Marketing communications (marcom) adalah proses menjalin hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan- karyawan -pelanggan dan merupakan upaya perusahaan memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan berpengaruh kuat tentang organisasi dan produk-produknya.
Strategi Pemasaran
Jargon adalah istilah khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu. Pada pemilu presiden tahun 2009 ini ada jargon-jargon yang digunakan para calon presiden dan calon wakil presiden untuk mengenalkan diri mereka kepada pemilih, tentunya dengan alasan agar pemilih lebih mengenal mereka sehingga nanti rakyat memilih capres dan cawapres itu.pada musim pemilu kali ini tiga pasangan calon presiden dan wakil presidenyang kan bertarung pada pilpresyakni mohammad jusuf kalla - wiranto dengan jargonnya (JK-WIN), megawati soekarno putri- prabowo subianto dengan jargonnya (MEGA-PRO), dan yang terakhir yakni Susilo bambang yudoyono- boediono dengan jargonnya (SBY-BOEDIONO).
Mohammad jusuf kalla - wiranto dengan jargonnya (JK-WIN) memilih jargon tersebut karena jufuf kalla dengan JKnya, pada pilpres tahun 2004 sudah banyak dikenal masyarakat luas, sedangkan pasangannya yakni wiranto mengambil kata WIN dijadikannya sebutan wiranto dengan tujuan masyarakat lebih mengenalnya lagi.Megawati dengan prabowo dengan jargon mereka MEGA-PRO. Susilo bambang yudoyono- boediono menggunakan sebutan SBY-Boediono karena lebih mudah dan orang luar Jawa itu tidak paham berbudi itu apa jadi mereka merubahnya dengan SBY-BOEDIONO.
Membuat media online menjadi profitable tak semudah yang dibayangkan. Banyak yang akhirnya harus gulung tikar. Karena itu, media online perlu mengerucutkan pasar dan segmentasi daripada meniru media serupa yang lebih dahulu stabil.
''Detik.com, misalnya. Kami butuh waktu sepuluh tahun untuk bisa stabil dan meraih keuntungan. Itu bukan pekerjaan mudah. Membuat media online sangat mudah. Tapi, membuatnya menguntungkan dan dapat terus bertahan itu yang sulit,'' kata Vice President of Publisher Group Detik.com Donny Budhi Utoyo dalam acara BNCC Nasional IT Talk Show (BITS) di Wisma Antara, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (16/5).
Diskusi bertema Kiat Netpreneur Masa Kini itu diadakan Bina Nusantara Computer Club (BNCC), Universitas Bina Nusantara (Binus). Turut hadir dalam acara tersebut Sri Khoironi dari Depkominfo E-Business Director, dan Business General Manager Kompas.com Edi Taslim.
Donny mengatakan, beberapa waktu lalu sejumlah media online muncul. Mereka berambisi meniru media online lain yang sudah mapan. Bahkan, kekuatan dana besar digelontorkan untuk mencapainya. ''Mereka beriklan di televisi, memasang baliho di mana-mana. Promonya bertubi-tubi. Akhirnya sekarang, sudah tidak kedengaran lagi suaranya,'' ujar Donny yang juga dosen di Binus itu.
Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu mengatakan, kekuatan dana memang perlu. Namun, itu tidak menjamin media online menguntungkan dan bisa survive. Sebab, yang lebih penting dari media online adalah keberlanjutan. Media yang besar karena didongkrak modal besar, biasanya napasnya tak panjang. Hanya mampu besar di awal. Apalagi, mereka biasanya berharap segera untung.
''Padahal, media online itu salah satu syaratnya sustainability atau keberlanjutan. Bisnis media itu bisnis maraton, bukan sprint. Medan yang harus dilalui panjang. Karena itu, butuh napas yang panjang juga,'' ujarnya.
Iklan untuk media online pun, kata Donny, belum seberapa ramai. Jauh berbeda bila dibandingkan dengan media televisi dan cetak. ''Kita ini seperti masih dalam masa transformasi. Para pengiklan masih pikir-pikir. Kalau kita ngiklan di online apakah efektif. Yang benar-benar melihatnya berapa orang? Kalau cetak kan jelas berapa oplahnya, kalau online efektivitasnya belum terukur,'' katanya.
Nah, kata Donny, hal itu diperburuk dengan semakin banyaknya media online yang muncul. Pengiklan belum ramai, tapi media yang memperebutkannya semakin banyak. ''Bukan tidak mungkin media online akan menjadi red ocean (samudera merah, Red) karena persaingan yang tinggi,'' katanya.
Lebih baik, kata dia, media online mengambil segmen pasar berbeda dan spesifik. Tak perlu terlalu besar seperti Detik.com atau Kompas.com. Kalau perlu, membuat media online berskala lokal dengan berita seputar wilayah tersebut. ''Nah, nanti iklan diambil dari perusahaan-perusahaan lokal di situ,'' katanya. (aga/nw)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang komunikasi pemasaran. Semakin tingginya tingkat persaingan diantara perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swata secara nasional, pada era sekarang ini dan disahkannya undang-undang BHMN perguruan tinggi yakni negara tidak menanggung semua biaya pindidikan tersebut akan tetapi pihak perguruan tinggi harus mampu menopang kebutuhannya. Dan untuk menopang kegiatan itu pihak perguruan tinggi harus pintar memutar pikiran untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam hal tersebut pihak perguruan tinggi harus bisa mendapatkan mahasiswa yang banyak agar kebutuhannya dapat terpenuhi.
Persaingan bisnis bukan hanya di bidang- bidang profit saja akan tetapi perguruan tinggi juga mempunya persaingan bisnis untuk memperebutkan mahasiswa-mahasiswa baru. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan asosiasi tertentu (brand association) dalam benak pelanggannya. Salah satu asset tak berwujud adalah ekuitas yang diwakili oleh merek.
Bagi banyak perusahaan, merek dan segala yang mewakilinya merupakan asset yang paling penting, karena sebagai dasar keunggulan kompetitif dan sumber penghasilan masa depan. Namun, merek-merek jarang dikelola secara terkoordinasi, dan tidak ada sikap koheren yang memandang asset tersebut memang semestinya dijaga dan diperkokoh.
Nama atau istilah “merek” (brand) memang bukan sekedar nama, istilah (term), tanda (sign),
symbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan fasilitas pendukung kegiatan belajar mahasiswa yang sangat lengkap dengan biaya pendidikan yang lebih murah. Dan janji inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut,
lebih daripada merek yang lain. Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik
dari pemasaran modern bertumpu pada penciptaan merek-merek yang bersifat
membedakan (different) sehingga dapat memperkuat brand image perusahaan.
Untuk mengkomunikasikan brand image kapada stakeholders (termasuk pelanggan) dapat dilakukan melalui iklan, promosi, publisitas, dan
biaya pendidikan yang lebih murah dibanding perguruan tinggi yang lainnya, dengan fasilitas pendidikan yang sama.
Dalam kaitannya dengan komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo dalam membangun nama baik (brand) dimata masyarakat adalah dengan kegiatan komunikasi pemasaran dengan
memperkenalkan universitas trunojoyo dari berbagai segi baik segi fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar,
kualitas dosen yang baik, prestasi akademik maupun prestasi non akademik juga harus ditingkatkan agar masyarakat tahu bahwa universitas trunojoyo mampu bersaing dengan perguruan tinggi yang lain. Tentunya hal tersebut mempunyai tujuan untuk
memperkenalkan dan menawarkan kepada masyarakat untuk menempuh pendidikan diploma dan sarjana di universitas trunojoyo. Berbagai kegiatan pemasaran dilakukan oleh
humas universitas trunojoyo yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memikat para lulusan sma dan sederajat agar pelajar tersebut ingin menempuh pendidikan di universitas trunojoyo.
Universitas trunojoyo agar menjadi perguruan tinggi yang terkenal dan dan dipercaya masyarakat luas akan kualitas lulusan – lulusannya yang sangat bermutu dan tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi lain, dan hal
itu juga merupakan asset yang tak ternilai. Pihak humas berupaya untuk meningkatkan pengenalan masyarakat indonesia tentang nama Universitas Trunojoyo sebagai perguruan tinggi negeri satu satunya di pulau madura. Namun, usaha yang paling sering dilakukan adalah melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran, agar tercipta nama baik (brand) yang mendukung, kuat dan unik di benak masyarakat antara nama Universitas trunojoyo dengan atributnya. Oleh karena itu pihak humas universitas trunojoyo harus mampu menjaga citra perguruan tinggi di mata seluruh masyarakat indonesia (khsusnya kabupaten bangkalan).
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa usaha untuk membangun nama (brand) yang baik dimata masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Bagi suatu perguruan tinggi yang mempunyai kualitas dosen yang tidak kalah dengan PTN maupun PTS yang lain, juga fasilitas yang dimiliki yang lengkap dapat merubah image yang selama ini ada. Namun, dibutuhkan usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk membangun dan mempertahankan
citra baik yang akan tercipta danyang sudah terbentuk dengan sendirinya. Adapun kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan oleh HUMAS Universitas Trunojoyo guna membangun citra baik dimata masyarakat diantaranya adalah melalui iklan yang efektif, promosi di sma- sma baik dibangkalan maupun di indonesia secara umumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
”Bagaimana pengaruh kegiatan komunikasi pemasaran dalam membangun nama Universitas Trunojoyo dimata masyarakat indonesia (kabupaten bangkalan)” .
