada diri untuk menuju masa depan bangsa yang lebih baik. Kerja keras, komitmen pada nilai luhur, budi pekerti dan perencanaan dalam kehidupan adalah sesuatu yang harus mengisi dalam setiap hembusan nafas kita. Tak salah memang jika menyebut novel ini sebagai Novel Pembangun Jiwa.
Setelah novel ini laku keras dipasaran, mira lesmana(produser), riri reza (sutradara film laskar pelangi) dia ingin menyampaikan beberapa hal melalui film ini. Pertama, tentang hak setiap warga negara indonesia. Kedua, ingin memperlihatkan realitas sosial yang terjadi di didaerah sekaya belitong masih ada sekolah yang seperti itu yang pendidikannya sangat memprihatinkan. Ketiga, ingin memvisualisasikan novel yang laris tersebut agar bisa mudah dimengerti oleh khalayaknya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
Pengaruh film “Laskar Pelangi” terhadap pola pendidikan yang mereka jalani, (pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro).
C. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan penelitian, yaitu:
Mengetahui pengaruh yang terjadi pada siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi” trehadap pola pendidikan yang mereka jalani.
D. Hipotesis
Ho: Adanya pengaruh pada pola pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi”.
H1: Tidak adanya pengaruh pada pola pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi”.
BAB II
PERJALANAN FILM INDONESIA DAN
SEJARAH FILM “LASKAR PELANGI”
A. Sejarah Perjalanan Film Indonesia
Sigfried telah mengungkapkan bahwa film dapat mencerminkan mentalitas suatu bangsa lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya. Relitas suatu bangsa tidak selalu digambarkan dalam sebuah film, sepereti pada film dokumenter, tetapi juga banyak film yang mengambil konteks realitas yang dibayangkan. Dalam menggambarkan sebuah realitas sosial yang ada di suatu negara atau masyarakat, film tidak berdiri dalam posisi netral. Gramsci menggambarkan bahwa media, termasuk didalamnya film, merupakan wahana kontestasi kekuatan yang ada dalam masyarakat dimana pada akhirnya media (film) akan membawa muatan-muatan kepentingan seperti ideologi termasuk didalamnya unsur politik dan kapitalisme.
Merealitaskan sebuah film dilakukan dalam mengangkat satu sudut pandang dari setiap realitas yang dibangun oleh film tersebut sehiingga akan menjadi sebuah hubungan yang timbal balik antara realitas yang diciptakan oleh pembuat film dengan bagimana pembuat film itu melihat realitas yang ada. Sebuah film dalam mengangkat realitas akan berdiri pada dua sisi yang saling bertentangan diman sisi yang satu menganggap film sebagi hasil budaya dan sisi yang lainnya menganggap film sebagai sebuah komuditas yang menguntungkan. Pada sisi yang menganggap film sebagai hasil budaya akan menciptakan film yang mementingkan sisi estetika sebagai sebuah film bisa menjadi sebuah produk budaya yang memiliki mutu dan kualitas serta memberi peran edukatif seperti yang diharapkan dalam film. Seperti halnya pada film yang diangkat oleh penulis, “Laskar Pelangi” dimana film tersebut dinilai oleh penulis dan banyak penonton sebagai film yang bermutu dan berkualitas karena sarat akan nilai moral yang tinggi. Selain itu film tersebut juga berisi banyak ajaran yang dapat berfungsi sebagai fungsi edukatif bagi para penontonnya. Jika semua manfaat film tersebut telah didapatkan, maka hal tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat film tersebut. Sisi lain yang menganggap film sebagai sebuah komoditas yang menguntungkan adalah dimana film bisa diperlakukan dan dijadikan sebuah industri.
Dalam memproduksi sebuah industri yang utama adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari produk yang dihasilakan dengan pengorbanan yang tidak terlalu besar seperti prinsip ekonomi yaitu, dengan mengeluarkan modal seminimal mungkin guna mendapatkan untung semaksimal mungkin. Dalam sebuah film tidak hanya menekankan pada satu sisi saja karena jika suatu film hanya menekankan hanya satu sisi saja maka yang terjadi adalah terbentuknya film dari minat penonton. Namun para pembuat film cenderung menekankan pada satu sisi sebagai stand point mereka, dari sisi industrilah yang di utamakan sebagai pijakan mereka. Seorang kritikus film, Eric Sasono dalam tulisannya Film Sebagai Kritik Sosial, menyatakan bahwa film didefinisikan sebagai komoditas, dengan pihak-pihak terkait dapat memperoleh keuntungan. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa memang dalam memproduksi film sangatlah membutuhkan biaya yang besar dan ini merupakan sebuah investasi yang tentunya mengharapkan adanya keuntungan yang didapat, hal ini menyebabkan film kehilangan fungsi kritisnya.
B. FILM “Laskar Pelangi”
Arti Dari Sebuah Judul Film ”Laskar Pelangi”
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
1.Ikal
2.Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
3.Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
4.Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
5.A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
6.Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
7.Kucai; Mukharam Kucai Khairani
8.Borek aka Samson
9.Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
10.Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan
Sejarah Film ”Laskar Pelangi”
Sebelum film Laskar Pelangi ini di tayangkan dan menjadi sebuah film, novel Laskar Pelangi sudah terlebih dahulu mengambil hati para pembacanya. Laskar Pelangi merupakan novel berbahasa Indonesia karangan andrea hirata pada tahun 2005 melalui penerbit bentang, dengan 529 halaman.
.
Novel ini berisikan cerita tentang seorang pemuda asli belitong yang bernama ikal anak seorang keluarga miskin yang ayahnya bekerja di perusahaan PN TIMAH ditanah belitong dan 9 temannya yang belajar di sekolah SD MUHAMMADIYAH GANTONG. Kemudian pada tahun 2008 dibuatlah visualisasi dari novel tersebut oleh sutradara muda indonesia yakni riri reza dan diproduseri oleh mira lesmana.
Synopsis
Cerita terjadi di desa Gantung, Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
C. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Variabel yang diteliti kali ini yakni perubahan pola belajar siswa- siswi tersebut, yang mana selama ini mereka hanya bermain-main di sekolah padahal mereka sudah mendapatkan fasilitas yang cukup memadai jika dibandingkan dengan sekolah di belitong sangat jauh berbeda yang mana dibelitong kala itu pendidikannya yang kurang layak bagi anak-anak asli belitong(pulau penghasil timah terbesar kala itu). Sedangkan kini siswa-siswi SMAN1 Bojonegoro yang sudah serba tercukupi seluruh kebutuhan kegiatan belajar mengajarnya masih juga malas untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
D. KERANGKA OPERSIONAL
Perubahan pola belajar tersebut dapat diteliti dengan cara, melihatkan siswa-siswi tersebut film “Laskar Pelangi” dihadapan kelas. Kemudian peneliti bisa mengamati pola belajar mereka setelah menonton film tersebut, bagaimana kegiatan belajar siswa-siswi yang biasanya kurang aktif dikelas dan yang biasanya jarang masuk dikelas apa setelah mereka melihat kehidupan pendidikan yang jauh dari pendidikan yang mereka terima sekarang ini. Dapat dilihat juga dengan rasa kecintaan mereka tentang pelajaran yang mereka terima dikelas.
E. PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam penelitian kali iini menggunakan pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner kepada populasi obyek yang diteliti oleh peneliti. Kuesioner dipilih karena lebih efisien dan dapat teruji keakuratannya tentang apa hal yang diuji.