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi
pemasaran untuk membangun nama universitas trunojoyo dimata masyarakat indonesia (bangkalan) yang dibuat oleh humas”.
D.HIPOTESIS
H0: Adanya pengaruh komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo untuk membangun nama (brand) dimata masyarakat indonesia (bangkalan).
H1: Tidak ada pengaruh komunikasi pemasaran yang dilakukan humas universitas trunojoyo untuk membangun nama (brand) dimata masyarakat indonesia (bangkalan).
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Komunikasi
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni:
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Joseph Devito, 1997: 215). Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Menurut Uchjana (1992: 321) secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau komunikasi antar manusia.
Secara pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media non-massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman,
poster, spanduk dan sebagainya. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya fungsi-fungsi di dalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja tersebut dapat
berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orang-orangnya, agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap manusia. Oleh karena itu
komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda adalah komunikasi adalah sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat, yang nantinya oleh penerimanya kata-kata atau isyarat-
isyarat tersebut lalu diterjemahkan lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back terhadap pesan yang disampaikan tadi
(Dahn Suganda, 1981: 91).
2. Pengertian Komunikasi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dan kerjasama dari pihak-pihak yang terlibat dalam usaha pemasaran.
Kegiatan pemasaran tidak hanya terdiri dari kegiatan menyampaikan produk ke tangan pelanggan, tetapi juga harus dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, mengungkapkan definisi pemasaran sebagai suatu system total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada pelanggan saat ini maupun pelanggan potensial.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi ini menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah stunya dalam bidang pendidikan Pendidikan merupakan hak setiap warga negara indonesia juga dijadikan kebutuhan pokok riil pada setiap keberadaan manusia dimuka bumi ini, baik pendidikan formal maupun non formal. Banyak orang yang lapar akan hal itu, oleh kaerena itu mereka menonton film yang bertemakan pendidikan akantetapi baru sedikit jumlahnya yang bertemakan tentang pendidikan yang berakhir bahagia dan yang tidak bahagia. Walaupun tidak seperti film-film cinta yang banyak diproduksi, flim yang bertemakan tentang pendidikan masih sangat jarang sekali jika kita bandingkan dengan film-film yang bertemakan cinta, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh pasar perfileman indonesia yang para penontonnya lebih suka menonton film yang bertemakan cinta ketimbang film pendidikan. Padahal film pendidikan memiliki nilai moral yang sangat tinggi kepada penontonnya. Khususnya pada genersi muda penerus bangsa. Unsur pendidikan yang mana didalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 “Setiap Warga Negara Berhak Mendapat Pendidikan”.
Unsur cinta juga tidak dapat hilang difilm- film karya anak bangsa masa kini masih memasukkan unsur-unsur cinta dalam karya mereka, komedi cinta, remaja dan cinta, cinta dan agama, bahkan ada film komedi sex. Perilaku tersebut didasarkan oleh tiga premis yang entah sendiri-sendiri atau bersama-sama menguatkan kesimpulan diatas. Premis pertama yang menyebutkan bahwa tidak ada yang perlu dipelajari tentang cinta, yaitu soal dicintai daripada mencintai; kemampuan seseorang untuk mencintai. Masalah pada premis pertama ini adalah bagaimana dicintai. Ada beberapa jalan dalam pengejaran terhadap tujuan tersebut. Pertama adalah premis yang diungkapkan kaum adam, yaitu untuk mencapai sukses, menjadi sedemikian berkuasa dan kaya raya hingga batas sosial yang dimungkinkan oleh kedudukan seseorang. Kedua adalah premis yang diungkapkan oleh kaum hawa , yaitu membuat dirinya menarik dengan jalan merawat tubuh, pakaian, make up dan lain sebagainya. Cara lain yang digunakan baik kaum hawa ataupun kaum adam adalah dengan mengembangkan tata krama yang menyenangkan, suka menolong, sopan dan tidak mengganggu. Cara-cara tersebut akan membuat diri sendiri dapat dicintai.
Premis kedua mengenai tidak ada sesuatu yang perlu dipelajari tentang cinta adalah masalah obyek. Orang berpikir bahwa mencintai itu merupakan hal yang mudah namun menemukan obyek yang tepat untuk mencintai ataupun dicintai itu sulit. salah satu alasannya yaitu perubahan besar yang muncul pada abad ke-20 dalam kaitannya dengan pemilihan ”obyek cinta.” Pada abad tersebut dikatakan sebagai abad victorian, yang kita ketahui banyak budaya tradisonal dan sebagian besar cinta bukanlah pengalaman pribadi yang bersifat spontan yang akhirnya berujung pada sebuah pernikahan, tetapi sebaliknya, pernikahan diikat dengan perjanjian oleh masing-masing keluarga yang dilakukan berdasarkan dengan beberapa pertimbangan sosial dan cinta diandaikan akan berkembang setelah menikah.
Premis ketiga yang menyebabkan bahwa cinta tidak perlu dipelajari adalah tentang kebingungan antara pengalaman jatuh cinta dan kondisi permanen berada dalam cinta atau bertahan dalam cinta. Jika dua orang meruntuhkan tembok pemisah diantara mereka dan merasa dekat serta merasa satu, hal tersebut merupakan momen pengalaman yang paling menggembirakan dan paling menggairahkan dalam hidup. Hal tersebut akan sangat menggembirakan dan menguntungkan bagi mereka yang terasing, terpencil tanpa cinta. Keajaiban keintiman dalam sekejap ini akan lebih mudah jika digabungkan dengan ketertarikan hubungan seksual. Nyaris energi kita digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan hampir tidak ada yang ditunjukkan untuk mempelajari masalah pendidikan dan percintaan.
Salah satu upaya untuk mengkomunikasikan hal tersebut, pendidikan, adalah melalui film, baik film dokumenter, komersia atau film cerita. Disini penulis mengambil tema film cerita. Film merupakan bentuk produk kebudayaan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh secara psikologs. Kekuatan film terletak pada daya sugestifnya karena pada dasarnya film itu diciptakan berpangkal dari realitas masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan kekuatan film dalam merepresentasikan kehidupan sehingga mampu memuat nilai budaya masyarakat. Sadar tidak sadar, setelah menonton film akan ada kesan yang tertanam dalam memori orang tersebut. Kesan tersebut akan mengendap dari dalam diri orang yang bersangkutan, sampai akhirnya memberikan pengaruh kepada pola atau sikap mereka.
Suatu film dapat menceritakan kepada kita mengenai suatu kehidupan, baik tentang sosial, budaya, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Seperti pada tema film yang penulis analisis,”Laskar Pelangi” Melalui film, pesan-pesan yang berhubungan dengan tema film dan segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak.
Dengan pertimbangan inilah media film digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan mengenai pendidikan dalam film”Laskar Pelangi” Melalui film diharapkan pesan-pesan mengenai nilai pendidikan dapat lebih mudah diterima dan dipahami masyarakat dari berbagai kalangan, (khususnya pelajar SMAN 1 Bojonegoro) Disini penulis menganalisis film”Ayat-Ayat Cinta”, yang mana penulis meyakini bahwa film tersebut mengusung tema tentang cinta. Film ”Ayat-Ayat Cinta” adalah film yang bermutu karena sarat pesan moral dan sangat laris di tahun 2008.
Sebelum film ini dirilis, novel ”Laskar Pelangi” karangan Andrea Hirata, sudah lebih dulu menghipnotis banyak pembaca. Novel “Laskar Pelangi” berbicara dalam tataran imajinasi yang tanpa batas, sementara film memberikan visualisasi dengan berangkat dari kenyataan di permukaan bumi. Novel “Laskar Pelangi” telah menggugah jutaan pembacanya untuk mampu berefleksi pada sosok yang dihadirkan, apakah itu ikal, ibu muslimah, lintang, aling, nahar, maupun tokoh yang lain. Sehingga mampu membawa perubahan pada diri untuk menuju masa depan bangsa yang lebih baik. Kerja keras, komitmen pada nilai luhur, budi pekerti dan perencanaan dalam kehidupan adalah sesuatu yang harus mengisi dalam setiap hembusan nafas kita. Tak salah memang jika menyebut novel ini sebagai Novel Pembangun Jiwa.
Setelah novel ini laku keras dipasaran, mira lesmana(produser), riri reza (sutradara film laskar pelangi) dia ingin menyampaikan beberapa hal melalui film ini. Pertama, tentang hak setiap warga negara indonesia. Kedua, ingin memperlihatkan realitas sosial yang terjadi di didaerah sekaya belitong masih ada sekolah yang seperti itu yang pendidikannya sangat memprihatinkan. Ketiga, ingin memvisualisasikan novel yang laris tersebut agar bisa mudah dimengerti oleh khalayaknya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
Pengaruh film “Laskar Pelangi” terhadap pola pendidikan yang mereka jalani, (pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro).
C. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan penelitian, yaitu:
Mengetahui pengaruh yang terjadi pada siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi” trehadap pola pendidikan yang mereka jalani.
D. Hipotesis
Ho: Adanya pengaruh pada pola pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi”.
H1: Tidak adanya pengaruh pada pola pendidikan siswa-siswi SMA 1 Bojonegoro setelah menonton film “Laskar Pelangi”.
BAB II
PERJALANAN FILM INDONESIA DAN
SEJARAH FILM “LASKAR PELANGI”
A. Sejarah Perjalanan Film Indonesia
Sigfried telah mengungkapkan bahwa film dapat mencerminkan mentalitas suatu bangsa lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya. Relitas suatu bangsa tidak selalu digambarkan dalam sebuah film, sepereti pada film dokumenter, tetapi juga banyak film yang mengambil konteks realitas yang dibayangkan. Dalam menggambarkan sebuah realitas sosial yang ada di suatu negara atau masyarakat, film tidak berdiri dalam posisi netral. Gramsci menggambarkan bahwa media, termasuk didalamnya film, merupakan wahana kontestasi kekuatan yang ada dalam masyarakat dimana pada akhirnya media (film) akan membawa muatan-muatan kepentingan seperti ideologi termasuk didalamnya unsur politik dan kapitalisme.
Merealitaskan sebuah film dilakukan dalam mengangkat satu sudut pandang dari setiap realitas yang dibangun oleh film tersebut sehiingga akan menjadi sebuah hubungan yang timbal balik antara realitas yang diciptakan oleh pembuat film dengan bagimana pembuat film itu melihat realitas yang ada. Sebuah film dalam mengangkat realitas akan berdiri pada dua sisi yang saling bertentangan diman sisi yang satu menganggap film sebagi hasil budaya dan sisi yang lainnya menganggap film sebagai sebuah komuditas yang menguntungkan. Pada sisi yang menganggap film sebagai hasil budaya akan menciptakan film yang mementingkan sisi estetika sebagai sebuah film bisa menjadi sebuah produk budaya yang memiliki mutu dan kualitas serta memberi peran edukatif seperti yang diharapkan dalam film. Seperti halnya pada film yang diangkat oleh penulis, “Laskar Pelangi” dimana film tersebut dinilai oleh penulis dan banyak penonton sebagai film yang bermutu dan berkualitas karena sarat akan nilai moral yang tinggi. Selain itu film tersebut juga berisi banyak ajaran yang dapat berfungsi sebagai fungsi edukatif bagi para penontonnya. Jika semua manfaat film tersebut telah didapatkan, maka hal tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat film tersebut. Sisi lain yang menganggap film sebagai sebuah komoditas yang menguntungkan adalah dimana film bisa diperlakukan dan dijadikan sebuah industri.
Dalam memproduksi sebuah industri yang utama adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari produk yang dihasilakan dengan pengorbanan yang tidak terlalu besar seperti prinsip ekonomi yaitu, dengan mengeluarkan modal seminimal mungkin guna mendapatkan untung semaksimal mungkin. Dalam sebuah film tidak hanya menekankan pada satu sisi saja karena jika suatu film hanya menekankan hanya satu sisi saja maka yang terjadi adalah terbentuknya film dari minat penonton. Namun para pembuat film cenderung menekankan pada satu sisi sebagai stand point mereka, dari sisi industrilah yang di utamakan sebagai pijakan mereka. Seorang kritikus film, Eric Sasono dalam tulisannya Film Sebagai Kritik Sosial, menyatakan bahwa film didefinisikan sebagai komoditas, dengan pihak-pihak terkait dapat memperoleh keuntungan. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa memang dalam memproduksi film sangatlah membutuhkan biaya yang besar dan ini merupakan sebuah investasi yang tentunya mengharapkan adanya keuntungan yang didapat, hal ini menyebabkan film kehilangan fungsi kritisnya.
B. FILM “Laskar Pelangi”
Arti Dari Sebuah Judul Film ”Laskar Pelangi”
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
1.Ikal
2.Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
3.Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
4.Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
5.A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
6.Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
7.Kucai; Mukharam Kucai Khairani
8.Borek aka Samson
9.Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
10.Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan
Sejarah Film ”Laskar Pelangi”
Sebelum film Laskar Pelangi ini di tayangkan dan menjadi sebuah film, novel Laskar Pelangi sudah terlebih dahulu mengambil hati para pembacanya. Laskar Pelangi merupakan novel berbahasa Indonesia karangan andrea hirata pada tahun 2005 melalui penerbit bentang, dengan 529 halaman.
.
Novel ini berisikan cerita tentang seorang pemuda asli belitong yang bernama ikal anak seorang keluarga miskin yang ayahnya bekerja di perusahaan PN TIMAH ditanah belitong dan 9 temannya yang belajar di sekolah SD MUHAMMADIYAH GANTONG. Kemudian pada tahun 2008 dibuatlah visualisasi dari novel tersebut oleh sutradara muda indonesia yakni riri reza dan diproduseri oleh mira lesmana.
Synopsis
Cerita terjadi di desa Gantung, Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
C. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Variabel yang diteliti kali ini yakni perubahan pola belajar siswa- siswi tersebut, yang mana selama ini mereka hanya bermain-main di sekolah padahal mereka sudah mendapatkan fasilitas yang cukup memadai jika dibandingkan dengan sekolah di belitong sangat jauh berbeda yang mana dibelitong kala itu pendidikannya yang kurang layak bagi anak-anak asli belitong(pulau penghasil timah terbesar kala itu). Sedangkan kini siswa-siswi SMAN1 Bojonegoro yang sudah serba tercukupi seluruh kebutuhan kegiatan belajar mengajarnya masih juga malas untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
D. KERANGKA OPERSIONAL
Perubahan pola belajar tersebut dapat diteliti dengan cara, melihatkan siswa-siswi tersebut film “Laskar Pelangi” dihadapan kelas. Kemudian peneliti bisa mengamati pola belajar mereka setelah menonton film tersebut, bagaimana kegiatan belajar siswa-siswi yang biasanya kurang aktif dikelas dan yang biasanya jarang masuk dikelas apa setelah mereka melihat kehidupan pendidikan yang jauh dari pendidikan yang mereka terima sekarang ini. Dapat dilihat juga dengan rasa kecintaan mereka tentang pelajaran yang mereka terima dikelas.
E. PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam penelitian kali iini menggunakan pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner kepada populasi obyek yang diteliti oleh peneliti. Kuesioner dipilih karena lebih efisien dan dapat teruji keakuratannya tentang apa hal yang diuji.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kurang lebih adalah 'menggiring orang pada gagasan'. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah "semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu..." Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dijalankan dengan kompensasi biaya tertentu. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
Karena itulah para ahli periklanan sepakat untuk membuat dan menetapkan batasan dan etika beriklan agar tidak merugikan konsumen/masyarakat hal itu dimaksudkan disamping untuk menjaga etika beriklan juga menjaga stabilitas masyarakat agar tidak rusak akibat dampak iklan yang berlebihan. Karena bagaimanapun, kampanye dan promosi gagasan atau individu pada Pemilu/Pilkada/Pendidikan adalah juga kegiatan periklanan, sehingga ia sudah seharusnya tunduk pula kepada etika periklanan.
Dan salah satu yang perlu diingat bahwa satu landasan utama dalam penyelenggaraan periklanan adalah kenyataan sekaligus kemampuannya untuk mengidentifikasi produk-produk yang sah atau resmi, dan sudah tersedia (terbukti) di pasar atau di tengah masyarakat. Memayungi semua jenis periklanan baik politik maupun Pendidikan dalam naungan etika periklanan umum akan membuat gagasan kebijakan publik atau ketokohan seseorang dan nama baik lembaga menjadi benar-benar memiliki legitimasi sebagai produk-produk yang layak dipasarkan. Hal itu berdasarkan fakta bahwa tidak semua produk yang beriklan dapat mencapai sukses seperti yang diharapkan oleh pengiklannya.
Kampanye periklanan yang keliru justru kian menghancurkan produk tersebut. Ini berarti ada risiko yang harus juga selalu diperhitungkan oleh para pemasang iklann. Produk/Pemilu/Pilkada/Pendidikan, Sehingga mereka dapat lebih jujur dan berhati-hati dalam mengemukakan janji-janjinya. Karena janji-janji pada pesan periklanan Produk/Pemilu/Pilkada/Pendidikan, di kemudian hari, akan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam menilai kinerja pihak yang berkepentingan tersebut.Itulah pengertian bentuk, batasan dan etika iklan yang kita sepakati karena semua itu sesuai dengan semangat syariah Islamiyah (fikih) yang menjunjung maqasid dan maslahat umum daripada tex.
Iklan pendidikan yang menjamur dan bertebaran ke plosok-plosok kampung mulai dari sekolah yang "elit" sampai yang "pailit" dan tidak ketinggalan Pondok Pesantren juga ikut-ikutan membuat iklan untuk meramaikan persaingan dunia pendidikan. Jenis ketiga ini juga tidak lepas dari kebohongan publik karena banyak brosur dan iklan Pendidikan (Sekolah/Pesantren) begitu menjanjikan dan menarik, ekseklusif dengan program-program palsunya? Tapi semua itu ternyata banyak dibuat oleh lembaga Pendidikan yang sebenarnya sedang sekarat karena tidak ada dana oprasional, tapi tetap berusaha menjaring pemasukan dana dari Siswa/Mahasiswa baru. Sehingga terjadilah penumpukan "dosa" yaitu kebohongan publik dan pembodohan masyarakat. Dalam hal ini banyak kita temukan jargon, visi dan misi lembaga pendidikan yang menarik, bagus, menggigit telinga tapi ternyata dibuat hanya untuk menghadapi persaingan dunia pendidikan dan dibuat oleh lembaga yang tertinggal jauh.
Iklan apapun jenis dan bentuk yang diiklankan selama mendidik dan tidak bertentangan dengan etika periklanan dan tidak melawan budaya lokal apalagi norma Agama, sangat dibutuhkan dan penting. Tapi kenyataannya etika periklanan dewasa ini tidak lagi berlaku, sehingga banyak menimbulkan efek negatif dalam sekala besar yang mengkhawatirkan.
Yang dimaksud dengan media iklan adalah segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebar luaskan pesan – pesan iklan. Pada prinsipnya, jenis media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet). Diantara dikotomi media tersebut ada satu media yang tidak termasuk dalam kategori keduanya yaitu media luar ruang (papan iklan atau billboard)
Jika dilihat dari pekerjaan kreatifnya maka media iklan terbagi dua jenis yaitu :
a.media lini atas (above the line) ; media utama yang digunakan dalam kegiatan periklanan, contoh ; televisi, radio, majalah, surat kabar.
b.Media lini bawah (below the line) ; media pendukung dalam kegiatan periklanan, contoh : pamflet, brosur dan poster.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
“Pengaruh penayangan iklan sekolah gratis terhadap perubahan paradigma masyarakat desa kalau pendidikan itu memerlukan biaya yang mahal”.
C.TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan penelitian, yaitu:
“Mengetahui pengaruh penayangan iklan sekolah gratis tersebut terhadap perubahan paradigm masyarakat desa yang selama ini berasumsi sekolah itu harus bayar dan mahal” (masyarakat pemirsa televisi didesa sumodikaran, kecamatan dander kabupaten bojonegoro).
D.HIPOTESIS
H0: Adanya pengaruh penayangan iklan sekolah gratis tersebut terhadap perubahan paradigm masyarakat desa sumodikaran yang menganggap bahwa pendidikan itu harus mengeluarkan biaya dan mahal.
H1: Tidak ada pengaruh penayangan iklan sekolah gratis tersebut terhadap perubahan paradigm masyarakat desa sumodikaran yang menganggap bahwa pendidikan itu harus mengeluarkan biaya dan mahal.
BAB II
KERANGKA TEORI
A.PENGERTIAN IKLAN PENDIDIKAN
Iklan pendidikan merupakan iklan yang disampaikan oleh institusi pendidikan, baik dinas pendidikan kecamatan, kabupaten propinsi, dan atau oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Dengan bermacam-macam tujuan pula misal iklan pendidikan tentang pendidikan gratis yang sedang diteliti peneliti kali ini yakni iklan sekolah gratis yang dibintang iklani oleh cut mini, yang bercerita tentang sopir angkot yang hamper menabrak seorang loper Koran yang mengantarkan anaknya kesekolah, sopir angkot tersebut berkomentar mau jadi apa sekolah yang ditanggapi cut mini bapaknya loper Koran anaknya bisa jadi wartawan, bapaknya sopir anaknya bisa jadi pilot, jika mempunyai kemauan untuk besekolah.
B.RUANG LINGKUP PENELITIAN
Variabel yang diteliti oleh peneliti kali ini yakni pengaruh penayangan iklan tersebut terhadap masyarakat pedesaan tersebut, baik dampak baik maupun dampak buruk dari penayangan iklan tersebut. Jika penayangan iklan tersebut dimaksudkan oleh dinas pendidikan nasional agar paradigma masysrakat desa akan pendidikan yang selalu mahal. Namun pada kali ini hal tersebut ingin dibuang jauh-jauh dan digantikan dengan pendidikan yang gratis, sehingga nantinya masyarakat tidak takut lagi jika akan menyekolahkan anak-anak mereka karena biayayanya sudah ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa menjadi bangsa yang berpendidikan.
C.KERANGKA OPERASIONAL
Pengaruh penayangan iklan sekolah gratis tersebut terhadap perubahan paradigm masyarakat desa sumodikaran yang menganggap bahwa pendidikan itu harus mengeluarkan biaya dan mahal. Yakni dengan cara menjalankan apa yang ada pada teori sebelumnya yakni memperlihatkan iklan tersebut kepada populasi sampel yang akan diteliti, pengaruh penayangan iklan tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat didesa sumodikaran tersebut pada tahun ajaran baru setelah penayangan iklan tersebut dilayar kaca.
D.PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam penelitian kali ini menggunakan pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner kepada populasi obyek yang diteliti oleh peneliti. Kuesioner dipilih karena lebih efisien dan dapat teruji keakuratannya tentang apa hal yang diuji.
Cinta merupakan kebutuhan pokok riil pada setiap keberadaan manusia.
Banyak orang yang lapar akan hal itu, oleh kaerena itu mereka menonton film
yang tak terhitung jumlahnya yang bertemakan tentang cinta yang berakhir
bahagia dan yang tidak bahagia. Mereka juga mendengarkan berbagai macam
lagu ’murahan’ tentang cinta namun mungkin tidak ada satu orang yang berpikir
bahwa ada sesuatu yang perlu dipelajari tentang cinta.
Perilaku yang aneh tersebut didasarkan oleh tiga premis yang entah sendirisendiri
atau bersama-sama menguatkan kesimpulan diatas. Premis pertama yang
menyebutkan bahwa tidak ada yang perlu dipelajari tentang cinta, yaitu soal
dicintai daripada mencintai; kemampuan seseorang untuk mencintai. Masalah
pada premis pertama ini adalah bagaimana dicintai. Ada beberapa jalan dalam
pengejaran terhadap tujuan tersebut. Pertama adalah premis yang diungkapkan
kaum adam, yaitu untuk mencapai sukses, menjadi sedemikian berkuasa dan kaya
raya hingga batas sosial yang dimungkinkan oleh kedudukan seseorang. Kedua
adalah premis yang diungkapkan oleh kaum hawa , yaitu membuat dirinya
menarik dengan jalan merawat tubuh, pakaian, make up dan lain sebagainya. Cara
lain yang digunakan baik kaum hawa ataupun kaum adam adalah dengan
2
mengembangkan tata krama yang menyenangkan, suka menolong, sopan dan
tidak mengganggu. Cara-cara tersebut akan membuat diri sendiri dapat dicintai.
Premis kedua mengenai tidak ada sesuatu yang perlu dipelajari tentang cinta
adalah masalah obyek. Orang berpikir bahwa mencintai itu merupakan hal yang
mudah namun menemukan obyek yang tepat untuk mencintai ataupun dicintai itu
sulit. salah satu alasannya yaitu perubahan besar yang muncul pada abad ke-20
dalam kaitannya dengan pemilihan ”obyek cinta.” Pada abad tersebut dikatakan
sebagai abad victorian, yang kita ketahui banyak budaya tradisonal dan sebagian
besar cinta bukanlah pengalaman pribadi yang bersifat spontan yang akhirnya
berujung pada sebuah pernikahan, tetapi sebaliknya, pernikahan diikat dengan
perjanjian oleh masing-masing keluarga yang dilakukan berdasarkan dengan
beberapa pertimbangan sosial dan cinta diandaikan akan berkembang setelah
menikah.
Premis ketiga yang menyebabkan bahwa cinta tidak perlu dipelajari adalah
tentang kebingungan antara pengalaman jatuh cinta dan kondisi permanen berada
dalam cinta atau bertahan dalam cinta. Jika dua orang meruntuhkan tembok
pemisah diantara mereka dan merasa dekat serta merasa satu, hal tersebut
merupakan momen pengalaman yang paling menggembirakan dan paling
menggairahkan dalam hidup. Hal tersebut akan sangat menggembirakan dan
menguntungkan bagi mereka yang terasing, terpencil tanpa cinta. Keajaiban
keintiman dalam sekejap ini akan lebih mudah jika digabungkan dengan
ketertarikan hubungan seksual. Oleh karena sifat dasarnya seperti itu, cinta
3
semacam ini tidak akan berlangsung lama. Hal tersebut dikarenakan karena akan
terjadi sebuah kekecewaan, pertentangan dan kebosanan yang sama-sama mereka
alami dan mengakhiri segala yang tersisa dari kegairahan awal. Namun, pada
awalnya mereka yang melakukan hal tersebut tidak mengetahuinya; pada
kenyataannnya, mereka menunjukkan intensitas ketertarikan, tergila-gila satu
sama lain, sebagai sebuah bukti intensitas cinta mereka walaupun hal tersebut
hanya membuktikan tingkat kesepian sebelumnya..
Sikap tersebut berarti tidak ada yang lebih mudah daripada mencinta lalu
berlanjut pada pandangan yang lazim tentang cinta walaupun buktinya sangat
bertolak belakang. Jika dilihat, semua aktivitas diatas hampir tidak ada upaya
yang dimulai dengan kerinduan dan pengharapan yang sedemikian dahsyat,
walaupun selalu gagal, seperti cinta. Orang akan sangat ingin mengetahui jika hal
tersebut gagal dan belajar bagaimana dapat melakukannya dengan lebih baik atau
mungkin akan menyerah pada aktivitas tersebut. Aktivitas menyerah merupakan
hal yang mustahil pada cinta dan hanya ada satu cara untuk mengatasi kegagalan
cinta serta mulai mempelajari makna cinta.
Langkah pertama yang perlu disadari untuk mengatasi kegagalan cinta
adalah kita harus bisa mempelajari makna cinta. Cinta itu merupakan seni karena
hal ini sama halnya dengan hidup yang juga merupakan seni. Contohnya, apabila
kita ingin belajar bagaimana mencintai, kita harus melakukan cara yang sama
seperti kita akan mempelajari seni lain, seperti melukis, menyayi atau seni
pengobatan. Dalam mempelajari seni diperlukan dua proses yaitu pertama kita
4
harus menguasai teorinya dan penguasaan atas praktiknya. Jika kita igin
mempelajari seni musik berupa piano pertama-tama kita harus mengetahu nadanada
dalam piano. Setelah pengetahuan tentang alat musik tersebut telah kita
kuasai kita akan menjadi seorang pianis hanya setelah melakukan banyak praktik,
sampai pada akhirnya hasil pengetahuan teoritis dan hasil praktik kita mendarah
daging. Seperti dalam cinta, kita juga harus memahami tentang makna cinta itu
sendiri dan kita benar-benar akan memahaminya apabila kita melakukan praktekprakek
cinta yang telah diungkapkan oleh Formm mengenai praktek cinta yang
akan dibahas pada bab Telaah Teori. Di samping mempelajari teori dan praktik
ada satu faktor lagi yang diperlukan untuk menjadi ahli dalam senipenguasaan
seni harus menjadi pusat perhatian yang utama; di dunia ini benar tidak ada hal
lain yang lebih penting daripada seni. Hal ini juga sama untuk pengobatan, seni
patung, kerajinan kayu dan cinta. mungkin dalam pernyaan tersebut terdapat
jawaban atas pertanyaan tentang mengapa orang dalam budaya kita jarang
berusaha mempelajari seni tersebut meskipun mereka jelas-jelas gagal betapa pun
mendalamnya kebutuhan akan cinta, hampir selalu ada hal lain yang dianggap
lebih penting daripada cinta, seperti sukses, prestise, uang dan kekuasaan. Nyaris
energi kita digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan hampir tidak ada yang
ditunjukkan untuk mempelajari seni mencintai.
Salah satu upaya untuk mengkomunikasikan hal tersebut, cinta, adalah
melalui film, baik film dokumenter, komersia atau film cerita. Disini penulis
mengambil tema film cerita. Film merupakan bentuk produk kebudayaan. Film
5
mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh secara psikologs.
Kekuatan film terletak pada daya sugestifnya karena pada dasarnya film itu
diciptakan berpangkal dari realitas masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut
sesuai dengan kekuatan film dalam merepresentasikan kehidupan sehingga
mampu memuat nilai budaya masyarakat. Sadar tidak sadar, setelah menonton
film akan ada kesan yang tertanam dalam memori orang tersebut. Kesan tersebut
akan mengendap dari dalam diri orang yang bersangkutan, sampai akhirnya
memberikan pengaruh kepada pola atau sikap mereka.
Suatu film dapat menceritakan kepada kita mengenai suatu kehidupan, baik
tentang sosial, budaya, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Seperti pada tema
film yang penulis analisis, Ayat-Ayat Cinta. Melalui film, pesan-pesan yang
berhubungan dengan tema film dan segi kehidupan tersebut dapat dituturkan
dengan bahasa audio visual yang menarik sesuai dengan sifat film yang berfungsi
sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi
khalayak.
Dengan pertimbangan inilah media film digunakan sebagai salah satu cara
untuk menyampaikan pesan mengenai cinta dalam film Ayat-Ayat Cinta. Melalui
film diharapkan pesan-pesan mengenai nilai cinta dapat lebih mudah diterima dan
dipahami masyarakat dari berbagai kalangan.
Disini penulis menganalisis film”Ayat-Ayat Cinta”, yang mana penulis
meyakini bahwa film tersebut mengusung tema tentang cinta. Film ”Ayat-Ayat
Cinta” adalah film yang bermutu karena sarat pesan moral dan sangat fenomenal
6
di tahun 2008. Film “Ayat-Ayat Cinta” seolah menjadi lokomotif bagi gerbong
film bergenre sejenis. Menyusul lagi adanya film religi yang bergenre sama, yaitu
film ”Ketika Cinta Bertasbih” yang akan ditayangkan beberapa saat lagi.
Munculnya film yang bergenre religi dan roman disebabkan karena ketiadaan film
berjenis religi.
Fenomena lain mengenai film ini adalah terbukti dari dua juta penonton
dalam waktu hanya dua pekan mampu disedot sebuah film ”Ayat-Ayat Cinta”.1
Selain itu dalam penayangan perdanya, di area studio XXI (twentyone) plaza
senayan Jakarta, nuansa timur tengah menghiasi seluruh studio. Setiap penonton
yang melewati eskalator akan langsung disapa sebaris senyum balasan gadis-gadis
cantik ala Aisha, lengkap dengan gamis dan cadarnya dan beberapa dari mereka
membawa baki berisi kurma. Hal tersebut juga terjadi ketika para penonton
masuk ke dalam area studio, nuansa Aisha itu lebih kental. Setiap penonton yang
datang diberi souvenir sebuah syal untuk penutup wajah (cadar), yaitu syal yang
sama seperti Aisha dalam film ”Ayat-Ayat Cinta”. Selain itu bisa disaksikan
puluhan wanita berpakaian gamis dan bercadar lalu lalang di seluruh area studio.
Fenomena lain juga ditunjukkan oleh para penjaga loket karcis, semuanya
berjilbab, gamis dan bercadar. Tidak kalah dengan para penjaga loket karcis yang
mayoritas wanita, sebagian pria berwajah-wajah tampan melilitkan kafiyeh di
lehernya. Cadar tersebut merupakan fenomena tersendiri yang terjadi pada saat
film ”Ayat-Ayat Cinta” ditayangkan perdana.
1 Dapat diakses melalui, www.multiply.ayat-ayatcintafenomenal.com, 24 February 2008. Pukul 12 pm.
7
Cadar bisa dikatakan fenomena karena pada waktu film film Ada Apa
Dengan Cinta (AADC) yang mana banyak para penonton yang menonton film
tersebut mengikuti gaya para tokoh di film tersebut. Sebagai contoh, para pria
berubah menjadi pendiam dan lebih puitis seperti Rangga (NicholasSaputra).
Sebelum film ini dirilis, novel ”Ayat-Ayat Cinta” karangan
Habiburrahman El Shirazy, sudah lebih dulu menghipnotis banyak pembaca.
Novel “Ayat-Ayat Cinta” berbicara dalam tataran imajinasi yang tanpa batas,
sementara film memberikan visualisasi dengan berangkat dari kenyataan di
permukaan bumi. Novel “Ayat-ayat Cinta” telah menggugah jutaan pembacanya
untuk mampu berefleksi pada sosok yang dihadirkan, apakah itu Fahri, Aisha,
Nurul, Maria maupun tokoh yang lain, sehingga mampu membawa perubahan
pada diri untuk menuju masa depan bangsa yang lebih baik. Kerja keras,
komitmen pada nilai luhur, budi pekerti dan perencanaan dalam kehidupan adalah
sesuatu yang harus mengisi dalam setiap hembusan nafas kita. Tak salah memang
jika menyebut novel ini sebagai Novel Pembangun Jiwa. Puji rahmat mengatakan,
“Mungkin tidak hanya saya yang usai membaca novel ini untuk segera membuat
perencanaan (mapping) ke mana kita akan melangkah, bagaimana ilmu menjadi
bekal dalam mengarungi kehidupan yang kian lama kian abu-abu, bagaimana
kerja keras mengisi dalam setiap langkah kita, bagaimana komitmen menjadi
8
pengikat dalam mencapai tujuan, dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa
dipetik dari novel ini.”2
Setelah novel ini laku keras dipasaran, Manoj Punjabi (seorang produser
Indonesia) setelah membaca novel ini, Manoj tertarik untuk menghadirkan film
bertema religi. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh sutradara Indonesia,
Hanung Bramantyo. Disini Hanung ingin menyampaikan beberapa hal melalui
film ini. Pertama, Islam bukan teroris. Kedua, Islam adalah agama yang lebih
mengedepankan cinta, toleransi, sabar, dan ikhlas.
Setelah pernyataan diatas, Hanung lalu memvisualisasikan novel “Ayat-
Ayat Cinta” menjadi bentuk sebuah film religi. Kehadiran film “Ayat-Ayat Cinta”
ini sang sutradara seakan ingin mewujudkan sosok Fahri, Aisha, Maria, Nurul dan
tokoh-tokoh lainnya dalam visualisasi yang lebih nyata.
Mungkin akan banyak pertanyaan yang muncul dalam benak para
penonton setelah menonton film tersebut. Lokasi yang diambil dalam film ini
adalah di Semarang, Jakarta dan India. Pertanyaan tersebut muncul dengan
beberapa perbedaan “persepsi dan imaginasi” pembaca novel dan “visualisasi”
yang disajikan oleh Hanung dalam filmnya, “Ayat-ayat Cinta”.
Menurut Puji Rahmat, bahwa dia adalah penggemar Novel “Ayat-ayat
Cinta”. Dia juga merasakan hal sama dengan berjuta penggemar Novel “Ayatayat
Cinta” lainya, berangkat dari sebuah ekspektasi setinggi khayalan di luar
angkasa dan seindah imajinasi di atas cakrawala, sehingga harus turun ke langit
2Puji Rahmat, Dapat diakses melalui,www.kabarindonesia.com, 6 Maret, 2008.
9
bumi di lapisan ionosfer untuk bertemu dengan hasil visualisasi sebuah film karya
Hanung Bramantyo ini.3 Dalam pandangan Puji Rahmat, sebenarnya jika dilihat
secara lebih objektif, kedua karya ini memang mempunyai sisi yang luar biasa
pada masing-masing karakteristiknya, namun demikian masih belum dapat untuk
disandingkan dalam satu bingkai yang sama.
Banyak para penonton yang belum membaca novel “Ayat-Ayat Cinta”
sangat setuju bahwa film ini luar biasa bagusnya dan banyak yang terhanyut akan
alur cerita yang di tayangkan film tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Puji, “Sementara yang belum membaca melakukan perjalanannya dari tempat
peluncuran roket di bumi sehingga menikmati sekali perjalanan meluncur ke
stasiun angkasa.”4
Sedangkan para pembaca novel yang telah terbang terlebih dahulu dalam
imajinasinya pada saat membaca novel tersebut, kemudian datang ke bioskop
untuk menemukan stasiun luar angkasa akan imajinasinya itu akan memiliki
banyak sekali pertanyaan yang ada dibenak para pembaca novel ketika mereka
selesai menyaksikan film tersebut.
Film memang berbeda dengan novel. Film merupakan terminologi gambar
yang bergerak. Sangat berbeda sekali dengan foto, film bisa menghadirkan unsur
dinamis dari obyek yang ditampilkannya itu. Sebagai media audio visual, film
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan format tanda yang lain yang hanyabersifat tekstual atau visual saja, misalnya bahasa dan lukisan.
Ada beberapa hal yang paling mendasar dan perlu diperhatikan dalam teknik dasar Fotografi agar nantinya diperoleh foto yang berkualitas baik tanpa ada sakit sedikitpun, diantaranya yang paling pokok dalam fotografi adalah :
1. Focusing (pemfokusan)
2. Bukaan Diafragma
3. Speed (kecepatan rana)
Focusing
Suatu obyek foto akan dapat terekam dengan baik apabila berada pada titik fokus lensa atau setidaknya masuk zona tajam (dept of field). Oleh karena kita tidak mungkin selalu menjaga jarak tertentu dengan obyek foto, maka pada lensa terdapat fasilitas yang berfungsi sebagai pencari jarak antara kamera (pemotret) dengan obyek.
Sistem focusing pada lensa manual mamilkiki 2 macam cara kerja, yaitu rotasi dan panel.ketika kita menggerakkan panel focusing (rotasi dan panel), maka lensa secara langsung akan bergerak sampai kita mendapatkan imaji tajam pada jendela bidik
Secara definisi, memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji tajam pada foto nanti. Pada kamera LSR (Single Lense Reflect) atau kamera refleksi lensa tunggal, apa yang tampak di jendela bidik sama dengan yang akan terjadi di fotonya. Jadi memfokus pada kamera SLR adalah menyetel titik fokus lensa sampai menimbulkan imaji tajam pada jendela bidik.
Fotografi pada dasarnya adalah memindahkan imaji yang ada di alam nyata pada gambar dua dimensi dengan bantuan lensa. Di alam nyata mata manusia akan lengsungn memfokus kepada suatu obyek yang dilihatnya, sedangkan lensa kamera hanya akan memfokus ke bagian-bagian tertentu yang diinginkan pemotret saja.
Lensa kamera mempunyai keterbatasan dalam memfokus. Lensa hanya mampu memberikan imaji tajam pada suatu kedalaman tertentu saja. Lensa secara umum tidak bisa memfokus pada semua yang tampak pada jendela bidik. Secara teknis disebut bahwa lensa mempunyai dept of field.
Lensa sudut lebar (Wide), tampaknya mempunyai dept of field sangat lebar, namun sesungguhnya tidak demikian. Seperti lensa lain, lensa lebar sebenarnya juga mempunyai titik fokus satu bidang saja, sementara satu bidang lainnya sekedar mempunyai acceptable sharpnes (ketajaman visual yang layak bagi manusia) dengan keterbatasan lensa itu, fokus yang “meleset” akan menghancurkan sebuah foto. Pemilihan bagian mana yang harus fokus dan bagian mana yang tidak harus fokus, sangat tergantung bagian mana yang akan ditonjolkan dan bagian mana yang sekedar latar belakang.
DIAFRAGMA
Diafragma adalah komponen dari kamera yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk kedalam bidang FILM. Bukaan diafragma atau yang lebih kita kenal dengan sebutan aperture menentukan seberapa besar cahaya yang masuk pada lensa. Bukaan diafragma dilambangkan dengan f merupakan angka-angka pada lensa. Angka-angka bukaan diafragma (f) adalah sebagai berikut :
f/1, f/1,4, f/2, f/2,8, f/3,9, f/4,5, f/5,6, f/8, f/11, f/16, f/22, f/27, f/32
Prinsip- prinsip diafragma:
Semakin besar angka diafragma (=bukaan kecil) berarti semakin kecil cahaya yang bisa masuk, tetapi mamberikan ruang tajam yang besar.
Sedangkan semakin kecil angka diafragma (=bukaan besar) berarti semakin besar cahaya yang bisa masuk, tetapi memberikan ruang tajam yang sempit.
Bukaan besar, berarti angka bukaan diafragma kecil
Bukaan kecil, berarti angka bukaan diafragma besar.
Semakin besar bukaan diafragma, maka semakin cepat kecepatan rana
Semakin kecil bukaan diafragma, maka semakin lambat kecepatan rana
Pengertian Shuter Speed (rana)
Shuter Speed (rana) adalah kecepatan yang dimiliki kamera untuk mengatur kecepatan mengambil cahaya yang masuk pada kamera.
Kecepatan rana (speed) dan bukaan (diafragma) merupakan unsur yang tak terpisahkan dalam menentukan pencahayaan (exposure) sebuah obyek foto. Bukaan diafragma sangat menentukan seberapa besar cahaya masuk, sedangkan kecepatan rana pada kamera sangat menentukan berapa lama cahaya tersebut boleh masuk. Kecepatan rana diukur dengan detik dan angka-angka kecepatan rana tersebut adalah : 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60,125, 500, 1000, 2000, 4000, 6000, dan kellipatannya yang pada klamera menunjukkan perbandingan yaitu :
1/1 detik, 1/2 detik, 1/4 detik, 1/8 detik, 1/15 detik dst.
Hubungan antara kecepatan rana dan seterusnya adalah berkebalikan, misalnya sewaktu memotret, pencahayaan yang dibutuhkan pada waktu kita memotret adalah f/16 dan 1/15 detik (berpatokan pada light meter yang ada di kamera), tetapi karena tidak membawa tripod, maka membutuhkan kecepatan rana yang lebih tinggi yaitu 1/125 detik agar kamera tidak goyang dengan menambah kecepatan rana menjadi 1/125 detik, maka bukaan diafragma harus bertambah besar menjadi f/5,6 (ingat ! bahwa bukaan bertambah besar berarti angka-nya semakin kecil) agar cahaya yang masuk sama.
Perbandingan kedua hal tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Diafragma f/2 f/2,8 f/4 f/5,6 f/8 f/11 f/16
Speed 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15
PENGERTIAN FOTOGRAFI
Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain berarti "menulis atau melukis dengan cahaya".
Kata Fotografi diambil dari Yunani yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya, dan Grafos yang bararti gambar. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Pada umumnya semua hasil karya fotografi dikerjakan dengan kamera, dan kebanyakan kamera memiliki cara kerja yang sama dengan cara kerja mata manusia. Seperti halnya mata, kamera memiliki lensa, dan mengambil pantulan cahaya terhadap suatu objek dan menjadi sebuah image. Tetapi, sebuah kamera dapat merekam sebuah image kedalam sebuah film dan hasilny tidak hanya bisa dibuat permanen tetapi dapat pula diperbanyak, dan diperlihatkan kepada orang lain. Sedangkan mata, hanya dapat merekam image kedalam memori otak dan tidak bisa dilihat secara langsung kepada orang lain.
JENIS-JENIS KAMERA BERDASARKAN SISTEM KERJANYA
Kamera Analog
Adalah salah satu kategori kamera yangdalam tehnik pengambilan gambarnya, masih menggunakan film seluloid. Film seluloid ini mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupafilm seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera itu sendiri. Selain itu, kamera analog membutuhkan bukaan diafragma 1/f detik, sehingga cahaya yang ditangkap, bisa diterimaoleh film tersebut menjadisebuah gambar.
Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog ini biasanya lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini disebabkan karena penggunaan film pada kamera tersebut, sebagai media perekam atau penyimpanannya. Film tersebut juga biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif.
Kamera Digital
Kamera digital merupakan jenis kamera, yang proses pengambilan gambarnya dilakukan secara digital, dengan media perekam/penyimpanan berupa memory (flash). Untuk beberapa jenis kamera digital, ada pula yang dapat digunakan untuk merekam suara.
Pada kamera digital ini, penggunaan eleman kimia telah digantikan dengan elemen chips. Elemen chips tersebut dapat berupa CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor), atau dapat juga berupa CCD (Charge Couple Device). CCD maupun CMOS inilah, yang akan mengatur kepekaan pencahayaannya. CCD maupun CEMOS juga telah menjadi "film digital", pada kamera-kamera moderen yang beredar saat ini.
Meskipun sensor chip CEMOS maupun CCD mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk mengonversi cahaya menjadi elektron-elektron sehingga mnejadi gambar-gambar digital, namun diantara keduanya memiliki beberapa perbedaan, yaitu:
· Tingkat kepekaan CEMOS lebih rendah, karena terdapat beberapa transistor yang saling berdekatan pada setiap pixel.
· Sensor CCD dapat menghasilkan gambar yang berkwalitas tinggi, dengan noise yang rendah (low-noise). Sedangkan sensor CEMOS memiliki lebih besar kemungkinan untuk noise.
· Sensor CEMOS, umumnya menggunakan baterai atausumber daya listrik yang lebih kecil/sedikit.
· Sensor CCD menggunakan listrik yang lebih besar, kurang lebih seratus kali lebih besar daripada sensor CEMOS.
· Sensor CCD telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama, sehingga lebih matang. Kwalitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya.
· Chip CEMOS dapat diproduksi secara mikroprosesor yang umum, sehingga lebih murah jika dibandingkan dengan sensor CCD.
Pengkategorian Kamera Digital
Kamera digital ini kemudian dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kategori, yaitu Video Cameras, Live-preview Digital Cameras, Compact Digital Cameras, Digital Single Lens Reflex Cameras, Digital Rangefinders, Profesional Modular Digital Camera System, dan Line-scan Camera System.
1) Video Cameras
Video camera merupakan sejenis kamera yang dapat merekam bayangan bergerak.
Professional Video Camera adalah Video camera yang memiliki sensor bayangan yang beragam, yang dapat meningkatkan resolusi dan tingkatan warnanya. Jenis kamera digital ini, biasanya dapat ditemukan pada studio-studio televisi.
Camcorder, merupakan perlengkapan elektronik yang mudah dibawa, yang berfungsi untuk merekam bayangan bergerak dan suara, pada media penyimpanan internal. Unutk membantu pengoperasiannya, maka camcorder ini dilengkapi dengan kamera video (video camera), dan biasanya disertai dengan perekam kaset video.
Webcams, adalah kamera digital (biasanya berupa kamera berukuran kecil) yang di pasangkan pada komputer. Dengan webcam ini, bayangan dapat di akses melalui Instant messaging, World Wide Web, atau juga melalui aplikasi konferansi video melalui komputer pribadi. Webcam dapat menangkap semua gerakan dengan baik, dan pada beberapa jenis webcam juga dilengkapi dengan microphone atau zoom.
2) Live-preview Digital Cameras
Ini merupakan jenis kamera digital yang menggunakan tampilan (bayangan digital) secara langsung melalui sebuah layar elektronik. Layar yang digunakan dapat berupa LCD (liquid crystal display), atau sebuah EVF (electronic viewfinder).
3) Compact Digital Cameras
Kamera ini didisain dengan ukuran yang kecil dan mudah dibawa, untuk ukuran yang paling kecil biasa dikenal dengan sebutan subcompact. Compact camera biasanya sangat mudah digunakan, dan pada kamera ini biasanya bayangan hanya dapat direkam menggunakan lossy JPEG compression. JPEG adalah kepanjangan dari Joint Photographic Expert Group, yang merupakan metode yang biasa digunakan dalam kompresi bayangan fotografi.
4) Digital Single Lens Reflex Cameras (DSLRs)
DSLRs ini biasa di gunakan oleh para photographer profesional, serta oelh orang-orang memiliki antusias tinggi dalam foto. Kamera ini memiliki optik bagian luar, sehingga dapat menggunakan lensa yang dapat ditukar-tukar, serta asesoris yang beragam. Kamera ini juga mampu memproduksi bayangan dengan resolusi tingkat tinggi.
5) Digital Rangefinder
Digital Rangefinder Camera adalah sebuah kamera digital yang dilengkapi dengan Rangefinder, yaitu perangkat kamera yang digunakan untuk mengukur jarak dari photographer ke objek yang menjadi target, untuk menetapkan titik fokusnya.
6) Professional Modular Digital Camera System
Ini merupakan jenis kamera digital yang terdiri atas perangkat profesional berkwalitas tinggi, yang dapat disusun dari komponen-komponen modular, seperti winders, grips, lenses, dan sebagainya. Kamera-kamera jenis ini banyak sekali digunakan pada studio-studio, untuk keperluan produksi periklanan. Kamera ini sulit untuk dibawa, karena ukuranya yang sangat besar dan bentuknya yang kaku. Hal itu juga menyebabkan jenis kamera ini jarang sekali digunakan dalam aktivitas fotografi yang banyak membutuhkan gerakan, serta dalam fotografi di alam terbuka.
7) Line Scan Camera System
Line-scan camera adalah sebuah kamera yang terdiri atas sebuah line-scan (jalur scan) image sensor chip, dan sebuah mekanisme pengatur titik fokus. Image sensor adalah sebuah perangkat yang merubah bayangan visual menjadi sebuah sinyal elektrik.
- Systematic Sampilng ( Teknik Sampling Sistematis )
Teknik sampling yang dilakukan dengan cara menentukan bilangan ke-n dalam populasi,kemudian sample dan responden di ambil dari kelipatan bilangan ke-n tersebut.Teknik ini sebenarnya adalah teknik random sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.
- Contoh:
Tukang becak berusia 20 tahun sampai 40 tahun.
- Populasi ( N ) & Bagian dari populasi ( n )
N n
Tukang becak dalam sampel diambil berdasarkan urutan tertentu yaitu kelipatan 5 atau 10 dari daftar tukang becak tersebut dari bilangan ke-n untuk menentukan populasi terhadap minat pilih tukang becak dikabupaten bojonegoro pada urutan tertentu secara ordinal.
- Simple Random Sampling ( Sampling Random Sederhana )
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini
proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara
random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi.
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang
prosedurnya adalah sebagai berikut:
- Misalnya populasi berjumlah 480 tukang becak (N=400).
- tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 400= 4 digit/kolom).
- tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
- Stratified Sampling ( Teknik Sampling Bertingkat )
Populasi dimasukkan ke dalam satuan-satuan sample yang homogen,kemudian satuan sampel ini di ambil menjadi sampel definitif,homogenitas satuan sampel biasanya ditentukan dari sifat responden.Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu dan kelompok-kelompok yang bertingkat.Keuntungan menggunakan cara ini adalah anggota sampel yang di ambil lebih representatif, sedangkan kelemahannya adalah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakterisitik populasinya.
- Sampel
yang di jadikan sampel bertingkat adalah tukang becak namun di bedakan menurut tempat dimana mereka sering mangkal.tempat yang sering mereka jadikan tempat mangkal diantaranya:
- Kawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro
- Kawassan alun-alun kota bojonegoro
- Kawasan pasar kota bojonegoro
- Kawasan stasiun kota bojonegoro
- Didepan sekolah-sekolah.
- Dikawasan bravo swalayan.
- Kawassan alun-alun kota bojonegoro
- Multiple Stage Sampling ( Teknik Sampling Multiple Tempat )
Teknik ini di bagi menjadi dua yaitu Proportional probability dan Equal Probability yang memiliki pengertian yang berbeda-beda.Proportional Probability adalah populasi di bagi menjadi ke dalam sub populasi,dan sub-sub populasi memliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel,sedangkan Equal Probability adalah populasi yang di bagi ke dalam sub-populasi dan sub-populasi menjadi sampel dengan memperhatikan jumlah yang sebanding dengan populasi. Yaitu bukan hanya melaksanakan salah satu metode random sampling tetapi lebih kepada memanfaatkannya secara bersama-sama.
- Contoh
Tukang becak dengan usia 20-30 tahun dan di bagi menjadi populasi yang lebih khusus dengan tingkatan dan sub populasi yang lebih berbeda.
- Populasi ( N ) & Bagian dari populasi ( n )
N n
Sampel yang sudah ada kemudian di bagi berdasarkan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda sehingga akan muncul populasi dan data yang berbeda,dan data tersebut akan membagi-bagi sampel menurut usia dan tingkatan pendidikan dari sampel dan akan menghasilkan populasi yang berbeda dan lebih tertata.
- Cluster Sampling (Penarikan Sampel kelompok)
Populasi juga terdiri dari beberapa kelompok Sampel yang diambil berupa kelompok bukan individu atau anggota.
Misalnya !!!!
Antara tukang becak yang mangkal dikawasan pasar dengan dikawasan terminal pastinya berbeda iklan politik yang sering mereka lihat(foto CALEG).
Contoh:
Di setiap kawasan terdapat 80 tukang becak jika dalam penelitian kali ini saya meneliti 6 kawasan yang tiap kawasan terdiri dari 80 tukang becak maka jumlah keseluruhan sampelnya adalah 480 tukang becak, dan dari setiap kawasan diambil 20 sampel saja yang mewakili tiap-tiap kawasan dengan data sebagai berikut :
- 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan pasar kta bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan sekolah-sekolah.
- 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
- Stratified Cluster Sampling ( Teknik sampling bertingkat dan Kluster)
Teknik sampling campuran yang menggunakan teknik bertingkat dan kluster,maksudnya adalah sampel di ambil secara bertingkat dengan kelompok-kelompok setelah itu di ambil sampel lagi secara luas dan besar yaitu dengan teknik cluster.Keunggulan dalam teknik ini adalah data yang di ambil dari sampel dan menjadi populasi bisa mewakili dari beberapa daerah,namun kekurangan dari teknik ini adalah teknik ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang banyak sehingga kurang efisien dalam suatu penelitian.
- contoh
Populasi yang di jadikan sampel bertingkat dan kluster adalah tukang becak namun dengan ketentuan sebagai berikut :
- 20 tukang becak dikawasan terminal RAJEKWESI bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan alun-alun kota bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan pasar kta bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan sekolah-sekolah.
- 20 tukang becak dikawasan stasiun bojonegoro.
- 20 tukang becak dikawasan bravo swalayan.
- Populasi ( N ) & Bagian dari populasi ( n )
N n
Dari sampel tersebut adalah bertingkat dan kluster,bertingkat karena di bedakan dengan tempat biasa tukang becak mangkal ,sedangkan klusternya adalah umur dari tukang becak tersebut Hasil dari populasi tersebut adalah berbeda-beda umur maka erbeda juga data yang di peroleh misalnya saja tanggapan tukang becak tersebut terhadap caleg yang akan mereka pilih nenjadi wakil di gedung dewan.
Fenomena persaingan antar perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) semakin ketat, terutama berubahnya status sejumlah PTN di republik ini menjadi badan hukum pendidikan milik negera (BHPM), sehingga PTN ini pun banyak membuka kelas-kelas nonreguler, di luar SPMB (seleksi penerimaaan mahasiswa baru) sebagai program reguler. Perubahan status PTN ini, pada kenyataannya telah “menyedot” mahasiswa PTS, dalam beberapa tahun berselang ini, masuk ke kelas nonreguler PTN. Akhirnya, sejumlah PTS “menjerit” kekurangan mahasiswa, bahkan sejumlah PTS terancam kolaps atau tutup karenanya.Persaingan yang semakin ketat antarperguruan tinggi, tentunya perlu dilakukan pendekatan strategi lain, yaitu sudah mulai harus mengedepankan aspek citra dan reputasi perguruan tinggi melalui kegiatan atau upaya-upaya yang dilakukan seorang public relations perguruan tinggi tersebut untuk bersaing mebuat citra baik perguruan tinggi tersebut.
Public relations (PR) merupakan bidang yang sangat luas dan menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Humas bukan sekadar relations, meskipun personal relations mempunyai peranan yang sangat besar dalam kampanye PR, misalnya. PR juga bukan sekadar menjual senyum, propaganda dengan tujuan memperoleh kemenangan sendiri, atau mendekati pers dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemberitaan. Lebih dari itu, PR mengandalkan strategi, yakni agar organisasi disukai oleh pihak-pihak yang berhubungan.Pihak yang berhubungan dengan organisasi ini dalam PR disebut stake holders atau mereka yang mempertaruhkan hidupnya pada dan untuk organisasi. Mereka pun disebut target publik organisasi. Mereka semua membentuk opini di dalam masyarakat dan dapat mengangkat atau menjatuhkan citra dan reputasi organisasi atau perusahaan.
Humas itu merupakan fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komuniasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik.Karakteristik PR secara tersurat, yakni: 1) PR adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik; 2) PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi; 3) publik yang menjadi sasaran PR adalah publik internal dan eksternal; 4) operasionalisasi PR adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan publiknya dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.
Prinsip komunikasi dua arah dan timbal balik merupakan proses penyampaian suatu pesan seseorang atau kelompok (komunikator) untuk memberi tahu atau mengubah sikap opini dan perilaku kepada perseorangan atau kelompok (komunikan), baik berhadapan langsung maupun tidak langsung, melalui media massa sebagai alat atau saluran penyampaian pesan untuk mencapai tujuan atau target dalam proses komunikasi dua arah yang hendak dicapai.Tugas dan fungsi utama public relations officer (PRO) atau pejabat humas, tidak terlepas dari bidang penyebaran pesan, informasi, dan komunikasi mengenai kegiatan organisasi atau lembaga yang diwakilinya untuk disampaikan kepada komunikan (publik) sebagai sasaran atau targetnya. Di pihak lain, dengan teknik dan strategi humas tertentu, pejabat humas dapat merekayasa opini publik sehubungan dengan keinginan-keinginan dan tujuan utama dalam menciptakan citra dan reputasi positif.PR adalah fungsi yang melekat dan tidak terlepas dari manajemen suatu organisasi. Tujuannya adalah membentuk itikad baik, toleransi, saling kerja sama, saling memercayai, saling pengertian, saling menghargai, serta untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan, citra dan reputasi positif berdasarkan prinsip-prinsip hubungan harmonis, baik hubungan ke dalam maupun ke luar.
Program pengembangan humas harus proaktif dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat, baik di bidang teknologi, informasi, ekonomi, hukum maupun politik internasional dan nasional.Tujuan sentral humas yang hendak dicapai secara strategis, tidak hanya berfungsi sebagai “peta” yang menunjukkan arah, melainkan juga menunjukkan “bagaimana” operasional konsep dan strategi komunikasinya.Strategi dalam komunikasi humas merupakan perpaduan antara communication planning (perencanaan komunikasi) dan management communication (komunikasi manajemen).Tujuan sentral PR adalah mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk menciptakan suatu citra dan reputasi postitif suatu lembaga. Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif harus didukung kebijakan dan komitmen pimpinan puncak.Kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan adalah salah satu penyampaian pesan, ide, dan gagasan program kerja, dan sekaligus membentuk opini atau menguasai pendapat umum sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Seorang pejabat humas dapat berkomunikasi dengan efektif dan tepat dalam penyampaian pesan kepada sasaran melalui empat syarat: 1) pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian; 2) pesan dirumuskan dan mencakup pengertian dan diimbangi dengan lambang-lambang yang dapat dipahami oleh publiknya; 3) pesan menimbulkan kebutuhan pribadi komunikannya (penerima pesan); dan 4) pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi sesuai dengan situasi komunikan.Mengingat pula bahwa komunikasi adalah semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain, juga fenomena komunikasi adalah serba ada dan serba luas dan serba makna. selain mampu berkomunikasi secara efektif, seorang pejabat humas pun harus mampu menggunakan media secara efektif, baik itu media
Perkembangan Humas di Dunia
Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan. Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.
Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya.
Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang
mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh
1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di
fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu
banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah
ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang,
pendekatan tidak hanya satu aspek saja
1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam
perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,
sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional
b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
Asal Mula Istilah
Pengertian :
- Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas khususnya fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya sendiri (Webster’s New World Dictionary)
- Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik (Public Relations News)
- Filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6).
Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of communication (Abdurrahman, 1993: 10). Konsep Public Relations sebenarnya berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins, 2004: 2).
Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi (non profit - komersial, publik- privat, pemerintah - swasta). Artinya Public Relations jauh lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih awal.
Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.